NusaNTaRa.Com
byTomILebanG, R a b u, 2 0 O k t o b e r 2 0 2 1
Saya tiba di Los Angeles saat Amerika
masih dibekap pandemi. Per hari ini,
Worldometers mencatat hampir 46 juta penduduk Amerika telah terjangkit virus
Covid-19. Beberapa jam lalu, bekas
Menteri Luar Negeri AS Colin Powell meninggal dunia karena Covid-19. Keluarganya menyampaikan bahwa sebelum
terpapar Covid, sang jenderal legendaris
sudah menerima vaksinasi yang lengkap. Menlu
kulit hitam pertama dalam sejarah Amerika ini menjadi salah satu dari lebih 745
ribu warga Amerika yang meninggal karena Covid.
Di negara ini, kasus aktif Covid masih 9,6
juta. Bandingkanlah dengan Indonesia yang sekarang turun hingga tinggal belasan
ribu. Kendati menjadi korban pandemi
paling besar di dunia, Amerika --
setidaknya yang saya saksikan saat masuk Los Angeles, California -- tidak jadi tersungkur dan
ketakutan. Petugas di bandara internasional Tom Bradley, LA tadi tak cerewet
soal dokumen bebas Covid dan lain-lain. Mereka
bahkan tak menanyakannya sama sekali yang selama ini sangat digembor-gemborkan
pemberitaan dunia terkait pengamanan Covid-19.
Lalu apa yang ditanya ? Sudah pernah ke Amerika, punya teman atau
kerabat yang tinggal di Amerika, ngapain ke sini dan berapa lama ? Visa Anda dari tahun 2019 tapi kenapa baru
datang ? Terakhir, bawa duit tunai berapa? Saya menjawab
pertanyaan terakhir ini dengan menambahkan satu angka nol di belakang, demi kesan berduit dan tak datang sebagai
pencari kerja .
Hanya itu pemeriksaan yang saya lalu tidak
sebagai mana yang saya pikirkan sebelum saya berangkat tadinya !. Lalu stempel diterakan. Hingga semua prosesnya
yang saya lalui tak sampai lima menit waktu yang
dibutuhkan, Amazing banget cukup singkat.
Segala dokumen terkait Covid19 yang
saya cetak dan persiapkan semenjak dari Jakarta diabaikan.
Begitulah. Amerika memang korban pandemi paling besar, tapi juga yang terdepan mencari penakluknya. Di
sini berkembang riset paling pesat tentang virus dan penangkalnya. Vaksin
Covid aneka merek diproduksi di negeri ini, dari Pfizer, Moderna, sampai Johnson & Johnson yang semuanya sudah
pula sampai ke Indonesia.
Bahkan pekan-pekan ini, dunia
tengah menanti obat Covid pertama, pil
antivirus molnupiravir yang dibuat oleh perusahaan farmasi Merck & Co
bersama Ridgeback Biotherapeutics. Uji klinis besar telah dilakukan untuk obat
ini. Indonesia dan sejumlah negara lain,
telah sigap memesannya jauh-jauh hari sebelum mulai diedarkan ke luar Amerika,
bulan Desember 2021 nanti.
Dari riset dan kerja keras para
ilmuwannya, Amerika malah jadi yang paling besar menangguk untung dari pandemi.
Perputaran uang terkait Covid ini tak
terkirakan nilainya : penjualan
vaksin, vitamin, obat, suplemen, alat kesehatan dan seterusnya.
Negara ini dibekap Covid, tapi tetap digdaya lagi jumawa. Jadi, selamat datanglah di Los Angeles yang sedang sejuk-sejuknya di 20 derajat Celsius. Pukul dua siang di sini, jam empat subuh di Jakarta. Ada banyak tempat di kota ini dalam daftar jalan-jalan bagi orang-orang baru : Santa Monica, Hollywood, Beverly Hills, dll. Tapi cukup segitu saja ceritaku. Saya baru sekali ini ke Los Angeles. Saya tak ingin sok tahu tentang kota ini. Dr.Laman FB Tomy Lebang, 20/10/2021.
Jalan-jalan ke negeri paman sam nan gemerlapan.
Amerika terparah dampak Covid-19 tapi bandaranya tetap enjoy bun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar