NusanTaRa.Com
byMapirroHBorrA, 26/juni/2020
“ Jatuh bangun, merangkak, kadang harus
berpegangan tiang. Bahkan menarik satu kayu dari ikatannya pun dia terlihat
kepayahan “, tapi setelah bekerja baru
terlihat energi semangat menjualnya yang kuat meski dalam kesehariannya
dibantuh anaknya Ratiyah.
Mbah Lindu penjaja Nasi Gudeg di Yogyakarta |
“ William Wongso, pegiat dan pakar kuliner
Indonesia yang menyebutkan Mbah Lindu patut masuk Guinness Book World
Records “, Sepengetahuan William, tidak ada orang yang
konsisten, persisten seperti apa yang dilakukan Mbah Lindu dalam berniaga Nasi
Gudeg. Dalam sebuah film pendek karya
Riz Creative Visual, sang pakar dan pegiat kuliner Indonesia, William Wongso,
menyampaikan bahwa Mbah Lindu patut masuk dalam buku kumpulan rekor dunia itu.
‘’ Saya kaget. Kok masih ada satu orang ibu yang melakukan jualan satu jenis makanan selama 80 tahun lebih di tempat yang sama. Saya langsung bilang ini harus masuk Guinness karena nggak ada di dunia setahu saya (orang) yang masih hidup, yang setiap hari jualan makanan dan masak seperti Mbah Lindu. Nggak ada “, Ujar SiDin William Wongso.
Gudeg adalah makanan khas Provinsi Yogyakarta dan Jawa Tengah yang terbuat dari nangka muda yang dimasak dengan santan, berwarna coklat yng dihasilkan daun jati yang dimasak cukup lamaa hingga berjam-jam. Perlu waktu berjam-jam untuk membuat masakan ini. Gudeg dimakan dengan nasi dan disajikan dengan kuah santan kental (areh), ayam kampung, telur, tempe, tahu dan sambal goreng krecek, dan mengucapkan Waddah ucapan yang keluar dari mulut setelah menyantapnya.
‘’ Saya kaget. Kok masih ada satu orang ibu yang melakukan jualan satu jenis makanan selama 80 tahun lebih di tempat yang sama. Saya langsung bilang ini harus masuk Guinness karena nggak ada di dunia setahu saya (orang) yang masih hidup, yang setiap hari jualan makanan dan masak seperti Mbah Lindu. Nggak ada “, Ujar SiDin William Wongso.
Gudeg adalah makanan khas Provinsi Yogyakarta dan Jawa Tengah yang terbuat dari nangka muda yang dimasak dengan santan, berwarna coklat yng dihasilkan daun jati yang dimasak cukup lamaa hingga berjam-jam. Perlu waktu berjam-jam untuk membuat masakan ini. Gudeg dimakan dengan nasi dan disajikan dengan kuah santan kental (areh), ayam kampung, telur, tempe, tahu dan sambal goreng krecek, dan mengucapkan Waddah ucapan yang keluar dari mulut setelah menyantapnya.
Adalah
Setyo Utomo atau banyak orang mengenalnya dengan sebutan Mbah Lindu salah
seorang penjual nasi Gudeg yang cukup melegendaris dikota Yogyakarta
tepatnya mudaah ditemukan di salah satu
sudut jalan Sosrowijayan, Kelurahan Sosromenduran, Kecamatan Gedongtengen, Kota
Yogyakarta. Tidak jauh dari Jalan Malioboro.
Kalau tidak digantikan oleh anaknya, Ratiyah, Mbah Lindu yang akan
melayani sendiri para pelanggan setianya yang berebut berkumpul di kedainya.
Mereka sudah menunggu sejak pukul setengah lima pagi dan dengan sabar mereka
mengantre sampai gilirannya tiba untuk bilang, ‘’ Gudeg telornya satu ya, Mbah
“.
Ketika Rekan-rekan NusanTaRa.Com (FarhaMTukirmaN) mencicipi menu legendaris sejak zaman Belanda dari Mbah Lindu tersebut , hanya dengan merogoh kocek Rp 20.000. “ Mbah Lindu itu hidup sepanjang jaman dan dia sebagai contoh untuk generasi muda. Bagaimana seseorang yang mempunyai profesi dan menekuninya selama dia bisa hidup “, Ujar SiDin Wongso William dalam acara RTV nya.
Popularitas Mbah Lindu sebagai penjual nasi Gudeg sempat di filmkan dalam RTV, film pendek yang dibuat 2017 silam kala itu Mbah Lindu sudah berusia 97 tahun. Artinya pada tahun 2020 genap usianya satu abad atau bahkan mungkin sudah masuk ke usia 101 tahun. Oleh karena itu, banyak pihak yang mengatakan bahwa Mbah Lindu adalah penjual gudeg tertua di Yogyakarta dan ia pun merasakan pahit manisnya menjual Nasi Gudeg saat perjuangan melawan Belanda, sangkin bencinya ia enggan menjual Nasi Gudeg ke Wong Londo tersebut.
Ketika Rekan-rekan NusanTaRa.Com (FarhaMTukirmaN) mencicipi menu legendaris sejak zaman Belanda dari Mbah Lindu tersebut , hanya dengan merogoh kocek Rp 20.000. “ Mbah Lindu itu hidup sepanjang jaman dan dia sebagai contoh untuk generasi muda. Bagaimana seseorang yang mempunyai profesi dan menekuninya selama dia bisa hidup “, Ujar SiDin Wongso William dalam acara RTV nya.
Popularitas Mbah Lindu sebagai penjual nasi Gudeg sempat di filmkan dalam RTV, film pendek yang dibuat 2017 silam kala itu Mbah Lindu sudah berusia 97 tahun. Artinya pada tahun 2020 genap usianya satu abad atau bahkan mungkin sudah masuk ke usia 101 tahun. Oleh karena itu, banyak pihak yang mengatakan bahwa Mbah Lindu adalah penjual gudeg tertua di Yogyakarta dan ia pun merasakan pahit manisnya menjual Nasi Gudeg saat perjuangan melawan Belanda, sangkin bencinya ia enggan menjual Nasi Gudeg ke Wong Londo tersebut.
William Wongso Pakar Kuliner |
Sekilas,
mungkin tidak terlihat ada yang istimewa dari Gudeg Mbah Lindu yang sudah
berjualan sejaak berusia 13 tahun.
Baskom-baskom yang mengelilingi penyajinya—baik itu Mbah Lindu atau
Ratiyah—masing-masing berisikan gudeg, ayam, sambel goreng, krecek, tahu,
tempe, nasi, dan bubur. Semua baskom itu terlihat biasa.
” Banyak yang nggak suka gudeg, (tapi kalau
sudah) makan di Mbah Lindu dia akan bilang dia suka. Bahkan orang Jerman yang
pertama ngeliat cara sajikennya itu dianggap kurang higienis, semua pakai
tangan begitu, akhirnya bisa nambah
“, Ujar SiGaluh Mbah Lindu. Gudeg buatannya merupakan jenis gudeg basah
dengan cita rasa yang tidak terlalu manis seperti kebanyakan gudeg. Hal itulah
yang membuat banyak orang yang awalnya tidak suka karena merasa gudeg adalah
makanan manis, setelah mencoba Gudeg Lindu akan menjadi suka.
Meski
dari mulai memasak sampai menjaga kedai sudah dibantu Ratiyah, Mbah Lindu
mengaku bahwa resep yang dibuat masih seperti dulu. Ratiyah bahkan
mengungkapkan kalau Mbah Lindu tidak bisa dilarang kala dirinya ingin turun
langsung dalam proses memasak untuk menjaga cita rasanya, “
Resep masih seperti dulu, tidak pernah berubah sama sekali. Jenisnya
juga masih sama, krecek, gudeg, tahu, tempe, dan telur ayam “, Ujar SiGaluh Mbah Lindu. Atas tekad mempertahankan cita rasanya
inilah, tidak heran kalau Mbah Lindu sampai dilirik para pegiat kuliner
internasional. Netflix dalam program Street Food pernah meliput secara khusus
gudeg legendaris itu.
Maestro
Nasi GudeG Mbah Lindu,
Nasi Gudeg, Guinnes World Records layak Mbah Lindu.
Nasi Gudeg, Guinnes World Records layak Mbah Lindu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar