NusanTaRa.Com
byKariTaLa LA, 16/11/2019
Mungkin
banyak bangsa Indonesia yang tidak mengetahui sejarah ke gemilangan Pasukan
Kopasanda (Korps Pasukan sandhi Yudha) dalam tragedy pembebasan penyanderaan
Pesawat Garuda DC-9 Woyla oleh Kelompok Islam Ekstrim di Bandara Don Muang, Thailand selasa, 31
Maret 1981. Meski pasukan Kopasanda
tersebut di bawah pimpinan Sintong Panjaitan yang beranggotakan 20 orang harus
kehilangan Prajurit terbaiknya Lettu Infanteri Anumerta Achmad Kirang dan
seorang Kapten Pilot Herman Rante karena tertembak oleh para penyandera.
Tragodi
pembajakan ini berawal dari Penerbangan Pesawat Garuda DC-9 Woyla, Sabtu - 28
Maret 2018 Jam 08.00 WIB, yang membawa penumpang 33
orang dari Jakarta-Medan dan transit di Bandara Talang Betu Palembang. Dari Palembang pesawat menuju Polonia Medan dengan tambahan penumpang
15 orang, dalam perjalanan dari
Palembang ke Medan, tiba-tiba 5 anggota kelompok ekstremis “ Komando Jihad “ pimpinan Imran bin Muhammad
Zein yang menyamar sebagai penumpang
beraksi, seorang pelaku menuju ke kokpit
dan yang lainnya berdiri di gang antara tempat duduk pesawat dengan dilengkapi senjata
api.
Teroris
yang berada di ruang Pilot menodongkan senjata sembari berkata “ Jangan bergerak, pesawat kami bajak… ” dan meminta untuk diterbangkan ke Colombo
Srilangka. Namun pilot mengatakan bahwa
itu tak mungkin karena bahan bakar tak cukup, sehingga pesawat diterbangkan ke
Thailand dengan terlebih dahulu singgah di P. Pinang Malaysia untuk mengisi
bahan bakar. Seorang Nenek Hulda
Panjaitan 76 tahun diperbolehkan turun di
P. Pinang oleh para teroris karena ia tak henti-hentinya menangis di dalam
pesawat.
Dari
P. Pinang pesawat diterbang ke Thailand atas paksaan teroris dan adanya
penerimaan pemerintah Thailand untuk mengizinkan pesawat tersebut mendarat di
wilayahnya. Para teroris kemudian
membacakan tuntutan yang ditujukan pada pemerintah Indonesia, yaitu : 1.
Anggota Komando Jihad di Indonesia yang berjumlah 80 orang sebagai tahanan
politik segera dibebaskan. 2. Meminta
uang sejumlah US$ 1,5 juta. 3. Orang
Israel dikeluarkan dari Indonesia. 4.
Adam Malik dicopot sebagai Wakil Presiden.
Mereka juga meminta pesawat itu untuk pembebasan tahanan dan untuk
terbang ke tujuan yang dirahasiakan dan mengancam telah memasang bom di pesawat
Woyla dan tidak segan untuk meledakkan diri bersama pesawat tersebut.
Berita
pertama pembajakan tersebar pukul 10.18, saat Captain Pilot A. Sapari dengan
pesawat Fokker-28 Garuda Indonesia nomer penerbangan 145, jurusan Pekanbaru –
Jakarta, yang baru tinggal landas dari Bandara Simpang Tiga, Pekan Baru
mendengar panggilan radio dari GA 206 yang berbunyi :
Report this ad “..being
hijacked, being hijacked ”. Berita tersebut langsung diteruskan ke
Jakarta kepihak militer hingga ke Wakil Panglima ABRI Laksamana Sudomo yang
meneruskan ke Kepala Pusat Intelijen Strategis Benny Moerdani kemudian
menghubungi Asrama Kopasandha (Sekarang Kopassus) yang diterima oleh Asisten
Operasi Kopasandha LetKol. Sintong Panjaitan.
Minggu
29 Maret 1981, pukul 21.00, sejumlah 35 anggota Kopassandha meninggalkan
Indonesia dalam sebuah DC-10, mengenakan pakaian sipil.
Minggu
pagi Dubes Amerika Serikat Edward Masters mengkhawatirkan akan keselamatan
warganya yang berada di GA 206, apabila opsi militer dilakukan, “ I
am sorry sir, but this is entirely an Indonesian problem. It is an Indonesian
aircraft ”, Ujar SiDin Benny dengan
Plabomoranya, “ Indonesia
berhak mengambil segala langkah dalam meringkus pembajak dan tidak perlu izin dari
negara lain. We don’t guarantee anything..”
Setelah
berhasil mendarat di Don muang Thailand agak jauh dari pesawat yang
dibajak Senin 30 Maret 2019 malam, maka Selasa 31 Maret 1981, dini hari pukul 02.45, prajurit bersenjata mendekati
pesawat secara diam-diam. Dengan plant operational Tim Merah dan Tim Biru
memanjat ke sayap pesawat dan menunggu di pintu samping dan Tim Hijau akan masuk lewat pintu belakang. Kemudian pasukan dengan mobil secara senyap
menuju pesawat, “ Saya duduk di atas
anak-anak, injek-injekan ”, Ujar
SiDin. Sintong sangat terkejut, ketika
pasukan sudah meninggalkan mobil dan berjalan menuju Woyla, tiba-tiba saja
Benny menyusup masuk ke dalam barisan penyelamat dan ini diluar skenario.
Selasa
31 Maret 1981, dini hari, pukul 02.43, Tim Thailand ikut bergerak ke landasan,
menunggu di landasan agar tidak ada teroris yang lolos. Serbuan dimulai, menurut kesaksian penumpang dalam kegelapan
malam, semua pintu kabin pesawat segera terdengar didobrak dari luar dan
sekejap kemudian bunyi tembakan riuh membangunkan seluruh isi
pesawat. Letnan Achmad Kirang dari arah
pintu belakang sudah terlanjur masuk sebelum pintu depan didobrak, pembajak yang berjaga di bagian belakang sempat
terjaga dan langsung menembak Achmad
Kirang yang tidak sempat menunduk terkena peluru bagian perutnya yang tidak
tertutup flak jacket dan pembajak tersebut ditembak hingga mati ditompat.
Tim
Biru dan Tim Merah masuk, menembak dua teroris lain, sementara penumpang
menunduk kemudian disuruh keluar. Suddenly seorang teroris dengan granat
tangan tiba-tiba keluar dan mencoba melemparkannya tetapi gagal meledak, lalu anggota tim menembak dan melukainya
sebelum dia sempat keluar. Teroris
terakhir dinetralisir di luar pesawat,
Imran bin Muhammad Zein selamat dalam peristiwa baku tembak tersebut dan
ditangkap oleh Satuan Para Komando Kopassandha.
Selasa
31 Maret 1981, setelah subuh, pukul 05.00, pesawat DC-10 Sumatera meninggalkan
Don Muang, membawa pulang pasukan khusus anti teror Satu diantaranya meninggal (Lettu Achmad Kirang) dan seorang Pilot meninggal (Herman Rante). Serta kelima orang pembajak Empat diantaranya meninggal Machrizal, Zulfikar, Wendy M Zein, Abu Sofyan
dan Imronsyah, langsung diterbangkan ke Jukarta pagi itu pula. Operasi ini mendapat pujian dari berbagai negara atas kesuksesannya menumpaskan pembajakan ini hanya dalam waktu " tiga menit " Amazing.
Gugurnya
Achmad Kirang kelahiran Mamuju
8 November 1949 anggota TNI yang bergabung di Komando Pasukan
Sandi Yudha (Kopasanda), cikal bakal Komando Satuan Pasukan Khusus
(Kopassus) pada 31 Maret 1981 telah ditetapkan pemerintah sebagai Pahlawan Nasional pada 2018 dan Untuk
mengenangnya dibangun patung ditengah-tengah Kota Mamuju, namanya diabadikan
menjadi nama jalan dan lapangan.
Mengganggu
ketenangan rakyat mengancam Negara,
Kopasanda menumpas pembajakan Garuda DC-9 Woyla .