NusaNTaRa.Com
byMcDonalDBiunG, K
a m i s, 0
1 F e b r u a r i 2
0 2 4
Tugu Naga di Kota Singkawang sebagai kota dengan Indeks Tolerans tertinggi di Idonesia
SETARA
Institute merilis laporan indeks kota toleran (IKT) 2023, Selasa (30/01/2024).
Ada 94 kota yang menjadi objek dalam kajian SETARA. Singkawang tercatat sebagai kota dengan skor
toleransi tertinggi, dimana kota
Kalimantan Barat ini memperoleh skor 6,500.
Berturut-turut di peringkat 10 besar setelah Singkawang adalah Bekasi
dengan skor 6,460; Salatiga dengan skor 6,450; Manado dengan skor 6,400 dan
Semarang dengan skor 6,230.
Menyusul
kota Magelang skor 6,220; Kediri skor 6,073; Sukabumi skor 5,997; Kupang dengan
skor 5,953 dan Surakarta dengan skor 5,800.
Di sisi lain, ada 10 besar kota dengan skor toleransi terendah. Di
posisi 94 atau terakhir adalah Depok dengan skor 4,010. Setelahnya
berturut-turut Cilegon dengan skor 4,193; Banda Aceh dengan skor 4,260; Padang
dengan skor 4,297, Lhokseumawe dengan skor 4,377, Mataram dengan skor 4,387; Pekanbaru skor
4,420; Palembang skor 4,433; Bandar Lampung dengan skor 4,450 dan Sabang skor 4,457.
Studi yang
dilakukan SETARA Institute mencatat Depok dan Cilegon menDadi dua kota dengan
skor toleransi paling rendah dari 94 kota yang menjadi objek kajian. Berdasarkan laporan indeks kota toleran
(IKT) 2023 yang dirilis pada Selasa (30/01/2024), Depok ada di peringkat 94
dengan skor 4,010. Di atasnya Cilegon dengan skor 4,193 sementara di IKT 2022, Cilegon berada di
posisi paling bawah, kemudian disusul Depok.
Sementara
10 besar kota dengan skor toleransi terendah setelah Depok dan Cilegon pada
2023, berturut-turut adalah Banda Aceh dengan skor 4,260; Padang dengan skor
4,297 dan Lhokseumawe dengan skor 4,377.
Kemudian Mataram dengan skor 4,387; Pekanbaru dengan skor 4,420;
Palembang dengan skor 4,433; Bandar Lampung dengan skor 4,450 dan Sabang dengan
skor 4,457.
Dalam
laporan SETARA , dijelaskan ada temuan positif dari kota-kota pada peringkat 10
terbawah tersebut, tercatat kota-kota
itu telah melakukan berbagai upaya untuk membenahi diri, mulai membangun
ekosistem toleransi terutama melalui perluasan partisipasi dan peran yang
diambil elemen masyarakat. Pada IKT
2022, zona 10 kota terendah berada pada rata-rata skor 4,17. Skor tersebut naik
pada IKT 2023 menjadi 4,33, " Dengan kata lain, meskipun masih berada di
papan bawah, kota-kota tersebut mulai berbenah
", Ujar laporan
tertulis SETARA.
Dalam
studi ini, SETARA menetapkan empat variabel dengan delapan indikator sebagai
alat ukur. Pertama adalah regulasi
pemerintah kota. Indikator variabel ini adalah rencana pembangunan dalam bentuk
RPJMD dan produk hukum pendukung lainnya serta ada tidaknya kebijakan
diskriminatif. Kedua, regulasi sosial.
Indikatornya adalah peristiwa intoleransi dan dinamika masyarakat sipil terkait
isu toleransi. Ketiga, tindakan
pemerintah. Indikatornya adalah pernyataan pejabat kunci tentang isu toleransi
dan tindakan nyata terkait isu toleransi.
Keempat,
demografi sosio-keagamaan. Indikatornya adalah heterogenitas keagamaan penduduk
dan inklusi sosial keagamaan dan Sumber data penelitian diperoleh dari dokumen
resmi pemerintah kota, data Badan Pusat Statistik (BPS), data Komnas Perempuan,
data SETARA Institute, dan referensi media.
Pengumpulan data juga dilakukan SETARA melalui kuesioner self-
assessment kepada seluruh pemerintah kota.
SETARA kemudian melakukan pembobotan dengan persentase berbeda pada setiap indikator dengan mempertimbangkan perbedaan tingkat pengaruh masing-masing indikator pada situasi faktual toleransi di setiap kota.'
Kota Singkawang Kalimantan Barat
Singkawang Tota tertoleran di
Indonesia.
Diantara Variabel Toleran Regulasi socialna.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar