NusaNTaRa.Com
byPakeLEE, S
a b t
u, 1 6
M a r e t 2
0 2 4
Anton Medan atau Tan Hok Liong nama Islamnya H. Muhammad Ramdhan Efendi
Anton Medan mantan narapidana memiliki lika-liku
perjalanan hidup penuh warna dengan beragam kisah. Mantan narapidana dan preman tersebut memilih
untuk menjadi pendakwah hingga tutup usia pada Senin, 15 Maret 2021, "
Sebagai seorang preman, saya masuk-keluar dari penjara satu ke penjara
lainnya ", Ujar SiDin pemilik nama Islam, H. Muhammad
Ramdhan Efendi. Anton Medan menambahkan
bahwa dirinya semula penganut agama Buddha, beralih ke Kristen, dan akhirnya
Islam. Ia mempelajari Islam dari banyak guru, mulai dari guru NU, Persis dan
Muhammadiyah, " Akhirnya, hati saya pun menjadi tenang ",
Cakap Besar SiDin Anton Medan.
Sosok Anton Medan sendiri bernama asli Tan Hok
Liang, kolahiran Tebing Tinggi, Sumatera
Utara ini dikenal sebagai preman kelas kakap yang memulai "petualangan" kisah kelam di usia 12 tahun. Ia sudah bolak-balik mendekam di balik
dinginnya jeruji besi gtngsn berbagai
ulah yang mengganggu dan merusak
kehidupan wong lain. Beragam catatan kriminalnya mulai dari
menjambret, merampok, menjadi pengedar obat-obatan terlarang, mendadi mucikari, hingga pernah menjadi bandar judi kelas
kakap.
Kisah kelam Anton Medan sudah dimulai saat dirinya
masih berumur dua belasan tahun,
kala ia merantau ke Tebing Tinggi. Ia
bahkan sudah menjadi tulang punggung keluarga dan harus putus sekolah, kemudian menjadi anak jalanan yang bekerja
sebagai calo di Terminal Tebing Tinggi bertugas membantu sopir bus untuk mencari
penumpang. Suatu hari Anton terlibat
dengan salah satu supir karena tak mendapatkan upah kerja yang semestinya, sehingga
Anton Medan memukul sopir itu dengan balok dan membuatnya harus
berurusan dengan polisi untuk pertama kalinya.
Kejadian serupa kembali terjadi saat kembali pulang ke
Kota Medan, kala itu ia terlibat
perkelahian dengan sopir bus dan dipukuli.
Anton yang saat itu membalas dengan sabetan parang hingga membuat satu
supir tewas. Akibat kejadian itu, Anton harus mendekam di penjara selama empat
tahun. Usai menjalani hukumannya di
penjara, Anton Medan kembali ke rumahnya. Namun
ia justru tidak diterima oleh orangtuanya karena malu memiliki anak yang
pernah masuk penjara dan Anton
Medanpun akhirnya merantau ke Jakarta.
Mesjid Tan Kok Liong binaan Anton Medan |
Ketika ia bertemu pamannya di Jukarta pamannyapun
menolak keberadaannya, hingga hidup
seorang diri di Ibu Kota tentu tidak mudah bagi Anton Medan saat itu. Kerasnya
keadaan membuatnya terpaksa mencoba melakukan aksi kejahatan. Anton Medan mulai kehidupan di dunia
kriminal dari menjambret dan merampok.
Kemudian sejak saat itu, kejahatan yang pernah dilakukannya tak terbendung
lagi dan
beralih menjadi pengedar obat-obatan terlarang. Ia pun pernah menjadi
bandar judi kelas kakap hingga memiliki kasino.
Hingga tiba satu masa, ia menemukan ketenangan dalam
Islam, " Saya mempelajari Islam dari balik
tembok-tembok penjara ", Ujar SiDin Anton Medan dengan Soppengernya
(Jumawanya). Anton sempat ditolak
Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) dan Yayasan Karim Oei untuk memeluk
Islam karena masa kelamnya. Namun, ia
tak gentar dan membuktikan keseriusannya.
Anton Medan terlahir beragama Buddha dan sempat pindah
menjadi penganut Protestan dipenjara Cipinang sebelum akhirnya memilih memeluk
Islam hingga saat ini. Perjalanan
mualaf Anton tidak mulus, sempat ditolak
oleh Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) dan Yayasan Karim Oei untuk
memeluk Islam karena masa kelamnya.
Pada 1992 dengan keseriusannya,
ia akhirnya resmi mengucapkan syahadat yang dituntun oleh Almarhum KH
Zainuddin MZ, 'Si Dai Sejuta Umat' dan
sejak itu namanyapun berganti mendadi
Muhammad Ramdhan Effendi.
Setelah itu, ia mendirikan Majelis Taklim Ata'ibin yang
menampung para mantan narapidana dan pengangguran agar mereka bisa kembali ke
jalanan benar, mendirikan pondok pesantren dan mendirikan rumah ibadah bernama
Masjid Jami' Tan Hok Liang untuk memperbanyak pengabdiannya buat masyarakat. Masjid tersebut berada di areal Pondok
Pesantren At-Ta'ibin, Pondok Rajeg, Cibinong, Bogor, Jawa Barat.
Di dalam pondok pesantren, Anton mendirikan sebuah masjid megah dan unik
dengan khas Tionghoa yang dinamai Masjid Tan Kok Liong.
Anton Medan tutup usia di kediamannya, Kompleks Pesantren At-Taibin, Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Senin, 15 Maret 2021. Ketua Umum Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) itu wafat di usia 63 dalam kondisi menderita penyakit diabetes. Ia dikebumikan dengan diiringi bacaan ayat suci Al-Quran di Kompleks Pesantren At-Taibin, Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Selasa, 16 Maret 2021. Anton dikebumikan di makam seluas 4x4 meter dengan atap tiga tingkat berwarna hijau tua. Makam yang telah ia siapkan itu tempatnya berdampingan dengan Masjid Tan Kok Liong.
Anton Medan, Preman kakap sejak tahun 1992 Memilih Jadi
Pendakwah di Sisa Hidupnya
Anton
Medan Legends Premans langganan penjara.
Sang
Preman di akhir hidupnya jadi Islam dan pendakwa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar