NusaNTaRa.Com
byBakrIRoYMarteN, R
a b u,
1 7 A
p r i l 2 0
2 4
Thera Deters Pebulutangkis jadi Pembuat Kue
Atlet bulu
tangkis Jawa Barat, namun kini menjadi pengusaha kue atau patiseri di Jerman. Ia mengambil langkah ganti profesi karena khawatir akan masa depannya jika
hanya 'bergantung pada raket‘. Ia merasa perlu bekal untuk di hari tua. Oleh
sebab itu ia memilih menekuni teknik pembuatan kue."Patiseri buat saya
suatu hal yang bisa menyenangkan hati orang, apalagi kalau enak, bisa buat
orang gembira. Kalau di bidang olahraga
ada batas waktu, misalnya kalau sekarang umur 35 atau 30 tahun saja sudah tidak
bisa lari ke kanan-kiri, susah larinya," demikian alasan Thera Deters.
Ia kemudian
mulai sekolah pembuatan kue ketika memasuki umur 26 tahun, "Saya yang
paling tua. Teman-teman umurnya 16-18 tahun. Tapi saya yakin, tidak ada kata terlambat
untuk belajar, " ungkap
Thera yang sambil sekolah lagi, masih
melatih bulutangkis di Jerman. "Prosesnya juga panjang, harus tiga tahun
sekolah, harus mulai semuanya dari nol. Pelajari tentang kalori, apa saja yang di
dalam kue. Yang kedua tentang bagaimana tentang komposisi yang benar, tapi
hasilnya juga benar. Jadi kalau kuenya
kenapa, kuenya lembap, waktu dibikin tiba-tiba di oven sudah mengembang,
tiba-tiba kempes lagi. Jadi kita belajar analisa takaran bahan kue ",
Ujae SiDin Thera Deters semangat .
Usai
sekolah ia mencari pengalaman dengan bekerja membuat kue. Lalu Thera juga
setelah mengambil pendidikan lanjutan, program master tahun 2012. "
Kira-kira 1 tahun, saya ambil master satu tahun waktu itu. Setelah ambil master, saya kerja lagi dulu,
untuk mengumpulkan modal, tidak langsung buka. Karena bikin toko kue modalnya besar ",
Ujar SiDin Thera Deters dengan
Plabomoranya (Hebatnya).
Jalan
panjang ia lalui hingga akhirnya bisa membuat toko kue sendiri. Selama tujuh
tahun lamanya ia mengumpulkan modal. "Tahun 2008 saya sudah berencana, ini
saya mau buka sendiri, saya setiap hari menulis ide apa yang saya punya.
Misalnya saya kalau lagi jalan-jalan ada ide, saya lihat ke toko, kafe, saya
tulis, saya simpan di buku. Nah, selama tujuh tahun, terus misalnya uang saya
sisihkan untuk beli perabotan, cetakan kue. Tahun 2008 saya sudah menyimpannya
di gudang. Karena saya tahu, kalau saya buka modalnya besar sekali buat saya.
Saya tidak punya sponsor, jadi lumayan," demikian Thera mengisahkan
perjalanan panjangnya menjadi pebisnis kue.
" Waktu itu saya juga masih melatih
bulutangkis, jadi pemain juga, dari hasil itu saya kumpulkan sedikit-sedikit. Saya selama itu bekerja di hotel, restoran,
toko kue dan di rumah sakit. Ini jadi
pengalaman saya akan apa yang saya butuhkan nantinya ”, Tandas
SiDin Thera Deters yang bermukim di
Frankfurt, Jerman ini. Anna Pikser,
warga Jerman yang bermukim di kota yang sama sangat menyukai kue buatan Thera
Deters, " Saya pesan untuk acara ulang tahun. Bentuknya unik dan rasanya sangat enak ”,
Tandas SiDin Laji.
Meskipun
sibuk berbisnis patiseri Bisnis kuena, Thera Deters selalu
menyempatkan diri berbagi rezeki dengan tunawisma yang hidup tak tentu di
daerahna. " Kita kan sebagai manusia, kadang-kadang tidak
bersyukur begitu, kadang-kadang suka mengeluh.
Cuma kalau saya lari ke orang
yang tunawisma, saya lihat mereka kadang-kadang makan juga kurang, tidak ada
tempat tinggal, sekarang apalagi musim
dingin, selimut juga tidak ada. Terus
saya lari ke mereka memotivasi hidup saya
".
Thera Deters membuatkan mereka kue dan membaginya langsung. " Saya panggangkan kue, saya potong-potongkan, saya antar dan bagikan ke mereka. Motivasi buat saya pribadi, ada satu orang yang sempat peluk saya menangis, mereka bilang selama hidup mereka tidak pernah makan kue yang istimewa. Kalau kue saya maaf kata, harganya juga beda, karena kita buat sendiri, buatan tangan. Mereka kadang-kadang mau beli juga takut, makanya kalau saya bagikan, mereka bersyukur sekali ", Pungkas SiDin Thera Deters dengan gembira.
Thera Deters asal Lampung pelatih Bulutangkis di Jerman
Mantan
atlit Bulutangkis Bisnis pembuat Kue.
Jaminan
selanjutnya setelah pension dadi pembuat Kue.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar