Senin, 18 Maret 2024

MASJID RAYA SULTAN RIAU YANG MASIH KOKOH DI PULAU PENYENGAT DIBANGUN DENGAN PUTIH TELUR

NusaNTaRa.Com 

byMuhammaDNunukaN,        M  i  n  g  g  u,    1   7     M   a   r   e   t     2   0   2   4    

Masjir Raya Sultan Riau Pulau Penyengat di Provinsi Kepulauan Riau.

Meski Bangunan ini telah berdiri lebih dari dua abad ,  Masjid Raya Sultan Riau Pulau Penyengat yang ada di Kampung Jambat. Kelurahan Penyengat, Kota Tanjungpinang, Provinsi Kepulauan Riau masih kokoh berdiri  dengan arsitektur hingga warna kuningnya yang mencolok.   Ketua Masjid Raya Sultan Riau Pulau Penyengat, Raja Alhafiz bercerita di masa lampau---saat era Kesultanan Riau, Lingga, Johor, dan Pahang---pulau itu kosong dan hanya jadi tempat singgah  para  nelayan atau pelaut untuk mengambil bekal air minum.   Pulau inipun  memiliki telaga air tawar untuk di minum dan airnya tidak pernah kering meski kondisi cuaca panas.

Kemudian, pulau itu dijadikan mahar atau mas kawin saat Sultan Mahmud Riayat Syah menikahi anak dari Raja Haji Fisabilillah, Raja Hamidah Engku Putri,   "  Jadi banyak mengatakan, bahwa Pulau Penyengat Pulau Mas Kawin, dari Sultan Mahmud Riayat Syah ke Raja Hamidah Engku Putri  ",  Ujar SiDin Alhafiz,  Senin   (04/03/2024).   Masjid yang dibangun  menggunakan bahan kayu di pinggir pantai Pulau Penyengat pada tahun 1803 mulanya kecil.   Namun, dengan berkembangnya peradaban, masjid tersebut kemudian dijadikan tempat pusat pemerintahan kerajaan.

Seiring dengan pesat berkembangnya masa itu, masjid tersebut tidak bisa menampung jumlah masyarakat yang ada sehingga Sultan memerintahkan untuk membangun masjid yang lebih baik, lebih bagus dan lebih besar,   "  Maka dijadikan lah masjid di tempat ini, masjid ini didirikan pada tahun 1832 cuman itu tidak ada di jelaskan berapa lama pekerjaannya   ",   Cakap Besar  Ketua Masjid Raya Sultan Riau Pulau Penyengat, Raja Alhafiz.   Dalam perkembangannya  masjid  tak lagi berdinding kayu, Alhafiz menerangkan dilakukan secara bergotong-royong siang malam oleh warga baik laki-laki maupun perempuan yaitu ketika siang dikerjakan kaum perempuan dan malam hari dikerjakan laki-laki.

Masjid ini dibangun tidak menggunakan besi beton dan susunan batu  bata tak disemen.   Alhafiz mengatakan pada zaman tersebut tak ada semen, sehingga masjid itu dibangun menggunakan susunan bata yang pelekatnya adalah pasir, tanah liat, kapur   dan putih telur.   Diapun menambahkan,  kala itu warga-warga di pulau sekitar diminta kerajaan untuk mengirim bantuan makanan buat para pekerja.   Khusus telur itu, kuningnya menjadi santapan para pekerja, sementara putihnya dikumpulkan menjadi pelekat campuan membangun masjid,  "  Jadi, arsitek yang membangun masjid ini adalah orang India asal Singapura mengatakan bahwa, putih telur itu merupakan perekat sangat bagus, untuk bangunan  ",   Cakap SiDin  Alhafiz  dengan Soppengernya (Jumawanya).  

Alquran berukuran besar yang masih terjaga keasliannya
sejak ditulis tangan pada 1867 silam masih tersimpan
di Masjid Raya Sultan Riau Pulau Penyengat

Masjid tertua di Kepulauan Riau itu arsitekturnya dibangun dengan filosofi Islam.   Contohnya, kata dia, 13 anak tangga untuk naik ke atas masjid yang melambangkan 13 rukun salat, lalu 5 buah pintu yang melambangkan rukun Islam  dan 6 buah jendela yang juga melambangkan rukun iman.   Tidak hanya itu kubah masjid sebanyak 13 buah dan 4 menara yang totalnya 17 itu menandai jumlah rakaat salat fardu dalam sehari,   ciri  kekinian  lain dari rumah ibadah itu adalah terdapatnya rumah sotoh dan balai tempat musyawarah di bagian kanan dan kiri halaman masjid.   Balai-balai yang bentuknya menyerupai rumah panggung  tak berdinding ini dulu digunakan sebagai tempat untuk menunggu waktu salat dan berbuka puasa pada bulan Ramadhan  dan   rumah sotoh adalah sebuah bangunan dengan arsitektur Arab yang menjadi tempat mempelajari ilmu agama.

Salah satu pengunjung, Rusdi, mengaku takjub dengan masjid tersebut  karena  masih terpeliharanya peninggalan sejarah dan bangunannya.   Menurut nya Masjid Raya Sultan Riau Pulau Penyengat ada kesamaan dengan Masjid Raja Ahmed di Istanbul Turki, karena menaranya masjid berbentuk kerucut yang lebih tinggi.    Demikian dengan  ornamennya pun mirip dengan masjid yang ada di Turki  seperti  lampu hias yang ada di dalam Masjid seperti Masjid Hagia Shopia,     Ada keunikan tersendiri ya, menurut saya Masjid Raya Sultan Riau Pulau Penyengat, seperti Masjid Hagia Shopia di Turki kalau dilihat ornamen nya  ",   Cakap SiDin Rusdi  dengan Plabomoranya (Hebatnya).

Alhafiz mengatakan semua peninggalan sejarah yang ada di dalam masjid tersebut semuanya masih terjaga dan terawat dengan baik.   Salah satunya mimbar yang terbuat dari kayu jati dan dipulas dengan cat berwarna keemasan,  di bawah mimbar tersimpan sepiring pasir yang konon ceritanya berasal dari tanah Mekkah Al-Mukarramah  yang  dibawa Raja Ahmad Engku Haji Tua, bangsawan pertama dari kerajaan yang menunaikan ibadah haji di 1820 masehi.    Pasir tersebut biasa digunakan masyarakat setempat pada upacara jejak tanah, suatu tradisi menginjak tanah untuk pertama kali bagi anak-anak,   "   Untuk bangunan masjid dan benda - benda di dalam masjid, alhamdulillah masih terjaga keasliannya tidak ada yang dirubah  ",  Cakap SiDin Alhafiz menjelaskan.

Perkuburan Raja disekitar Mesjid Raya Sultan Riau

Di dalam masjid itu ada sebuah Al Quran kuno berukuran besar yang ditulis tangan oleh Abdurrahman Stambul  pada tahun 1867   dan disimpan dalam etalase.   Dia adalah pemuda asal Pulau Penyengat yang disekolahkan kerajaan untuk belajar agama Islam di Istanbul, Turki kala itu.   Ada juga benda unik lainnya yang masih terjaga yaitu lampu kristal yang merupakan hadiah dari Kerajaan Prusia (Jerman) pada tahun 1860-an.   Masjid Raya Sultan Riau Pulau Penyengat ini sudah ditetapkan pemerintah sebagai benda cagar budaya bersama 16 situs sejarah lainnya di sana.

Jelang bulan Ramadan, pengurus Masjid Raya Sultan Riau Pulau Penyengat juga akan menggelar tradisi tahlil jamak kenduri arwah untuk seluruh masyarakat Pulau Penyengat mendoakan mereka yang sudah tiada. Pada Ramadan tahun ini, tradisi itu digelar pada Jumat (08/03/2024) lalu.   Selain itu, apabila sudah masuk bulan puasa juga akan di gelar tradisi buka puasa bersama di halaman masjid,   "  Ada tradisi Jelang Ramadan, tahlil jamak kenduri arwah untuk seluruh masyarakat Pulau Penyengat. Kita ajak masyarakat datang ke masjid sama - sama mendoakan para arwah yang sudah meninggal dunia   ",   Ujar SiDin  Alhafiz dengan Ahmadernya (Manisnya).

Ramadhan tahun ini terlihat  banyak pengunjung yang menyambangi masjid Raya Sultan Riau ini,  tidak hanya pengunjung lokal, pengunjung dari luar negeri juga datang kesini seperti Malaysia dan Singapura. Para pengunjung yang datang ke Pulau Penyengat tidak hanya jalan-jalan untuk menikmati wisata religi.   Namun, mereka juga melakukan ziarah makam para raja seperti Raja Haji Fisabilillah, Raja Ali Haji, Raja Hamidah, Raja Ahmad, Raja Abdullah, dan Raja Aisyah.

Anda harus menggunakan perahu kayu atau dikenal  warga setempat boat pancung untuk dapat menengok Masjid bersejarah dan unik ini di Pulau Penyengat, yang terpisah dengan lautan dari kota TanjungPinang Kep. Riau dengan waktu sekitar 15 menit..   Tarif per orang untuk menyeberang ke sana apabila pengunjung dikenai biaya Rp. 9.000,-. Sedangkan untuk warga Pulau Penyengat dikenai biaya Rp. 7.000,- dan untuk anak sekolah dikenai biaya Rp. 5.000,-. Apabila sistem carter sekali jalan Rp. 130.000,- kalau pulang pergi Rp. 250.000,- dengan kapasitas perahu 15 orang,   "  Boat pancung yang bawa penumpang ke Pulau Penyengat stand by dan berganti - ganti karena ada belasan perahu dengan sistem gilir untuk mengantar penumpang  ",   Ujar SiDin Fendi  penambang boat.

Menara mesjid yang Lancip menyerupai Menara masjid Turki di
Istambul yang megah


Masjid Raya Sultan Riau telah berdiri lebih dua abad lalu.

Mesjid dibangun gotong royong menggunakan  Putih telu.

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LIMA PEMBUANGAN SAMPAH TERBESAR DI DUNIA, ADA BANTAR GEBANG !!

NusaNTaRa.Com       byBatiSKambinG,        R   a   b   u,    2   0      N   o   p   e   m   b   e   r      2   0   2  4     Tempat Pengelola...