Jumat, 22 Maret 2024

DUNIA PENDAKIAN GUNUNG PERLU MEMAHAMI KEARIPAN GUNUNG BUKAN SEKEDAR MAMPU MENDAKI KETINGGIAN.

NusaNTaRa.Com

byFarhaMTukirmaN,           R   a   b   u,    2   0     M   a   r   e   t    2   0   2   4

Lembah Ranukumbolu di pendakian Gunung Semeru tahun 2015

Sebelum kegiatan pendakian booming di Indonesia tahun 1980an  kebawah awal-awal trend pendakian mulai dikenal dan kegiatan ini hanya dilakukan kalangan  remaja pencinta alam atau segelintir  kalangan mahasiswa,  gunung-gunung bisa dibilang sepi, perijinan ngga ribet,  jalur pendakian ngga banyak skarang, basecamp pun paling cuma ada satu,  daerah pendakian belum begitu terartur,  pendakinya pun dikalangan nasional masih kebanyakan Mapala, KPA   atau komunitas mantan mapala dan KPA yang sudah tak aktif di organisasinya.

Kegiatan mendaki gunung kala itu masih dinilai orang umum sebagai kegiatan  "ngga guna"  buang-buang waktu  seakan cari maut dan tak punya kegunaan,   saat itu saya sering memimpikan kegiatan naik gunung bisa ramai, populer, dan bisa menjadi sebuah penghidupan bagi banyak orang, tidak lagi menjadi sebuah kegiatan yang sering dipandang sebelah mata.   Karena itu jugalah saya pada tahun 2008 mengenalkan konsep The Seven Summits Of Indonesia, yang mana salah satu tujuannya adalah memberikan trigger untuk kegiatan pendakian gunung di Indonesia.

Lalu pada tahun 2012 film kontroversial berjudul   "5 cm"   di rilis,  sebuah film tentang persahabatan dan pendakian ke gunung Semeru.   Saya menonton film itu,  yang saya kagumi dari film itu adalah kemampuan cameraman dan sutradaranya menyajikan  "the majestic view of Mahameru".     Film itu membuat mata orang-orang diluar pendaki gunung terbuka betapa indahnya pegunungan itu, setelah film itu beredar kegiatan mendaki sontak menjadi ramai, ditunjang juga dengan perkembangan sosial media.   Saya sangat mensyukuri akan hal itu, namun ada satu hal yang menjadi ganjalan dari boomingnya kegiatan mendaki gunung, yaitu impak nya pada gunung tersenut.   

Pendaki G Semeru di Lembah Ranukumbolo tahun 2005 

Banyak gunung-gunung menjadi kotor, banyak juga pendaki yang tidak siap dan celaka. 5 cm sukses memperlihatkan indahnya pegunungan tapi gagal dari sisi edukasi bahwa mendaki gunung itu perlu persiapan, mendaki gunung itu perlu etika terhadap gunung dan sesama manusia disana.   Di film itu digambarkan mereka mau mendaki semeru cukup dengan janjian ketemu di stasiun, perlengkapan yang mereka pakai sekenanya, belum lagi cerita kehabisan air di kalimati minta sama pendaki lain.   Hal inilah yang kurang pada film 5cm, yaitu edukasi yang benar tentang mendaki gunung.   Berbeda dengan film  “ Vertical Limit “, film itu menggunakan konsultan pendaki gunung yang bahkan konsultannya juga ikut serta dalam film itu, konsultannya bernama Ed Vistur, dia adalah seorang pendaki legendaris asal US.

Entah “ 5cm “  juga menggunakan konsultan pendaki gunung atau tidak, kalau menggunakan, mungkin sepertinya sutradaranya tidak terlalu mendengarkan pendapat konsultannya.  Sehingga faktor-faktor bagaimana persiapan  dan perlengkapan mendaki gunung itu terkesan diabaikan   dan hal inilah yang dilihat orang umum,  dibayangan mereka naik gunung gampang tidak ada persiapan khusus   dan inilah yang menjadi benang merah kenapa gunung-gunung di Indonesia saat ini semakin rusak  dan kenapa korban mendaki gunung selalu   saja ada.

Sehingga dalam dunia pendakian Gunung bukan sekedar bagaimana  kita dapat  mengeksplore lintasan  yang akan kita daki,  serta berbagai sudut lokasi pendakian yang Indah yang perlu kita ketahui saja.   Lebih dari itu semua harus tahu tentang kearipan lokasi  pendakian dalam bebrbagai tinjauan pendakian agar kita dapat menikmati sensasi keindahan alam yang didaki para  petualang,  serta  para pendaki juga harus memahami keselamatan dalam melintasi alur pendakian  yang tak kalah penting para pendaki  harus dapat menjaga keaslian dan keselamatan  daerah pendakian.

Sekarang mendaki gunung menjadi sumber penghasilan baru, baik bagi para pendaki yang menjadi pemandu, bagi masyarakat kaki gunung dengan bisnis basecamp dan kedai nasinya, juga ada porter dan pemandu lokal, ojek gunung belum lagi perusahaan  jasa pendakian yang mengelolanya dengan profesional.    Bahkan sekarang  juga ada jasa transportasi antar jemput pendaki dari kota ke basecamp. Bisnis retail dan rental perlengkapan gunungpun berkembang.    Sebuah dilema, dibalik kerusakan oleh ramainya pendaki, tapi ada roda ekonomi baru yang berjalan dan menghidupi pelakunya,  terlepas dari  perkembangan semua itu,  semuanya tentu akan menjamin kepuasan para pendaki.

Semua sudah terjadi, ngga mungkin juga apa yang ada di 5cm dibuat ulang.   Harapan sekarang adalah dengan makin banyaknya influenser sosmed, diharapkan banyak membuat konten edukasi mendaki yang benar, bukan hanya sekedar konten wajah cantik dan ganteng tapi minim edukasi.  Mari perbanyak konten edukasi tentang mendaki gunung bukan konten narsis,  sehingga kegiatan pendakian  benar dapat berjalan dengan baik  dan memberikan kebaikan bagi  para pendaki  dan memberikan dampak pada bangsa Indonesia di mata danien.

Saya menulis dengan harapan, tidak mungkin kita terus-terusan menyalahkan isi film  “5cm” yang memberikan gambaran negatip tentang pendakian,  tapi yang perlu dilakukan sekarang adalah agar para influenser pendaki bisa membuat kontent untuk mengedukasi followernya sesuai  gayanya  masing-masing tetapi memberikan positipisme bagi pendaki.   Jika tidak tahu teknis mendaki yang akan di bahas, tidak ada salahnya membuka komunikasi dengan para  pendaki yang menguasainya, agar konten yang dibuat benar secara teknis pendakian gunung.  

Puncak Pendakian Gunung Latimojong 
Sulawesi Selatan


Film  “ 5Cm “  kisah keindahan pendakian Gunung Semeru.

Dunia pendakian butuh knowled bukan sekedar  seru - seru.

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LIMA PEMBUANGAN SAMPAH TERBESAR DI DUNIA, ADA BANTAR GEBANG !!

NusaNTaRa.Com       byBatiSKambinG,        R   a   b   u,    2   0      N   o   p   e   m   b   e   r      2   0   2  4     Tempat Pengelola...