NusaNTaRa.Com
byBakuINunukaN, K
a m i s, 0
8 F e
b r u
a r i 2
0 2 4
Milad FKWT dan Ketuanya Ibrahim Ali
Yang memiliki kesamaan dalam rumpun itu antara lain ada
Ulun Pagun ( wilayah pesisir), Brusu (wilayah pedalaman), Tagol/Tahol, (wilayah
pedalaman) Agabak (wilayah pedalaman) Abay (wilayah pedalaman), Tenggalan
(wilayah pedalaman) maupun eksternal kehidupan Warga Tidung sendiri yang
terdiri dari kelompok2 kecil yang membedakan diri masing-masing yang memang
memiliki ciri khas yang unik dan berbeda dari dialek seperti dialek Sembakung,
Sesayap, Tarakan, namun tetap bisa saling mengerti dan memahami satu sama lain
dalam berkomunikasi.
Lalu karena persolan persepsi, kepentingan politik,
kebudayaan, sudut pandang yang berbeda, tidak terbangunnya komunikasi yang
dialogis secara personal melalui tokoh-tokih intelektualnya maupun secara
kelembagaan ditambah belum tuntasnya konsolidasi menyeluruh membuat FKRT ini
kurang diterima. Lalu dikembalikan lagi
menjadi FKWT untuk menjaga eksistensi organisasi ini dengan melihat realitas
kehidupan persekutuan masyarakat secara nyata. Beberapa alasan agar energi dan
semangat juangnya tidak layu sebelum berkembang.
Semua Warga Tidung sepakat bahwa FKWT ini harus tetap
hadir sebagai penyemangat, perjuangan semua lapisan masyarakat akan kebangkitan
Warga Tidung sebagai etnis local terbesar dan berpengaruh di Kalimantan Utara.
Beberapa tahun terakhir kita patut berbangga, orang Tidung masih di
perhitungkan. Ada Ibrahim Ali sebagai Bupati Kabupaten Tana Tidung, ada
Hanafiah sebagai Wakil Bupati Kabupaten Nunukan, ada Jakaria sebagai Wakil
Bupati Kabupaten Malinau, ada Jamaluddin sebagai Sekretaris Daerah Kota
Tarakan, ada Suriansyah sebagai Sekretaris Daerah Provinsi Kalimantan Utara.
Beberapa fase perjalanan jatuh bangun Warga Tidung
harusnya membuat kita sadar, bahwa perlu kerja keras, kerja-kerja cerdas. Namun sebelum keluar, diperlukan kekompakan
di internal terlebih dahulu, bukan hanya memupuk rasa bangga menjadi orang
Tidung, Warga Tidung harus kembali
memahami dan membaca ulang arus balik kiprah masa kejayaan orang-orang Tidung
yang kuat, belimpung, mikang, baik hati, penuh kesadaran bebilin/pesan/ nasehat
para orang tua/ulun tuo taka gului, yang bisa di lihat dalam bait-bait
lagu/dindang.
"Bebilin" kalimat "Intimung Taka Mikang,
Insuai Taka Tapu" bermakna (Bersatu kita kuat bercerai kita runtuh) kata
"Intimung" tidak dimaknai atau diartikan sebagai
"berkumpul" tapi "bersatu" dalam maxim politik yang baik
adalah " Berbaris bukan Berkumpul". Jika "Limpung"
mengelinding bukan membuat pusing, Ia bisa saja menjadi bola panas yang siap
tempur, simbol kekuatan, kebaikan, syarat filosofi, prinsip moral dalam tao
menurut Sun Tzu seorang pakar Militer Perang Tiongkok Kuno 500 sebelum Masehi.
Rumah Baloy, Kediaman Adat Suku Tidung |
Sejak Berdirinya Provinsi Kalimantan Utara tahun 2012
sampai tahapan Pileg 2024 yang menghitung hari ini lebih tepat pada hari Rabu,
14 Februari 2024 mendatang Warga Tidung masih berjuang dalam merebut supremasi dan kekuasaan untuk mendudukan Warga Tidung
untuk DPR RI, DPD RI, DPRD Kabupaten/Kota, DPRD Provinsi Kaltara dalam kontestasi
sistem demokrasi 5 tahunan.
Perjuangan Warga Tidung harus dimaknai sebagai ibadah, karena sesungguhnya orang-orang Tidung di Kalimantan Utara berjumlah 67.000 pemilih yang terdaftar dalam DPT tentu ini bermakna Orang Tidung memiliki kesempatan yang besar, peluang yang sangat sempurna untuk mencapai tujuan politik 2024. INAMMA AMRUHU IZHA ARODA SYAIAN AN YAQULA LAHU KUN PAYAKUN, " Sesungguhnya urusan -Nyalah apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya, jadilah, maka jadilah sesuatu itu ", (Q.S. YASIN : 82). (dr. FKWT Kaltara, Senin 05/02/2024)
Pakaian Adat dan Perkawinan suku Tidung
Suku
Tidung mendiami wilayah pesisir Kaltara.
FKWT
lahir wujut kebersamaan warga Tidung Kaltara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar