NusaNTaRa.Com
bySolanaNEnembE, S e n i n, 1 0 D e s e m b e r 2 0 2 3
Sefnat Sailana di taman rumahnya yang begitu asri, penuh tanaman bunga, obat-obatan, dan rempah.
Sefnat Sailana seorang pendeta yang baru pensiun (emeritus) awal 2023 dan menjaga kebun kemakmuran gereja, Emeritus pendeta protestan ini tinggal Kelurahan Kelaisi Timur, Alor Selatan, Alor. Semasa aktipnya beliau banyak melakukan aksi-aksi penyelamatan dan perawatan lingkungan dari balik gereja hingga pension dan iapun aktip menjadi Ketua Klasis Alor Tengah Selatan tahun 2001-2011 dan 2015-2023. Hutan gereja dan kebun kemakmuran adalah program Sefnat Sailana sejak jadi ketua klasis.
Berawal dari keprihatinannya yang menengo banyak warga menebang
pohon untuk berbagai keperluan, baik rumah maupun gereja, sedang yang menanam
pohon tidak sebanyak penebangan. “ Waktu itu, saya terinspirasi ketika kita
bikin rumah gereja, kita tebang pohon. Ketika kita bikin rumah jabatan gereja
kita tebang pohon, warga pun tebang pohon. Pertanyaannya, berapa yang kita
tanam?’ Akhirnya terinspirasi, lebih baik buat hutan gereja. Ya, kita jangan
hanya tebang, tapi juga tanam ”, Cakap Besar SiDin Sefnat
Sailana Sabtu (11/11/2023) lalu.
Hingga ia berkomitmen menghijaukan daerahnya dengan menanam pohon sebanyak-banyaknya
seperti ketika memberikan pelayanan dari rumah ke rumah atau dari gereja ke
gereja, Sefnat Sailana berjalan kaki sambil membawa bibit pohon untuk ditanam
di sepanjang jalan yang dia lewati. Bahkan
ia
pernah sampai empat hari jalan kaki istirahat di jalan, karena awal tahun 2000-an
tidak ada motor, “ Hutan gereja itu hanya sebagai contoh. Jadi
kita fokusnya kalau bisa setiap orang mesti punya hutan ”, Ujar
SiDin Laji.
Dalam tekadnya untuk menanam pohon japun turut mengajak
Istri dam anaknya, “ Dulu, bapak masih ketua klasis … kalau mau
pergi ke jemaat mana gitu, itu sudah siap memang anakan (bibit pohon), jadi
pergi ke sana, tanam di sana, (jalan) sambil menanam ”,
Ujar SiGaluH Yublina Asadama dengan Ahmadernya (Manisnya) istri Sefnat Seilana. Yublina Asadama bilang mereka bukan hanya
menanam pohon sopankang jalan,
suaminya juga melarang
keluarganya membunuh atau menyakiti
hewan-hewan yang ditemui di tengah jalan, semisal ular karena mereka juga
mahluk tuhan.
Bagi Sefnat Sailana, ia harus memberikan teladan kepada para jemaat
bukan sekadar khutbah di atas mimbar gereja, tetapi bersama jamaat mereka
bersama menanam pohon apa saja, kalau lingkungan baik, maka hidup akan baik. “
Beliau suruh kami tanam. Beliau sama-sama, bukan hanya omong saja,
beliau tanam ya kita tanam. Jadi, rumput di jalan itu ditanam ”,
Ujar SiDin Immanuel Onlet, Jemaat Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT)
Bethel Katang dan I Onlet juga cakap, tanaman-tanaman
itu menjadi saksi atas kekonsistenan Sefnat dalam melakukan penghijauan di
hutan dan kebun.
Rumah warga Alor yang menggunakan pagar hidup, indah dan asri.
Rumah-rumah di perkampungan Keleasi Timur itu dipagari pohon-pohon
yang terpotong rapi dan disepanjang
jalan banyak terdapat tempat sampah dari bambu. Kami berdua kerap dipanggil warga untuk mampir
ke rumah mereka, “ Bai,
mampir dulu ko ”, Ujar warga
pada Sefnat. Bai adalah panggilan untuk orang yang dituakan. Iapun menganjurkan masyarakat untuk membuat
pagar hidup yanh banyak manfaatnya, “ Kita tanam pagar hidup. Kalau di sini, mereka
mau bikin pagar, pagar mati, tapi potong kayu, bambu, musti paku, musti cat,
costnya tinggi, dan tidak ramah lingkungan. Lebih baik kita tanam pagar hidup ”,
Ujar SiDin Sefnat Sailana menjelaskan.
Selain pagar hidup, dia juga menganjurkan untuk menanam
bunga di halaman rumah supaya lebih asri dan indah. Paling tidak, dalam satu rumah ada dua tanaman bougenville
(bougainvillea). Saat Sefnat pindah
tugas ke gereja lain sebagai pendeta, hal pertama yang dia sampaikan kepada
jemaat lingkungan, melindungi satwa dan anjuran untuk menanam pohon. “ Sampai
lingkungan ini (saat beliau datang), jadi kami (beri) gelar ‘itu pendeta, itu
pendeta pertanian.’ Nah, sekarang baru paham bahwa memang pendeta itu, salah
satunya itu tugasnya ”, Ujar SiDin Yahya Sabila, jemaat Gereja
Mahanaim Maipiy.
Karena sikapnya itu Sefnat Seilana pernah mendapatkan
penghargaan NTT Academia Award pada 2010
dan penghargaan pengelola
lingkungan hidup dengan kategori pembina lingkungan hidup dari Gubernur Nusa
Tenggara Timur pada 2011 sebagai
apresiasi atas kerja-kerjanya menjaga dan memperjuangkan lingkungan hidup. Sefnat S sering mendapat panggilan menjadi
pendeta di gereja yang terletak di kota, tetapi selalu menolak, karena ia
senang melakukan pelayanan di pedalaman, bergerak bersama warga
melakukan aksi-aksi sosial-lingkungan.
Hening Purwati Parlan, Direktur Eco Bhineka Muhammadiyah,
bilang, Sefnat Sailana pantas dapat penghargaan Kalpataru karena berhasil
mengkontekstualisasikan ajaran agama jadi gerakan lingkungan. Selama ini pembahasan agama jarang menyasar ke isu
lingkungan, lebih banyak menyasar isu
radikalisme, spiritualitas ketuhanan, dan moderasi keberagamaan. Isu lingkungan
kalah penting mendapatkan porsi perhatian yang cukup dari sudut pandang agama, “ Semestinya
yang namanya agama itu jadi barisan cinta kasih terhadap sesama, alam semesta
dan keanekaragaman hayati ciptaan Tuhan ”, Ujar SiGaluH
Hening P Parlan dengan Ahmadernya (Manisnya).
Perkampungan yang terletak di di atas bukit di Maipiy
Pohon
menghiasi perkebunan menyuburkan lahan.
Sefnat
S Pendeta penganjur tanam pohon di siring Jalan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar