NusaNTaRa.Com
byBahrIHasupiaN, J u m a t, 0 2 F e b r u a r i 2 0 2 4
Tugu Sibayak Lingga Berdiri Kokoh di Puncak Uruk Ndaholi
Kisah Gayo dan Karo, Penjajah Belanda yang mejadi penyebab terpisahnya diantara mereka sebagaimana dijelaskan Adri Istambul dan Para kolonial Belanda juga banyak membuat buram sejarah Karo dan Gayo, mereka sengaja melakukan ini demi kepentingan mereka pada masa itu, ini dipaparkan dalam kegiatan seminar budaya Gayo waktu lalu di Pendopo Bupati Gayo Lues (Bale Musara). Diungkapkan juga ketika Raja sibayak Lingga dengan gelar raja Senina mempersunting 3 putri Karo sebagai istrinya dan mempunyai lima anak perempuan dan lima anak laki-laki, semua berdomisili di desa Lingga.
Adri Istambul juga
menceritakan, sang leluhur Raja Natang Negeri telah mewariskan bawar kepada
Raja Senina Lingga, sedangkan Raja
Natang Negeri merupakan putra dari Raja Linge I dari Kerajaan Linge Gayo. Natang Negeri, merantau ke Tanah Karo dan mempersunting tiga gadis Karo yaitu Beru
Sebayang, Beru Ginting dan Beru Tarigan
Nagasaribu dan istri Beru Sibayang lahirlah seorang putra Sibayak Lingga (Raja
Senina Lingga).
Tengkorak Sibayak Lingga pada peresmian Tugu Sibayak Lingga |
Mengket Geriten dan Tugu Nini Sibayak Lingga Raja
senina Lingga merupakan acara ritual
persemayaman tulang belulang Sibayak Lingga ke sebuah tugu di perbukitan yang
disebut Uruk Ndaholi desa Bintang Meriah Kecamatan Tiga Nderket Kabupaten Karo Sumut akhirnya
membuka tabir mistery hubungan keduanya yaitu
antara Suku Karo khususnya bermarga Sinulingga dengan Suku Gayo
didataran Tinggi Gayo Provinsi Aceh bagian tengah.
Pengantaran Tengkorak kepala Sibayak Lingga Raja Senina pewaris marga Sinulingga yang ada di Kabupaten
Karo. Dikisahkan bahwa Raja Senina atau Sibayak Lingga
merupakan keturunan Dinasty Raja Linge, yang menguasai seluruh kawasan dataran
Tinggi Gayo yang pusat pemerintahannya ada di Linge, Kerajaan Linge disebutkan
merupakan kerajaan tertua di Aceh, beberapa Dinasty Raja Linge saat berkuasa
belum memiliki agama, artinya jauh sebelum agama islam masuk ke Aceh, namun
seluruh dinasty dari Raja raja Linge banyak yang tidak tertulis atau tidak ada
informasi yang jelas, sehingga keberadaan nama nama Raja Linge dan keturunannya
masih kabur.
Hanya cerita yang berupa legenda saja yang sering
terdengar dan terbaca tentang kekuasaan dan peranan Kerajaan Linge dari Suku
Gayo. Penguasa maupun keturunan Raja
Linge beberapa Dinastynya merupakan orang orang yang sangat sakti dan memiliki ilmu yang sangat tinggi, fakta sejarah membuktikan bahwa masyarakat Gayo pada puluhan abad yang lalu, memiliki
kemampuan magic sangat yang kuat dan
magic wajib dimilik oleh setiap orang di Tanah Gayo saat itu.
Adanya sekilas informasi tentang kerajaan Linge saat
islam masuk ke Aceh, Saat Islam masuk aceh, diduga Dinasty Linge terakhir saat
itu yang diyakini merupakan Kerajaan
yang memeluk Kepercayaan Anismisme Dinasty terakhir ini dikabarkan memiliki empat
orang anak yang tua bernama Datu Beru seorang wanita, putra kedua bernama,
Muriah Sibayak Lingga, putra ketiga Sibayak Muriah Johan, dan yang bungsu
Muriah Lingga. Dikisahkan Sinulingga seorang
sesepuh saat acara geriten Tugu Sibayak
Lingga Raje Senina, menjelang keruntuhan Dinasty Kerajaan Linge, kerajaan
itu masuk agama islam.
Perlakuan Raja Linge terhadap putra – putrinya dikisahkan
ada perbedaan prinsip, salah satunya
Raja Linge sangat menyayangi anak bungsunya Sibayak Muriah Lingga, dibandingkan
dengan ketiga saudaranya yang lain. Perbedaan
prinsip membuat putra keduanya
Muriah Sibayak Lingga,memohon ijin kepada Ayahandanya untuk pergi meninggalkan
kerajaannya, tujuannya kekerjaan yang ada di Karo, karena disebutkan ada
saudaranya yang lain (masyarakat Desa Bintang Meriah menyebutnya “Malim”) yang
saat itu telah menjadi penguasa di Uruk Ndaholi Bintang Muriah atau Bintang
Meriah.
Raja Linge memberikan ijin dan sebagai pertanda bahwa
dirinya adalah putra mahkota Kerjaan Linge, Raja Linge memberikan Bawar
(sejenis pertanda atau simbol), agar nantinya Bawar itu dapat disampaikan pada
saudaranya yang berada di Uruk Ndaholi Bintang Muriah, berbekal Bawar dan
bendera Raja Linge inilah Muriah Sibayak Lingga, berangkat menuju Tanah Karo,
namun ada versi lain menyebutkan Muriah Sibayak Lingga tidak dapat disunat
untuk masuk Islam, karena kekebalannya,sehingga melarikan diri ke Karo (dalam bahasa Gayo Karo atau Ngaro berarti dikejar atau diburu).
Kedatangan Sibayak Lingga di uruk Ndaholi Bintang
Muriah diterima dengan senang hati oleh
Malim dan menjadi salah seorang Panglimanya dikerajaan Bintang Muriah. Mangkatnya Malim posisi Kekuasaan kendalikan
oleh Sibayak Lingga, untuk memperbesar pengaruh serta keturunanya di Tanah
Karo, Sibayak Lingga Raja Senina melakukan politik poligami dengan
mempersunting tiga perempuan penduduk dari kerajaan karo yang lain, yakni Beru
Ginting, Tarigan dan Sembiring dan dari ketiga istrinya Sibayak Lingga
menurunkan keturunan bermarga Sinulingga.
Keturunan Raja Senina yang menjadi Raja di Kerajaan
Bintang Meriah dengan Istananya disebut Rumah delapan ruang, merupakan ujung
tombak dalam melawan penjajahan belanda di Tanah Karo, bahkan dalam perang
perebutan kemerdekaan Aman Dimot juga dari Gayo, ikut bergabung dalam pasukan
Halilintar, Aman Dimot sangat ditakuti Belanda karena sangat kebal dan akhirnya saat aman Dimot Tertangkap oleh
Belanda, Mulut Aman Dimot dijejali Belanda dengan Granat,sehingga aman Dimot
meninggal dunia, pusara aman Dimot saat ini ada di makam Pahlawan Kaban jahe. (dr. Karo Gaul, 22/11/2023)
Keturunan Raja Sibayak Lingga bergelar Raja Senina menari di upacara peresmian tugu dan Geriten Raja Senina di atas bukit Ndaholi, Desa Bintang Meriah, Kab. Karo, Sumut, Kamis (06/06/2013) |
Karo
dan Gayo dua daerah dengan budaya berlainan.
Legenda
Sibayak Lingga Karo Gayo memiliki
hubungan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar