NusaNTaRa.Com
byMuhammaDBakrI, R a b u, 1 4 J u n i 2 0 2 3
Salah Satu ibadah
dalam agama Islam adalah HAJI yaitu menuju ke KA’BAH di Mekah, melaksanakan rangkaian ritualnya, Haji menampilkan warna keragaman manusia dalam
beragama dan menjadi ciri khas kaum Muslim tersendiri yang berbeda
dalam mengamalkan ibadahnya dalam penghayatan. Agama dengan
segalan praktiknya telah hadir dalam wujut bingkai budaya manusia
sebagai satu wujut sikap dari tuntutan yang Kuasa yang dimiliki dan dilakukan
oleh manusia, sedangkan manusia selalu aktif dalam budaya dan tradisi yang lahir
sebagai rentetannya dadine tidak ada
agama yang tanpa budaya.
Manusia dalam bingkai
budayanya yang berperan dalam memproduksi, memodifikasi, menemukan,
memperbaharui dan melakukan imannya setiap waktu dan ruang hidupnya. Agama selalu terikat dengan ruang budaya dan
waktu peradaban, tidak di luar itu. Manusia adalah pelaku utama dalam beragama,
karena agama adalah milik manusia, bukan makhluk lain. Ketika pergi ke Masjid al-Haram di Mekkah,
kita bisa saksikan betapa beragamnya Muslim dengan budayanya masing-masing.
Islam hadir dalam banyak budaya, etnis, dan bangsa.
Masing-masing budaya
setiap Muslim terlihat dari rupa kulit, tingginya postur, bentuknya wajah, dan
tentu saja cara berpakaian, seperti mode
umat Islam ini unik. Terlihat
berlalu-lalang di sekitar Masjid, ada yang memakai alat penutup kepala warna
khas, baju gamis putih, dan berbagai bawahan. Askar (security) resmi Saudi di Haram jelas
memakai seragam. Bagi jamaah dari Timur Tengah secara umum masing-masing juga
berbeda pakaiannya, yang secara tradisional disebut kandoura, thobe, atau
dishdadha.
Saudi, Uni Emirat
Arab, Iraq, Qatar, Bahrain, Kuwait dan Oman mengenal mode tradisional itu sebagai Abaya dipakai perempuannya sedangkan dari Afghanistan dan suku-suku di
sekitar sana memakai balutan kepala yang khas
bagi perempuannya memakai chador atau hijab dan Indonesia mempunyai mode khas, yaitu
songkok hitam dan sarung demikian Turki memang mempunyai tutup kepala seperti
itu, tetapi lebih tinggi. Iran dan
daerah-daerah sekitar juga mempunyai fashion dengan cara mereka, dikenal dengan
istilah shalvar dan jameh. Kepalanya dihias dengan sarband.
Laki-laki dari
Mesir berdandan dengan mode disebut gallibaya, jubah panjang dengan tutup
kepala yang unik : putih atau agak berwarna, Pakaian panjang, di negeri kita dikenal dengan
istilah jubah, disebut thobe atau andura. Begitu juga dengan beragamnya cara shalat,
berdoa, dan mantra bacaan, Bahasa Arab
pun dengan lafaz dan kalimat yang hampir
sama bisa dibunyikan dengan berbagai lidah. Berbagai negara Arab menawarkan bunyi yang
kaya, lidah Turki, Tajikistan,
Bangladesh, India, Pakistan, Iran, Malaysia, yang bahasa ibunya bukan bahasa
Arab, membunyikan doa Arab dengan hasil yang bermacam-macam, begitu
juga Indonesia logat Arabnya juga
khas.
Islam memang
menghasilkan keragaman. Jika lebih
serius lagi melihat perbedaan praktik ke-Islaman, kita akan sadar bahwa agama
ini hadir dengan berbagai cara dan sesuai dengan budayanya tapi tetap berkaitan
dengan tuntunan dari yang KuasaNya. Meminjam
istilah Dr. KH Yahya Cholil Staquf, Ketua Umum PBNU, katanya, dalam satu agama
yang sama ada banyak kaum, kelompok, dan pembagian yang beragam. Tentu sanadnya
pandangan ini sahih sampai Gus Dur (KH Abdurrahman Wahid).
Dalam Tarikh
(historiografi), sejak dini Islam tidak pernah seragam tentunya dalam
kultur-kultur Budayanya Zaman khalifah
Utsman bin Affan dan Ali bin Ali Thalib sudah lahir aliran Sunni, Syiah, dan
Khawarij. Terlebih saat ini, dunia
Muslim menghasilkan banyak praktik dan aliran dengan Dua aliran utama, Sunni
dan Syiah mendominasi dunia. Namun dalam
setiap negara terdapat banyak kelompok dan praktik tersendiri. Di negeri kita secara umum dua organisasi
besar, Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah, hadir sebagai pilar bangsa, meski
diluar itu ada mencirikan berbedanya dan itu penting pesan KH Haedar Nashir, Ketua Umum
Muhammadiyah.
Jangan khawatir,
dalam agama lain pun juga melahirkan budaya, kreatifitas, dan keragaman yang
sama rumitnya. Dalam Kristiani di Indonesia ada Katolik, Protestan, dan
Orthodoks, sedangkan dalam Protestan
terdapat banyak denominasi : misalnya, Gereja Protestan bagian Barat disebut
GPIB, Minahasa GMIM, Timor GMIT, Papua GPI, Talaut Germita, dan lain-lain. Dari sisi adat juga terjadi pembagian,
seperti di Batak HKBP, Karo GBKP, Pasundan GKP, Jawa GJK, Toraja GeTor, dan
lain-lain.
Dalam Buddha
utamanya adalah dua aliran tua Hinayana dan Mahayana, di Indonesia masa pembangunan Candi Borobudur
lahir aliran Tantrayana dan kini
berkembang aliran Theravada. Yang
mewakili sambutan perayaan panitia Waisak tahun ini di Borobudur adalah Walubi
(Perwakilan Umat Buddha Indonesia) dibawahnya
banyak majelis, Permabudi (Persatuan
Umat Buddha Indonesia) juga membawahi banyak kaum Buddha. Dalam Hindu ada banyak puja dan kelompok, di
India menghasilkan berbagai macam tempat ibadah tua dan baru pemujaan di sana bervariasi tidak hanya tiga utama,
Syiwa, Brahma dan Wisnu, cendikiawan
India menyebut lebih dari tiga juta Dewa dan Dewi di India yang dipuja.
Bali menawarkan khas Hindu Indonesia yang sering menghormati banyak Dewa bersama-sama yang tidak terjadi di India yang cenderung terpisah dan mandiri. Islam dalam sejarah dan kenyataannya saat ini tiada berbeda. Masjid Haram musim haji ini adalah bukti dari cara shalat, membaca doa, berpakaian, berbicara, dan praktik agama Islam dengan cara yang mengejutkan. Islam secara konteks iman satu, tetapi praktiknya bermacam-macam. Begitu juga agama-agama yang hadir di dunia ini. (Dr.Kompas.14/06/2023/Prof. Dr.Phil. Al Makin, S.Ag., M.A Rektor Rektor UIN Sunan Kalijaga).
Beragama
tuntutan Ilahi mewujutkan beragam budaya.
Budaya
Islam beragam tapi iman Islam tetap sama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar