NusaNTaRa.Com
byFarhaMTukirmaN,
S e n i n,
1 0 M
e i 2 0 2 1
Masyarakat keturunan Jawa yang telah membumi di Kaledonia Baru, sebuah
wilayah yang terletak di sub benua Melanesia di Samudera Pasifik sebelah barat
daya merupakan populasi kedua terbanyak orang-orang Jawa di luar negeri, setelah
Suriname. Saat ini tercatat ada lebih
dari 7.000 orang keturunan Jawa di negara yang beribukota Noumea itu yang
merupakan generasi keempat dan kelima.
Jika orang-orang dari generasi yang lebih tua masih
bisa berbahasa Jawa, namun generasi milenial nya sudah tidak bisa karena mereka hanya bisa berbahasa Perancis. Status negara ini memang masih kolonial
Perancis, hal ini berdasarkan hasil referendum yang digelar pada
4 Nopember 2018 dimana 57,4 persen
penduduk Kaledonia Baru masih ingin tetap bersama Perancis sedangkan sisanya yang 43,6 persen ingin
berdiri sendiri.
Warga Kaledonia Baru
yang beragama ISLAM sekarang sekitar 5 persen atau sekitar 25.000 orang dari
keseluruhan penduduk Kaledonia Baru yang berpopulasi 241.000 jiwa dengan mayoritas
adalah beragama Katolik (75 persen), Protestan (16 persen), dan animisme 5
persen. Islam masuk ke Kaledonia baru
seabad lalu oleh orang-orang Arab, Maroko, Aljazair menyusul Indonesia, saat
ini umat Islam banyak bermukim di bagian utara negara itu. Orang-orang
keturunan Jawa ini memang memegang peranan penting bagi berkembangnya agama
Islam di sana, selain juga oleh mereka yang keturunan Aljazair.
Saat ini ada sebuah pusat Islam yang dibangun di Noumea
dan direncanakan akan dibangun lagi di
Bourail. Menjadi tempat
diselenggarakannya ibadah-ibadah keislaman, Noumea Islamic Center juga menjadi
tempat penyelenggaraan hari-hari raya seperti IdulFitri, Idul Adha, Isra Miraj,
Maulid Nabi Muhammad SAW dan lainnya.
Kendati jauh dari kampung halaman di tanah leluhur,
namun nuansa Jawa tidaklah pudar banget,
termasuk dalam kegiatan atau tradisi dalam menyambut tibanya bulan
Ramadhan atau Lebaran. Jika di Jawa,
Sunda, atau wilayah lainnya di Indonesia mengenal tradisi Nyadran, yaitu
mengunjungi dan membersihkan makam, masyarakat etnis Jawa di Kaledonia Baru pun
masih melakukan yang sama.
Namun ada yang berbeda. Karena etnis Jawa di sana sudah
beranak pinak dan kawin campur dengan etnis lainnya yang ada di Kaledonia Baru. Seperti yang terlihat dalam acara Nyadran
itu, usai membersihkan makam
bersama-sama, maka Pak Kyai berdoa secara Islam, "
Dilanjutkan dengan doa secara Katolik
", Ujar SiDin Widyarka
Ryananta Konsul Jenderal RI. Hal itu
karena suami atau isteri mereka beragama Kristen.
Tahlilan adalah tradisi untuk memperingati seseorang keluarga
yang telah meninggal juga masih digelar
di sana oleh biospora Jawa di Kaledonia Baru. Masyarakat Jawa di Kaledonia Baru bekerjasama
dengan Islamic Center dan Konsulat Jenderal RI di sana menggelar aktivitas
Ramadhan diantaranya Tausiyah agama dan
sholat Tarawih, selain aktivitas adat dan keagamaan lainnya. Tidak sulit menemukan kebutuhan Ramadhan pada
bulan suci bagi etnis Jawa di sana,
karena Islamic Center Noumea menyediakan berbagai informasi sekitar
tempat Islam termasuk restoran dan barang halal apalagi wong Jawa dan Arab
banyak yang membuka Restoran halal.
Ketika ditemukan pertamakali tambang nikel di Sungai
Diahot pada tahun 1864, Perancis membutuhkan para pekerja untuk mengerjakan
tambang yang kemudian mendatangkan sejumlah pekerja dari wilayah Indo-Cina,
Jepang dan Hindia-Belanda. Menyusul warga Jawa sebanyak 170 orang dikirimkan ke Kaledonia Baru pada
tahun 1896 berdasarkan perjanjian Koeli Ordonantie yang juga dipekerjakan di
perkebunan Kopi.
Setelah masa kontraknya yang berdurasi lima tahun habis
mereka tidak ingin kembali ke Jawa namun
ingin menetap di sana. Orang-orang Jawa
kini sudah sangat berbeda dibandingkan ketika mereka tiba di sana, karena sudah banyak yang berhasil dan menjadi
pejabat seperti berpangkat militer, pengusaha atau menjadi petinggi romorentah.
Pada masa pemerintahan Napoleon III Kaledonia Baru
menjadi tempat pembuangan sekitar 22.000 penjahat politik antara tahun
1860-1897, mayoritas dari mereka kembali
lagi ke Perancis, hanya sedikit yang tetap tinggal di Kaledonia Baru. Kaledonia Baru ini ditetapkan pada tahun
1946 menjadi bagian dari wilayah luar negeri Perancis, baru tahun 1953 status kewarganegaraan Perancis
diberikan kepada semua penduduk di Kaledonia Baru tanpa memandang etnis dan
status.
Nusantara juga di apit laut Fasipik,
Wong Jawa hidup membumi di Kalenodia Baru Fasipik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar