NusaNTaRa.Com
byKariTaLa L
A, M i n
g g u, 2
0 J u
n i 2
0 2 1
Salam
GoWeiS PerBataSan, Minggu 13juni2021
tepat jam 07.30 Wite saya telah berada di Arena Alun-alun kota Nunukan lengkap
dengan Sepeda BOXERku, dengan Rencana
akan menuju Bukit Pelangi Lapas Nunukan sembari menikmati kehidupan Petani
Sawah, Nelayan Rumput Laut dan Peternak
Sarang Burung Wallet yang ada disepanjang jalan yang akan saya lewati
nanti. Pengalaman ini tentunya akan
memberikan pengetahuan baru serta sukur-sukur jika dapat share dengan warga Indonesia dan menjadi pegangan hidup mereka, karena
manusia yang baik adalah mereka yang
banyak memberi manfaat kepada sesama manusia.
Burung
walet (Collocalia vestita) merupakan burung dengan sayap meruncing, berekor
panjang, berwarna hitam dengan bagian bawah tubuhnya berwarna coklat, banyak hidup di daerah pantai, daerah permukiman, penghuni gua atau ruang besar seperti
bubungan kosong. Burung Wallet memiliki
kaki pendek tidak dapat berdiri sehingga
banyak ditemui menempel pada dinding
tembok atau atap serta dengan bantuan Ekolokasi
ampu terbang ditempat gelap.
Burung ini memiliki sarang yang sangat mahal karna dapat dibuat Sup dan
bahan obat-obatan, yang terbuat dari air liurnya dan secara
berkelompok.
Star
GoWeiS pagi inipun saya mulai dengan melalui rute jalan Pattimura, TVRI dan
Pelabuhan yang banyak dihiasi Ruko dan Café tertutup di sepanjang jalan, suasana terkesan masih tenang serta warga yang sibuk berolah raga pagi
Boxer kukayuh terus sehingga meluncur santai.
Ketika melewati beberapa titik dijalan tadi suasan tenang kadang dihiasi
dengan Gemuruh suara Citcit -
Cicit burung wallet disekitar bubungan masuk bangunan batu tiga lantai sebagai
sarangnya yang berlobang dan tak kurang saya menemukan dibawahnya merupakan
tempat usaha dan kediaman sipemilik.
Diujung
jalan Pelabuhan membelok kekiri terlihat area Pelabuhan Nunukan dengan Terminal
Passengger yang mewah dua lantai dan
digapura masuk bertulis “PORT OF TUNON
TAKA NUNUKAN” dan ini termasuk salah satu Program “GERBANG TOL LAUT NUSANTARA” yang peresmiannya secara nasional dilakukan
Presiden Jokowi. Pedal sepeda ku kayuh lagi menyusuri Ring Road
Pantai Timur Nunukan sejauh 5 km, sepanjang dihiasi bakau, perumahan Warga dan petani Rumput laut,
disinipun saya menemukan beberapa bangunan Sarang Burung Wallet. Kayuan GoWeiSkupun kuhentikan ketika bertemu
dengan seorang nelatan yang sibuk menjemur Rumput Laut sembari mendengar
kisahnya, “ Rumput Laut ini oleh para pemborong akan di
pasarkan ke Balikpapan, Surabaya dan Makassar,
kemudian di eksport ke luar negeri
“, Ujar SiDin Jaludding dengan
Plabomoranya (hebatnya).
Pak Jamure dengan Sarang Burung Waletnya |
Tak
terasa sayapun telah meluncur di Jalan Ujang Dewa kawasan yang banyak terdapat
Perkantoran Daerah Kabupaten Nunukan seperti Kantor DPRD Kab. Nunukan, Kantor Gadis II, Dinas Lingkungan Hidup, Kapolres, Imigrasi serta perumahan warga. Dikawasan inipun saya menemukan Peternak Sarang
Burung Wallet seperti Laudin Lamara di kampung
Butun, karena agak cape setelah melintasi jalan tadi dengan 4 jalan berbukit
tajam saya pun singgah dan mengobrol dengan pak LaUdin. “
Harga jual dalam tiga bulan terakhir sudah jauh lebih stabil Pak, harga jual sempat menurun hingga 25 persen di
awal tahun 2020. Seperti jenis mangkok hanya seharga Rp 9 juta menjadi jenis mangkok seharga Rp7 juta dan jenis
patahan seharga Rp5 juta “, Ujar SiDin LaUdin LaMara.
Kepala
Bapenda Kabupaten Nunukan, Sabri SSos MAgb mengatakan,
“ Dengan rinciannya di Pulau
Nunukan sebanyak 306 unit, kemudian di Pulau Sebatik sebanyak 357 unit, lalu di
Kecamatan Sebuku, Tulin Onsoi, Sembakung dan Lumbis sebanyak 434 unit,
sedangkan di Krayan hanya ada empat rumah burung wallet. Untuk rumah burung walet yang sudah produktif
, yang ada datanya baru di Pulau Nunukan
sebanyak 66 dari 306 rumah burung wallet
“, Ujar SiDin Sabri MAgb,
“ Meskipun jumlah rumah burung
wallet sangat banyak, namun untuk Pendapatan Asli Daerah (PAD) masih sangat
minim dari target tahun ini sebesar Rp 100 juta
“, Ujar SiDin menambahkan, dikutip dari Koran Kaltara.
Kayuan
sepeda harus ku kayuh teratur karena kaki terasa mulai pegal dan didepan ada
dua tanjakan lumayan sebelum sampai di Kantor Bupati, tapi sebelumnya saya telah
melewati sungai Sedadap dan melintasi
tiga Sarang Burung Wallet diantaranya milik Pak Rusdiansyah sekaligus
pemilik warung Banjar Indah. “ Pertama adalah membuat sarang dari wallet itu
sendiri dengan sebuah ruangan kosong dengan pencahayaan yang
minim agar wallet mudah beradaptasi. Buatlah di daerah yang minim akan kebisingan
dan terpencil dengan suhu sekitar 24-26 derajat celcius dengan kelembapan udara
80-95 persen. Buatlah bangunan berwarna cerah akan mudah mengundang wallet
untuk masuk kedalam sarang tersebut.
Setelah itu memberi makan alami seperti Rayap, Kumbang, Semut dan serangga lainnya “,
Ujar SiDin Rusdiansyah menjelaskan.
Setiba
di Kampung Sei Jepun yang berhiaskan sawah dengan padinya yang mulai mengeluarkan bulir padi sayapun berhenti pas dekat Sarang Burung wallet berwarna
putih ditutupi jaring kasa, beristirahat karena telah melewati tanjakan didepan
Kantor Bupati. Sambil beristirahat kuperhatikan
kawasan persawahan yang ternyata masih banyak yang tidak di garap katanya
pemiliknya lagi mengerjakan rumput laut yang tak jauh dari situ (2 km). Setelah melewati Perumahan Dinas Angkatan
laut yang tenang Boxerkupun telah berada di turunan tajam sehingga kubiarkan
saja meluncur bebas hingga memasuki Kampung Pertanian Mensapa dengan area sawah
yang lebih luas.
Melewati
Kampung Mensapa terlihat sawah-sawah yang baru ditanami (3 minggu) dan area
yang baru digarap dengan irigasi yang memadai,
disinipun saya menemukan Rumah batu 3 lantai berwana putih 3 buah
sebagai Sarang burung wallet di tengah persawahan. Pak H Lanning dan Jamure adalah warga disini
serta pemilik salah satu Sarang Burung Wallet,
“ Sebenarnya kawasan ini Pak,
masuk kawasan pengembangan perikanan
yang ditetapkan pemerintah tapi karena waktu pembangunan Pelabuhan perikanan
Nusantara terjadi kegagalan bangunan sehingga terbengkalai dan hingga kini tak dilanjutkan “,
Ujar SiDin Haji Lanning.
Warga
disini memiliki mata pencaharian sebagai Petani Sawah, Perkebunan, Nelayan
Rumput laut, Nelayan ikan dan Peternak Sarang Burung Wallet, bahkan diantaranya ada yang menekuni sampai
tiga aktipitas tersebut. Pak Jamure yang juga memiliki Sarang Burung Wallet
beranggapan dengan alternatip usaha ia yakin akan lebih memudahka kehidupan
keluarganya. “ Biasanya burung ini akan berkembang biak
ketika menginjak usia 4 tahun dengan
bertelur dua atau tiga butir dalam interval tiga hari. Inkubasi dimulai
dari telur pertama, dan berlangsung hingga 19-20 hari. Setelah itu akan memasuki tahapan yang
terakhir, yaitu panen sarang burung wallet.
Sarang burung walet terbentuk tiga kali setahun. Sarang wallet terbuat dari air liur atau saliva
burung wallet yang lengket “, Ujar SiDin Jamure.
Sambil StandUp di sepeda kukuatkan mengayuh melewati
jalan mendaki tajam dan sempit di belakang Lapas Nunukan alias Bukit Pelangi
Lapas Nunukan dengan empat pondok istirahat,
jam 11.45 sayapun telah beristirahat di pondok ke tiga sambil minum menghapus
dahaga dan menikmati roti yang saya bawa.
Dari sini saya lebih mengenal kebesaran Allah dengan menikmati View dari
puncak Bukit Pelangi Lapas seperti pelabuhan
Very Sei Jepun, Kantor Camat, Pasar Rakyat Mamolo, Selat Sebatik dan Puncak
gunung menangis yang tertinggi di Pulau Sebatik, moment ini tentunya tak saya
lupakan dengan berselfi ria alone.
Setelah menikmati keindahan puncak bukit dan istirahat cukup, sayapun lanjut meninggalkan Area Lapas untuk kembali dengan melewati Kantor Camat Nunukan Solata yang dikomandani Burhanuddin Sutte dan tak lupa mampir di Warung Sriwedari menikmati “ Mie Goreng Aceh “. Dua jam kemudian saya sudah berada di kampong Baru Selissong di Rumah Pak Hadu Manda seorang Petani buah Salak dan Pemilik Sarang Burung Wallet, menurutnya peternakan sarang burung tambahan baru usahanya, “ Biasanya Pak burung wallet membuat sarangnya untuk tempat berteluar sekitar 3-4 bulan dan saya biasa memanen 1-2 kali setahun sebanyak 2 – 3 kg sekali panen, lumayan pak buat ongkos kehidupan dan anak “, Ujar SiDin Hadu Manda dengan Plabomoranya (hebatnya). Setelah puas ngobrol dengan Pak Hadu Manda Sepeda kukayuh kembali untuk mengakhiri Touring Goweis ini, Jam 12.30 sayapun telah berada di Alun-alun kota Nunukan.
Sarang
Burung Wallet berkhasiat tinggi,
GoWeiS
menikmati Sarang Burung Wallet menambah energi.
Asik banget tu bung pulang GoWeiS langsung menikmati Soup sarang Wallet .......... Cappottaaa drhbb
BalasHapus