Kamis, 30 April 2020

JAMU KEGEMARAN ORANG BELANDA DAN TELAH MENELITINYA, SEJAK DAHULU KALA.


NusanTaRa.Com
byAsnISamandaK,     29/04/2020


 “  27 Mei 2008, Hari Kebangkitan Jamu Indonesia  “, diresmikan Presiden SBY di Istana Merdeka.


Jamu pada umumnya merupakan minuman ramuan sejak dahulu yang terbuat dari tumbuhan, hewan dan zat kimia tertentu yang berkasiat sebagai obat-obatan dan biasanya banyak digunakan kalangan pribumi.   Meski demikian ramuan tradisional yang telah ada sejak zaman dahulu kala yang banyak digunakan dikalangan Pribumi ternyata banyak juga digemari orang Belanda yang  telah lama tinggal di Hindia Timur untuk berbagai kebutuhan. 
 
Sejarawan Fadly Rahman mengungkapkan bahwasanya pada abad ke-17 seorang ilmuwan bernama Jacobus Bontius memanfaatkan jamu untuk mengobati Gubernur Jenderal VOC, Jan Pieterszoon Coen, yang sedang sakit.   Penyakit yang sering diderita orang Belanda di Hindia Timur kala itu memang jenis penyakit tropis yang banyak berkembang, seperti skorbut, asam lambung, mag, kolera, dan beri-beri.   Hal ini ia lakukan karena terdorong oleh rasa penasaran saat melihat orang pribumi mengobati  orang sakit dengan Jamu.  

Seiring waktu pengenalan Jamu oleh kalangaan orang Belanda tak terbatas hanya  konsumsi untuk kesehatan saja  namun mereka menegealnya lebih jauh dengan melakukan penelitian medis pada tanaman Jamu  sejak abad ke-18.   Buku Herbaria Amboinesis (1775) merupakan buku yang memuat berbagai tanaman yang bermanfaat di kepulauan Maluku sebagai hasil penelitian Bung Rumphius seorang Botanis Belanda.

Adapula Kloppenburg-Versteegh yang mengamati aktivitas konsumen dan jual-beli tanaman herbal di pasar-pasar. Serta aktivitas dukun dan bagaimana jamu berperan sebagai proses penyembuhan pada pasien-pasien mereka.   Perempuan Indo yang berprofesi sebagai botanis itu mencatatnya dalam beberapa buku seri, salah satunya adalah Indische Planten en Haar Geneeskracht (Tumbuhan-Tumbuhan Asli dan Khasiat Penyembuhanya), yang memuat berbagai jenis tanaman obat penghasil jamu berikut petunjuk penggunaanya.

Sejarawan Liesbeth Hesselink dalam Healers on the Colonial Market menjelaskan, studi tentang obat-obatan lokal menguntungkan Belanda baik secara praktis maupun keilmuan, sehingga perintah kepada petugas kesehatan untuk meneliti terapi tradisional dan kemampuan para dukun pun dikeluarkan lewat pasal 52 Staatsblad Nomor 68 tahun 1827.   Friedrich August Carl Waitz, dokter yang mempelopori penelitian jejamuan di era itu,  penelitian  jamunya  membuktikan daun sirih mengandung agen narkotika untuk mengobati batuk menahun dan air rebusan kulit sintok untuk mengobati masalah pencernaan, khususnya usus.

Penelitian ilmiah jamu juga teramu oleh Dokter Belanda seperti Dr.Boorsma, Dr C.L Van der Burg dan Ilmuwan moderen H.A van Hien kemudian membuat buku pada 1924 yang berjudul Javaansch Receptenboek (Buku Resep-Resep Pengobatan Jawa Kuno).   Sejarah jamu Nusantara terdahulu kita bisa diamati dari relief-relief candi. Seperti di kaki candi (Karmawabhangga) Borobudur, terlihat relief tabib yang sedang mengobati pasien dengan menggunakan beberapa jenis jamu yang berasal dari tumbuhan seperti akar, batang, biji, daun.

Adipati Mengkunegara III (kemudian menjadi Pakubuwono V) adalah ketua penyusun yang menitahkan para pujangganya untuk melakukan inventarisasi kuliner, sandang, pangan, termasuk tumbuhan yang bisa dimanfaatkan untuk pengobatan.   Pada Serat Centhini disebutkan berbagai jenis tumbuhan obat yang bisa dipakai untuk mengobati beberapa jenis penyakit seperti panas dingin, meriang, cacingan, cacar, berkaitan syaraf, batuk, mata dan lainya.

Kemudian ada Serat Kawruh Bab Jampi-Jampi Jawi yang disusun atas perintah Pakubuwono V pada tahun 1831,   Jamu merupakan akronim dari kata jampi (doa atau mantra penyembuhan menggunakan ramuan) dan usodo (kesehatan).   Namun di sini, kata jampi lah yang disebutkan karena memang masyarakat saat itu melihat jamu bukan hanya dari aspek pengobatan melainkan aspek mistiknya juga,  "  Jamu juga dilihat pada aspek mistik oleh masyarakat saat itu, berkaitan dengan mantra yang dipakai oleh para dukun untuk mengobati orang sakit yang datang ke mereka. Praktik ini membuktikan bahwa jamu berkaitan dengan aktivitas supranatural  ", Ujar SiDin Fadly.


Secara pasti kapan awalnya Jamu belum ada data pasti  kata Andra,  namun ia menambahkan bahwa Jamu sudah ada  sejak abad ke 8  sesuai  primbon di prasasti Candi Perot (772 Masehi), Haliwangbang (779 M), dan Kudadu (1216 M).   Ia menambahkan bila artefak arkeologis berupa lumping, alu, dan pipisan pada masa Neolitikum disinyalir sebagai alat pembuat jamu pada masa itu.

Berkembangnya  Jamu  sebagai usaha produktif   pertama kali dilakukan oleh keluarga Tjoeng Kwaw Suprana di Wonogiri pada tahun 1918 dengan merek legendaris, Djamoe Djago kemudian tahun 1937 ditetapkan sebagai Jamu resmi Istana oleh Keraton Surakarta Hadiningrat dan berpindah ke Semarang.   Jamu Nyonya Meneer yang berawal di Surabaya juga menjadi perusahaan jamu yang memiliki kekuatan pasar,  terlebih saat mereka ekspansi ke Jakarta dan terbentuknya Komite Jamu Indonesia pada 1944.

Perhatian akan Jamu kemudian semakin meningkat paska kemerdekaan walaupun kondisi perekonomianya turun pada waktu itu.    "  Walaupun kondisi perekonomian menurun namun jamu mulai diperhatikan. Pada tahun 1966 ada konferensi jamu di Solo dan tahun 1978, para pakar jamu yang juga para apoteker, berkumpul dalam Himpunan Ahli Badan Alami Indonesia (HIPBOA)  ",  Ujar SiDin Andra,  (26/03/2020).   HIPBOA  dirubah menjadi Perhimpunan Peneliti Bahan Alam (Perhipba),  pimpinanya  Sardjono Oerip Santoso yang juga mengusulkan jamu sebagai salah satu mata kuliah tahun 1993.

Dr. Willem Gerbrand Boorsman petinggi Belanda di Bogor menikmati Jamu
Jamu sejak dahulu jadi obat bangsa Indonesia,

Daun Kumis Kucing melancarkan air Seni manusia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LIMA PEMBUANGAN SAMPAH TERBESAR DI DUNIA, ADA BANTAR GEBANG !!

NusaNTaRa.Com       byBatiSKambinG,        R   a   b   u,    2   0      N   o   p   e   m   b   e   r      2   0   2  4     Tempat Pengelola...