NusanTaRa.Com
byLaSikuAgaY, 2/12/2018
Setelah memantapkan niatnya di akhir tahun 2017, rekan-rekannya langsung menganggap itu sebagai satu rencana touring Alone Crazy di usia 54 tahun “ It,s Impossible !! “. Bahkan Istrinya sempat kaget dan tak percaya akan ide gila suaminya serta sempat melarang melanjutkan ide tersebut. " Semua bilang gila, tapi saya bertekad bahwa misi ini harus direalisasikan. Bangga rasanya membayangkan Merah Putih melintas di jalanan negara-negara yang saya lewati ", Ujar SiDin Stephen Langitan pria kelahiran 23 September 1964.
Stephen pun langsung menyusun strategi touring untuk mengejar phinis berada di London tepat pada Hari Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 2018. Peta dunia dia buka, satu demi satu negara dia pelajari rutenya dan Ayah dua anak itu sempat gentar juga saat mendapati bahwa rute menuju London harus melewati beberapa gurun dan pegunungan bahkan wilayah-wilayah rawan konflik yang belum jelas keamanannya.
Perjalanan luar negerinya di mulai setelah ia melindas perjalanan Jakarta – Pelabuhan Tanjung Balai Sumatera Utara dengan mengapalkan motornya menuju Port Klang di Malaysia. Berawal Port Klang Touring mulai dengan perjalanan sangat jauh seperti melintasi Jalan Malaysia kemudian berurutan Stephen berkendaraan melintasi Thailand, Myanmar, lalu masuk ke India.
Ketika akan melintasi satu wilayah di Pakistan dia harus membuat “ Dokumen No Objection Certificate alias NOC “ seperti dokumen atau surat deklarasi siap mati bermakna bahwa Pemerintah Pakistan tak bertanggung jawab jika ada kejadian yang tak diinginkan, " Tetapi, saya tetap mendapat pengawalan dalam melintasi area tersebut oleh polisi bersenjata AK-46 6 hari sejauh 1.200 km bergantian ", Ujar SiDin S Langitan.
Perjalanan Stephen berlanjut menuju Iran, Turki, hingga Yunani lalu ke Italia melalui jalur laut selama lebih dari 12 jam, setiba di Italia, Stephen langsung berkendaraan menuju ibu kota Roma untuk menemui Dubes Indonesia di Roma Esti Andayani dan mendapat jamuan yang istimewa serta mengikuti konvoi mengelilingi kota Roma, sepuluh vespa mengawal Stephen berkeliling Kota Roma sampai Vatikan.
After Italia, Stephen memacu motornya melewati Prancis, Spanyol kemudian menyusuri jalanan desa masuk ke Swiss, Austria dan ke Jerman, kemudian Belanda, hingga akhirnya masuk di London, Inggris, tepat pada 14 Agustus 2018. " Menghabiskan waktu tiga hari di London, akhirnya perjalanan resmi ditutup dengan upacara 17 Agustus di Kedubes Indonesia untuk Inggris ", Ujar SiDin Stephen Langitan.
Pada hari yang sama, Stephen langsung mengapalkan motornya ke Indonesia dari pelabuhan di Southampton, ia bergegas balik ke Indonesia karena visanya di Inggris habis tepat pada 17 Agustus 2018. Total selama lima bulan itu, motornya tak pernah mengalami kerusakan berarti. Termasuk ketika nyungsep di Turki. Ganti ban pun cuma sekali saat di Jerman setelah dia menempuh perjalanan sejauh 24.500 km.
Sejarah terindah Steven Lagitan, GROSAAAKKK...! Suara keras itu keluar dari mikrofon kamera aksi yang tertancap di helm. Gambar bergoyang. Seketika lensa pun beradu dengan permukaan tanah penuh pasir. “ Hahaha, ini pas saya jatuh di jalanan di Turki. Saat itu mata ngantuk berat dan saya menikung terlalu kencang di jalanan yang penuh pasir “,Ujar SiDin Stephen Langitan menunjukkan salah satu rekaman video footage saat dia mengendarai motor.
byLaSikuAgaY, 2/12/2018
Tepat di depan Kantor Kementerian
Perhubungan RI 25 maret 2018, Stephen Langitan memulai touring Alone Jakarta – London yang
menempuh jarak 30.000 kilometer dan
melintasi 30 negara, setelah melalui waktu tiga bulan untuk persiapan, dokumen
dan perencanaan touring tersebut. Stephen
langsung memacu motornya ke Sumatera untuk memulai mentuntaskan perjalanan jauh yang diperkirakan hampir sama dengan jarak Sabang-Merauke enam
kali PP (pergi pulang).
Selama lima bulan dalam perjalanan itu Stephen Langitan 54 tahun yang sehari-hari sebagai blogger tersebut, melintasi total 26 negara dengan menunggangi Motor Gede “ Kawasaki Versys 250 dengan livery merah Putih “. Ide " gila " solo touring Jakarta-London itu datang setelah ayah dua anak tersebut mentuntaskan berbagai tour bermotor ke sudut-sudut tanah air, meski sebelumnya ia hanya merencanakan hanya Jarak Jakarta – India namun dibatalkan karena setelah dihitung biayanya kuarng lebih.
Selama lima bulan dalam perjalanan itu Stephen Langitan 54 tahun yang sehari-hari sebagai blogger tersebut, melintasi total 26 negara dengan menunggangi Motor Gede “ Kawasaki Versys 250 dengan livery merah Putih “. Ide " gila " solo touring Jakarta-London itu datang setelah ayah dua anak tersebut mentuntaskan berbagai tour bermotor ke sudut-sudut tanah air, meski sebelumnya ia hanya merencanakan hanya Jarak Jakarta – India namun dibatalkan karena setelah dihitung biayanya kuarng lebih.
Setelah memantapkan niatnya di akhir tahun 2017, rekan-rekannya langsung menganggap itu sebagai satu rencana touring Alone Crazy di usia 54 tahun “ It,s Impossible !! “. Bahkan Istrinya sempat kaget dan tak percaya akan ide gila suaminya serta sempat melarang melanjutkan ide tersebut. " Semua bilang gila, tapi saya bertekad bahwa misi ini harus direalisasikan. Bangga rasanya membayangkan Merah Putih melintas di jalanan negara-negara yang saya lewati ", Ujar SiDin Stephen Langitan pria kelahiran 23 September 1964.
Stephen pun langsung menyusun strategi touring untuk mengejar phinis berada di London tepat pada Hari Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 2018. Peta dunia dia buka, satu demi satu negara dia pelajari rutenya dan Ayah dua anak itu sempat gentar juga saat mendapati bahwa rute menuju London harus melewati beberapa gurun dan pegunungan bahkan wilayah-wilayah rawan konflik yang belum jelas keamanannya.
Perjalanan luar negerinya di mulai setelah ia melindas perjalanan Jakarta – Pelabuhan Tanjung Balai Sumatera Utara dengan mengapalkan motornya menuju Port Klang di Malaysia. Berawal Port Klang Touring mulai dengan perjalanan sangat jauh seperti melintasi Jalan Malaysia kemudian berurutan Stephen berkendaraan melintasi Thailand, Myanmar, lalu masuk ke India.
Dia memilih jalur pegunungan Nepal
ketika melintasi perjalanan India dan sempat mengunjungi Kedutaan Besar
Indonesia di New Delhi untuk pamitan dan perkenalan. Dari India
Stephen melanjutkan perjalanan
melinasi kawasan berbatu dan gurun, sesekali bertemu manusi bersurban di Pakistan.
Setiap hari dalam perjlanan ini dia melahap rute sekitar 600 kilometer
dan hanya berkendaraan saat pagi sampai
sore.
Sebagai Rider Alone, Stephen mengaku sudah bersiap menginap di mana saja, membawa serta peralatan berkemah seperti tenda, kursi lipat, dan kompor kecil. Namun, karena menginap di pinggir-pinggir jalan tak semudah yang dibayangkan, Stephen lebih banyak menghabiskan waktu istirahatnya di rest area atau menyewa penginapan jika di daerah tersebut ada yang menyediakan demi keamanan istirahat yang baik.
Sebagai Rider Alone, Stephen mengaku sudah bersiap menginap di mana saja, membawa serta peralatan berkemah seperti tenda, kursi lipat, dan kompor kecil. Namun, karena menginap di pinggir-pinggir jalan tak semudah yang dibayangkan, Stephen lebih banyak menghabiskan waktu istirahatnya di rest area atau menyewa penginapan jika di daerah tersebut ada yang menyediakan demi keamanan istirahat yang baik.
Ketika akan melintasi satu wilayah di Pakistan dia harus membuat “ Dokumen No Objection Certificate alias NOC “ seperti dokumen atau surat deklarasi siap mati bermakna bahwa Pemerintah Pakistan tak bertanggung jawab jika ada kejadian yang tak diinginkan, " Tetapi, saya tetap mendapat pengawalan dalam melintasi area tersebut oleh polisi bersenjata AK-46 6 hari sejauh 1.200 km bergantian ", Ujar SiDin S Langitan.
Perjalanan Stephen berlanjut menuju Iran, Turki, hingga Yunani lalu ke Italia melalui jalur laut selama lebih dari 12 jam, setiba di Italia, Stephen langsung berkendaraan menuju ibu kota Roma untuk menemui Dubes Indonesia di Roma Esti Andayani dan mendapat jamuan yang istimewa serta mengikuti konvoi mengelilingi kota Roma, sepuluh vespa mengawal Stephen berkeliling Kota Roma sampai Vatikan.
After Italia, Stephen memacu motornya melewati Prancis, Spanyol kemudian menyusuri jalanan desa masuk ke Swiss, Austria dan ke Jerman, kemudian Belanda, hingga akhirnya masuk di London, Inggris, tepat pada 14 Agustus 2018. " Menghabiskan waktu tiga hari di London, akhirnya perjalanan resmi ditutup dengan upacara 17 Agustus di Kedubes Indonesia untuk Inggris ", Ujar SiDin Stephen Langitan.
Pada hari yang sama, Stephen langsung mengapalkan motornya ke Indonesia dari pelabuhan di Southampton, ia bergegas balik ke Indonesia karena visanya di Inggris habis tepat pada 17 Agustus 2018. Total selama lima bulan itu, motornya tak pernah mengalami kerusakan berarti. Termasuk ketika nyungsep di Turki. Ganti ban pun cuma sekali saat di Jerman setelah dia menempuh perjalanan sejauh 24.500 km.
Sejarah terindah Steven Lagitan, GROSAAAKKK...! Suara keras itu keluar dari mikrofon kamera aksi yang tertancap di helm. Gambar bergoyang. Seketika lensa pun beradu dengan permukaan tanah penuh pasir. “ Hahaha, ini pas saya jatuh di jalanan di Turki. Saat itu mata ngantuk berat dan saya menikung terlalu kencang di jalanan yang penuh pasir “,Ujar SiDin Stephen Langitan menunjukkan salah satu rekaman video footage saat dia mengendarai motor.
Elizabeth ratu Inggeris,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar