NusanTaRa.Com
byKariTaLa LA, 11/11/2018
byKariTaLa LA, 11/11/2018
Ong Ye Kung, menteri Pendidikan Singapura |
Di tahun ajaran
2019 negara pulau kecil Singapura telah mengumumkan akan menerapka sisitem
pendidikan terbaru pada tahun pertama dan kedua yang saat ini banyak
dikembangkan dibeberapa Negara dengan sistem pendidikan yang tidak menekan pada
Ujian sekolah. Sebagai ganti ujian pihak sekolah akan lebih banyak memberi porsi untuk
diskusi, banyak mengerjakan PR, dan kuis yang mengaitkan langsung antara para
murid dengan guru atau sekolah bukan suatu konpetisi.
“ Learning is not a competition ”, Ujar SiDin Ong Ye Kung Menteri Pendidikan
Singapura sembari kepalanya mengeleng kiri dan kanan laman World Economic Forum
(11/10/2018). Menurut Ong Ye Kung,
sekolah adalah tempat belajar bukan untuk kompetisi, bersaing dan
tinggi-tinggian rangking nilai atau prestasi,
sehingga pemerintah Singapura
akan mengarahkan sistem pembelajaran dengan model pengembangan minat siswa,
tanpa harus membandingkan mana siswa yang berprestasi dan mana yang bukan.
Tidak lagi seperti
pendidikan lamanya sebagaimana yang di anut sistem pendidikan di Indonesia dimana
Ujian Akhir Semester (UAS) dan Ujian Nasional (UN), masih jadi salah
satu cara untuk menentukan lulus atau naik tidaknya siswa, serta
ujian pun masih menjadi salah satu cara untuk mengurutkan prestasi
belajar anak di sekolah. Dengan kata
lain, ada persaingan antar siswa di sekolah. Siapa yang bisa mendapatkan nilai
bagus saat ujian, maka siswa tersebut akan dapat predikat sebagai yang terbaik.
Mereka yakin dengan
cara ini siswa akan belajar di lingkungan yang tidak lagi kompetitif yang
memaksa pelajar untuk nilai tinggi yang dapat mengabaikan minat
sesungguhnya. Selain itu, penilaian
guru pun akan dibulatkan, dan tidak akan lagi menggunakan penilaian
desimal. Menurut Ong Ye Kung, Menteri
Pendidikan Singapura, belajar bukanlah kompetisi sehingga Singapura akan mengarahkan sistem
pembelajaran pada model pengembangan minat siswa, tanpa harus membandingkan
mana siswa yang berprestasi dan mana yang tidak.
Siswa akan belajar
di lingkungan yang tak lagi dipenuhi oleh beban-beban persaingan, Penilaian guru pun akan dibulatkan dan tak menggunakan
lagi penilaian decimal, Evaluasi mutu
pendidikan sepenuhnya dipercayakan pada para guru sehingga negara berkewajiban
melatih dan mendidik guru guru agar bisa melaksanakan evaluasi yang
berkualitas. Finlandia sebagai negara
dengan sistem pendidikan paling maju di dunia saat ini pun tak mengenal namanya
Ujian Nasional.
Setiap akhir
semester siswa menerima laporan pendidikan berdasarkan evaluasi yang sifatnya
personal dan tidak membandingkan para siswa dengan peringkat juara seperti yang
telah menjadi tradisi pendidikan di Indonesia. Selain itu
jika perubahan sistem pembelajaran yang diambil Singapura ini akan mampu
mengembangkan kemampuan sosial para siswa. Mereka pun akan lebih peka dengan
kondisi diri, serta mampu memaksimalkan keterampilan yang mereka miliki. Pemerintah Finlandia sangat meyakini bahwa
setiap individu adalah unik dan memiliki kemampuan yang berbeda beda.
Meski tidak menggunakan ujian dan sistem rangking,
OECD Programme for Internasional Student Assessment (PISA), justru menunjukkan
jika siswa di Singapura mendapat nilai teratas dalam tes PISA yaitu rata-rata siswa di Singapura meraih nilai
1.655 pada tiga subyek yang diujikan,, yakni membaca, sains dan matematika
disusul peringkat kedua Hongkong,
kemudian Jepang dan Makau. Sedangkan Inggris sendiri yang disebut-sebut sebagai
negara acuan pendidikan bagi Singapura, hanya mampu menempati peringkat ke-22,
dan Amerika yang dipenuhi dengan universitas favorit, hanya mampu mendapat
peringkat ke-30.
Mendikbud Muhadjir
Effendy sempat menggulirkan wacana untuk menghapus Ujian Nasional (UN) pada
akhir 2018 lalu. Namun pro kontra terjadi soal ini, terutama soal belum meratanya kualitas
pendidikan antara daerah satu dengan daerah lainnya, sehingga Ujian Nasional masih dinilai sebagai
alat yang penting untuk melihat sejauh apa kualitas pendidikan nasional.
Tuntut Ilmu hingga ke China,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar