NusanTaRa.Com
byDimaSJayaSRanA, 12/10/2018
Penangkapan Baleo bagi masyarakat nelayan Lamalera sudah menjadi tradisi sejak dahulu sehingga mereka dengan pola tradisionalpun cukup berhasil. Keadaan perairannya yang memiliki arus perputaran dari Samudera Hindia ke Samudera Pasifik dan suhu perairan yang baik memberikan keadaan peraira saat itu mengandung kaya hara makanan dan suhu yang sesuai membuat perairan Lamalera menjadi satu alur pintas Ikan Baleo “Paus” pada musim-musim tertentu dari Samudera Hindia ke Samudera Pasifik sebagai satu model sirkulasi migrasi setiap tahun ikan Paus.
byDimaSJayaSRanA, 12/10/2018
LEFA atau semacam upacara adat pemberkatan untuk memulai
musim penangkapan baleo “ paus “ agar diberi perlindungan dan berkah oleh yang maha
kuasa dalam penangkapan ikan tersebut,
kegiaatn ini dihelat setiap tahun oleh masyarakat pantai Lamalera, NTT. Ketika
upacara adat ini dihelat oleh kepala adat atau dukun yang dipertuakan
masyarakat nelayan di sana biasanya akan diikuti oleh seluruh nelayan Paus
dengan membawa berbagai keperluan dalam acara ersebut seperti sesajen dan persyaratan
lain serta seluruh masyarakat Lamalera.
Begitu ada teriakan Baleoo dari arah
pantai, seketika masyarakat Desa Lamalera akan turun ke
pantai tanpa dikomando, Para awak
Paledang menjadi satu tim dalam satu
kapal Peledang pemburu paus akan bertugas sesuai peran masing-masing meenuju
gerombolan ikan Paus di laut. Lamafa
atau Juru Tikam adalah peran paling utama dalam setiap perburuan ikan
paus, seorang Lamafa haruslah orang
yang bersih hati dan jiwanya, baik budi pekertinya dan tidak mempunyai reputasi
yang tercela. Seorang Lamafa juga
harus memiliki keahlian untuk melompat ke laut dan melakukan tikaman mematikan
kearah hewan buruan dengan menggunakan Tempuling, tombak khusus untuk berburu
paus atau hewan laut berukuran besar lainnya seperti Orca atau lumba-lumba.
Pada bulan Mei hingga Oktober Setiap
tahun, menjadi musim bagi ikan paus Sperma atau Koteklema dalam bahasa
setempat bermigrasi antara samudera Hindia dan samudera Pasifik. Ketika mereka melewati laut Sawu di kawasan
Selatan pulau Lembata, itulah saatnya para pemburu dari Lamalera turun kelaut
dan melakukan perburuan secara bersama-sama.
Nelayan Lamalera selain
berburu Koteklema mereka juga
juga memburu Orca yang dalam bahasa setempat disebut Seguni, dan juga
lumba-lumba serta apapun hewan laut berukuran besar yang akan
bisa menjadi sumber penghidupan masyarakat, akan menjadi target buruan mereka. Proses selanjutnya membagi hasil buruan
mereka satu momen berharga untuk kebersamaan dan kekeluargaan masyarakat desa
Lamalera, semua warga yang ada di pantai saat itu akan mendapat pmbagian.
Penangkapan Baleo bagi masyarakat nelayan Lamalera sudah menjadi tradisi sejak dahulu sehingga mereka dengan pola tradisionalpun cukup berhasil. Keadaan perairannya yang memiliki arus perputaran dari Samudera Hindia ke Samudera Pasifik dan suhu perairan yang baik memberikan keadaan peraira saat itu mengandung kaya hara makanan dan suhu yang sesuai membuat perairan Lamalera menjadi satu alur pintas Ikan Baleo “Paus” pada musim-musim tertentu dari Samudera Hindia ke Samudera Pasifik sebagai satu model sirkulasi migrasi setiap tahun ikan Paus.
Menggunakan metode tradisional baik
dari sisi alat tangkap, keterampilan para nelayan, musim penangkkapan dan area
penangkapan dari masyarakat Lamalera yang
dikenal sebagai penangkap paus yang handal sejak zaman nenek moyang mereka. Meski
begitu, tidak berarti mereka selalu berhasil menangkap sang ikan raksasa saat
gerombolannya berpindah dari Samudera Pasifik menuju Samudera Hindia ataupun
sebaliknya karena ombak yang besar dan
gerombolan telah memintas di perairan mereka.
Rabu, 22 Juni 2016, Warga Desa
Lamalera, Kecamatan Wulandoni, Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur, berhasil menangkap tiga ekor ikan paus di
perairan Laut Sawu, " Ada tiga ekor ikan paus yang ditangkap
nelayan Lamalera ", Ujar SiDin Yos
Diaz warga Lamalera, Yoz Diaz pada
NusanTaRa.Com. Ketiga paus tersebut
ditangkap sekitar pukul 11.00 Wita pada Selasa petang. Ketiga ekor paus
ditangkap oleh peledang atau perahu Baka Tene milik suku Tufaona, peledang Dolu
Tene dari suku Sulaona dan ketiga oleh peledang Kelulus dari suku Beding.
Tinggal di pesisir dengan hamparan
Laut Sawu sebagai pekarangannya dan hanya terbatasi oleh cakrawala di batas
ujung laut nun disana, membuat masyarakat
Lamalera dekat dengan tradisi maritime semisal pelayaran dan pemanfaatan hasil
laut. Penangkapan baleo merupakan satu wujud syukur memaknai pemberian Tuhan
Yang Maha Esa yang disediakan untuk mereka, dengan memanfaatkan hasil laut
Baleo sebagai satu pemenuhan kehidupan mereka baik untuk dimakan maupun untuk
dijual..
Pilihan aktipitas tradisional
masyarakat Lamalera ini tidak berjalan begitu saja karna banyak menuai kritik
dari masyarakat pencinta lingkungan atau dalam menjaga keberlangsungan hidup Baleo
yang memintas di perairan laut Sawu. Dampak lain kegiatan ini Utamanya terkait soal
keberlanjutan pengelolaan kekayaan maritime kawasan tersebut. Laku mereka dianggap biadab dan usang oleh
para pengkritik yang pasti abai membedakan perilaku tradisional dan industrial,
yang terlalu pongah untuk bertanya apakah masyarakat Lamalera punya konsep
keberlanjutan, dan yang lengah menangkap makna kerja bersama yang hasilnya pun
dinikmati semua.
Menangkap baleo adalah sebuah tradisi
yang jika dihilangkan akan menghapus jati diri masyarakat yang telah lekat
mempraktikkannya sejak berabad-abad lamanya, menghilangkan keberdayaan mereka
dalam suatu komunitas yang swasembada dan pada gilirannya akan kemapanan mandirri jiwa dan raga mereka sebagai manusia dan meakan menuju pada masyarkat penghamba, namun kearifan akan hal ini harus lebih dicermati mengingat keterbatasan populasi dankeberlangsungan suatu tradisi budaya hidup mereka.
drDimaSJayaSRanAFB
Om Domi menatap laut,
Baleo berbaris dilaut nelayanpun melaut.
drDimaSJayaSRanAFB
Om Domi menatap laut,
Baleo berbaris dilaut nelayanpun melaut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar