NusanTaRa.Com
byAnugeraHAdriansyaH, 08/11/2018
byAnugeraHAdriansyaH, 08/11/2018
Torang Sitorus dan Ulos Harungguan |
Salah satu produk
budaya Indonesia kembali mendunia. Baru-baru ini produk budaya Indonesia asal
Tanah Batak yakni Ulos Harungguan menjadi sorotan dunia dan mendapat
penghargaan dari LSM World Crafts Council (WCC) yang berafiliasi dengan UNESCO.
Perancang busana internasional dan kolektor ulos Torang Sitorus mengatakan ini
bukan prestasi pertama yang dicapai kain Harungguan. Sebelumnya, ulos
Harungguan menjadi suvenir dalam pertemuan tahunan IMF-Bank Dunia di Washington
DC dan Bali 2018, beberapa waktu lalu.
Kali ini ulos
Harungguan yang mendapat penghargaan dari WCC 2018, dipamerkan di Andaliman
Hall, Kota Medan 7 November hingga 11 November 2018. Pameran ini menghadirkan
90 ulos dari berbagai jenis seperti Bintang Maratur, Suri-suri, Indigo, Bolean,
dan tentunya Harungguan. " Justru
sebenarnya karya-karya seperti ini diapresiasi di Jakarta dan luar negeri. Jadi
Ulos Harungguan ditenun di Muara, Tapanuli Utara. Tahun ini ada dua prestasi
buat Harungguan, pertama sebagai suvenir IMF-Bank Dunia. Kedua, dapat
penghargaan dari WCC, seperti NGO di UNESCO ", Ujar SiDin Torang di Medan, Rabu
(7/11/2018).
Kata Torang, ulos
Harungguan yang hanya dibuat penenun dari Muara, Kabupaten Tapanuli Utara,
Sumatera Utara, merupakan replika dari kain tua, yang proses pembuatannya masih
dilakukan secara tradisional dan mengikuti keasliannya. Adapun perbedaan ulos
Harungguan dengan kain Batak lainnya adalah tidak ada pengulangan motif dalam
proses pembuatannya.
" Ini kain
replika dari kain tua yang dikerjakan dengan tradisional,masih mengikuti pakem,
diikat, dan motifnya tidak ada pengulangan. Dan diwarnai dengan bahan-bahan
lokal yang terdapat pada daerah Toba dari indigo, akar mengkudu, dan mahoni,
yang difermentasi akhirnya jadi bahan pewarna. Kalau kain sekarang dibuat asal
supaya cepat, sekali ikat enam kain akhirnya pecah ikatannya. Kemudian dibuat
mengulang motifnya. Jadi tidak mengikuti pakem yang dulu diciptakan oleh
leluhurnya. Jadi di sini tidak ada pengulangan motif ", jelasnya.
Menurut Torang,
proses pembuatan satu lembarulos Harungguan bisa memakan waktu hingga dua
bulan. Sebelum menenun,prosesnya adalah pembentukan pola motif, pengikatan
hingga pencelupan. Alhasil ulos Harungguan dibanderol dengan harga yang cukup
tinggi. " Untuk satu
lembar itu dari mulai proses awal bisa dua hingga tiga bulan. Tapi setelah
diikat, dan dicelup, menenunnya cepat, hanya sepekan. Untuk proses pewarnaannya
kita harus tahan kotor. Memang itu yang dihindari penenun sekarang, mau serba
praktis. Padahal sebenarnya kain seperti ini jauh lebih mahal. Sekarang Rp5
juta hingga Rp10 juta per lembar ", UjarSiDin Torang.
Namun, Torang
menyayangkan kondisi para penenun ulos. Banyak penenun hanya bisa berkarya tapi
tidak tahumemasarkannya. Karena itu mereka membutuhkan mentor dan juga mitra.
Para penenun masih mengalami kesulitan dalam memasarkan ulos, padahal daerah
Toba, dan Tarutung adalah pusat tenun terbesar di Indonesia.
" Karena budaya
di sana masih dijalankan. Jadi industri tenun itu masih hidup sebenarnya.
Pelan-pelan akan kita benahi. Menjadi penenun sekarang juga menjanjikan. Saya
buat pola lebih ke mitra. Penenun diarahkan dan diberi bahan baku berkualitas
dengan pewarna alami. Terus penenun berkarya tanpa menghilangkan namanya di
kain itu. Jadi pendampingan ini yang saya lakukan di Toba ", Ujar SiDin Torang.
Setelah
Harungguan,Torang akan mencari ulos dengan motif yang lain untuk dikembangkan.
Torang juga berharap ulos bukan sekadar narasi budaya, melainkan mampu menjadi
sebuah industri fashion yang dapat mendongkrak perekonomian para penenun di
Toba. " Membuat ulos
ini jadi cerita (adat) atau mengalihkan dia ke industri fashion. Karena kita
harus memisahkan dua ini. Adat bicara adat, tapi dapur harus mengepul setiap
hari. Jadi ada waktunya penenun itu membuat kain adat. Tapi ada waktunya juga
mereka butuh kreativitas yang bertumbuh. Jadi harus lebih realistis ", Ujar Torang.
sbrVOAIndonesia, 07/11/2018.
Cantik siboru dengan Ulosnya,
Kain Ulos Harungguan telah mendunia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar