NusaNTaRa.Com
byMapiroHBorrA, M i n g g u, 0 8 S e p t e m b e r 2 0 2 4
Upacara Adat KARIA suku Tomuna untuk mendoakan Anak-anak mereka
Orang Muna mulai mendiami Pulau Muna sejak
zaman purba tepatnya sekitar era mesolitikum ( 50.000 SM ). Namun Orang Muna
saat ini bukanlah asli dari keturunan migrant yang pertama kali ( 60.000 –
50.000 SM ), tetapi telah terjadi percampuran dengan ras Austronesia –yang
datang pada era berikutnya ( 7.000- 5.000 SM ) dan ras Melanosoid ( Doutro
Melayu & Protto Melayu) serta Mongoloid yang datang sekira 4000 – 2000
tahun SM. . Asumsi penulis ini didasarkan pada fakta dimana Bahasa Muna
merupakan lingua franca Orang Muna masih satu rumpun Bahasa Austronesia ( Rene
Van Deberg , 2006 ; 115 ).
Herawati,seorang peneliti dari lembaga
penelitian Eijkman berhipotesa bahwa penyebaran penutur Austronesia di
Nusantara terjadi sekitar 5.000 hingga 7.000 SM ke arah selatan. Berdasarkan
hipotesa Herawati tersebut maka dapat dipastikan Orang Indonesia yang bahasanya
masih satu rumpun dengan bahasa Austronesia dalam hal ini termasuk Orang Muna
saat ini yang menggunakan Bahasa Muna yang masih serumpun dengn bahasa
Austronesia adalah percampuran ras Weddoid ( migran pertama 60 – 50 ribu SM )
dan ras austronesia yang mulai menghuni Kepuluan Nusantara sekitar 7.000 –
5.000 SM.
H. Anwar Hafid mengutip Razake mengungkapkan
bahwa orang muna banyak memiliki persamaan dengan ras Austro-Melanesoid
(Razake, 1989 dalam H. Anwar Hafid, 2013). Di Nusantara, Orang Muna memiliki
kesamaan dengan penduduk di Kepulauan Banggai (Sulteng) dan suku-suku di Nusa
Tenggara Timur ( NTT ) dan Kepulauan Maluku. Kesamaan itu dapat di identifikasi
dari bentuk tubuh, tengkorak, warna kulit (coklat tua/hitam), dan rambut
(keriting/ikal).
Hal ini semakin diperkuat dengan kedekatan tipikal manusianya
dan kebudayaan dari suku-suku di Nusa Tenggara Timur dan di Kepulauan Banggai
serta Maluku.. Masih menurut Hafid, ras Austro-Melanosoid ini merupakan
kelompok migrant terakhir yang datang di Kepulauan Sulawesi Tenggara dan
merupakan nenek moyang masyarakat di kepulauan tersebut.
Motif sarung tenunan di NTT, Kepulaun Banggai
dan Muna memiliki kemiripan yaitu garis-garis horisontal dengan warna-warna
dasar seperti kuning, hijau, merah, dan hitam dan bentuk ikat kepala juga
memiliki kemiripan satu sama lain serta memiliki nama yang sama yakni ‘
Kampurui ‘. Demikian juga dengan bahasa, antara bahasa di daerah NTT, Maluku
dan Muna banyak memiliki kesamaan. Dalam hal makanan pokok serta kebiasaan
dalam bercocok tanam dan lain-lain, antara Orang Muna dengan masyarakat di NTT
serta Maluku juga memiliki banyak kesamaan. Banyaknya kesamaan tersebut semakin
memperkuat keyakinan penulis, bahwa penduduk di daerah-daerah tersebut benar
memiliki kesamaan ras dengan Orang Muna.
Orang Muna juga memiliki kemiripan fisik
dengan suku Aborigin di Australia. Sejak dahulu hingga sekarang nelayan-nelayan
muna, khususnya di Pulau Siompu, Kadatua dan Kepulauan Talaga sering mencari
ikan atau teripang hingga ke perairan Darwin. Hal ini membuktikan adanya
hubungan antara Orang Muna dengan Orang Aborigin di Australian. Telah beberapa
kali Nelayan Muna ditangkap di perairan ini oleh pemerintah Australia.
Kebiasaan ini boleh jadi menunjukkan adanya hubungan tradisional antara Orang
Muna dengan suku asli Australia Aborigin.
La Kimi Batoa dalam bukunya ‘Sejarah Kerajaan
Muna’ terbitan Jaya Press Raha ( 1993 ) mengatakan bahwa penduduk asli Pulau
Muna adalah O Tomuna dan Batuawu. O Tomuna memiliki ciri-ciri berkulit hitam,
rambut ikal tinggi badan antara 160- 165 Cm. Ciri-ciri ini merupakan ciri-ciri
umum suku-suku malanesia dan Aborigin di Australia .Suku-suku di Indonesia yang
memiliki ciri-ciri seperti ini mendiami wilayah Irian,.
Sedadangkan Batuawu berkulit Coklat berambut
ikal dan tinggi tubuh berkisar 150-160 Cm. Postur tubuh seperti ini merupakan
ciri-ciri yang dimiliki suku-suku Polynesia yang mendiami Pulau Flores dan
Maluku. Sisa-sisa Orang Batuawu di Pulau Muna saat ini sebgian telah di
mukimkan di Desa Nihi Kecamatan Sawerigading wilayah administrasi Kabupaten
Muna Barat. Sedangkan sebagian lainnya masih hidup di dalam gua-gua di dalam
hutan di wilayah Punto, Desa Lagadi Kecamatan Lawa Muna Barat.
Idris Bolopari seorang tokoh masyarakat Muna ( Wawacara, 2015 ), mengatakan penghuni Pulau Muna pertama kali adalah ras Negroit yang datang dari Daratan Tinggi Golan Afrik. Sayagnya Indris Bolopari tidak menjelaskan secara pasti kapan ras Negroit itu datang ke Pulau Muna. Masih menurut Idris Bolopari, mereka itulah penghuni gua-gua di Pulau Muna. Manusia dengan ras negroit yang digambarkan Idris Bolopari ini besar kemungkinan merupakan penduduk asli Pulau Muna seperti yang digambarkan oleh Sarasin bersaudara, Hargen dan La Kimi Batoa yang dikenal dengan O Tomuna. Siasa – sisa sejarah peradaban ras Negroid tersebut dapat di lihat pada lukisan dinding- dinding gua yang tersebar di daerah Kawuna-wuna ( Kopleks Liangkobori ). Lukisan-lukisan pra sejarah yang ada di Kompleks Gua Liangkobhori tersebut menurut Koasi telah berusia diatas 25.000 tahun.. (dr.EnsiklopediaDunia.UnivSTEKOMSemarang)
Lukisan tangan pada dinding gua prasejarah Linagkobhori Pulau Muna
Orang Muna Pulau
Muna dekat Buton di sultra.
Kaum Tomuna termasuk
penghuni awal Nusantara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar