NusaNTaRa.Com
byMuhammaDNunukaN, M i n g g u, 0 1 S e p t e m b e r 2 0 2 4
Remaja dulu dengan bagian mesjid Nurul Iman yang dibangun tahun 1936 |
Masjid Nurul Iman di Jl. Tanjung, Kelurahan Nunukan Barat sepakat disebut masjid tertua yang ada di Pulau Nunukan ?, data ini tentunya agak sulit !!, terlebih mengenai tahun kepastian berdirinya atau awal dibangun masjid ini agak sulit. Nyaris pemukim pemukim lama di Tanjung atau seputar bangunan Mesjid Nurul Iman dari warga suku Tidung serta sesepuh yang terkait atau tahu kisah tentang pembangunan masjid dan mereka yang sejak awal aktip disini sudah hampir tidak ada yang tersisa.
Mesjid Nurul Iman yang pertama di Pulau Nunukan, saat ini bangunan lantai dua itu berdiri kokoh tepat di pinggir jalan utama Pulau Nunukan di Jalan Tanjung, Kelurahan Nunukan Barat dan Kecamatan Nunukan. Nyaris hanya trotoar yang menjadi pembatas antara bangunan utama masjid dengan jalan raya dan dibelakangnya terdapat makam umum yang seusia juga dengannya. Di atas lahan yang sempit inilah, sejarah mencatat pernah berdiri bangunan masjid pertama di Pulau Nunukan.
Adalah Imam Basran, bekas imam Masjid Nurul Iman dan Imam masjid Raya Kabupaten Nunukan yang mengisahkan sejarah awal berdirinya masjid tersebut. Basran menceritakan, Islam saat itu berkembang pesat di Surabaya. Dari Pulau Jawa, Islam kemudian menyebar ke Sulawesi, Sumatera lalu ke Pulau Kalimantan di Kalimantan Selatan. Islam di Pulau Nunukan yang kini menjadi ibukota Kabupaten Nunukan, banyak dipengaruhi dari Kalimantan Selatan, “ Jadi orang-orang dari Kalimantan Selatan yang datang membawa Islam ke sini. Mereka datang membawa Islam, benar-benar berdasarkan Al-quran ”, Ujar SiDin Imam Basran, Jumat (26/6/2015).
Pulau Nunukan yang saat itu dihuni penduduk asli Kalimantan seperti Tidung dan Banjar, seluruh warganya beragama Islam, “ Tidak ada kafir di sini. Semua Islam waktu itu ”, Ujar Cakap Imam Basran. Berkembangnya agama Islam di Pulau Nunukan tak lepas dari sejarah berdirinya Masjid Nurul Iman dengan jumlah sekitar 200 rumah tangga, pada tahun sekitar 1936, penduduk setempat mendirikan masjid di Jalan Tanjung, “ Jaman Belanda itu dibangun ”, Ujar SiDin.
Masjid Nurul Iman bagian dalamnya kini |
Imam Basran pun tercatat pernah menjadi imam masjid di sini selama sekitar 10 tahun, sebelum dia ditugaskan menjadi imam di Masjid Agung Al-Mujahidin. Pria yang berasal dari Tana Lia, Pulau Mandul ini sebelumnya banyak mendapatkan pendidikan agama dari ayahnya, “ Bapak saya belajar agama langsung dari orang Banjar. Benar-benar belajar dari Al-quran. Saya belajar pada beliau ”, UjarImam Basran mengenang.
Ketika sedang mengutak-ngatik penelusuran tentang pembangunan Masjid Nurul Iman dari berbagai sumber ternyata masih ditemukan mereka yang masih menyimpan dan mengetahui sejarah keberadaan Masjid ini, yaitu menemui saudara Pak Mashur, S.Pd M.Pd. Beliau masih bertugas sebagai Kepala Unit Pelaksana Tugas (UPT) Program Pendidikan Dasar (PPD) Dinas Pendidikan Kabupaten Nunukan Pada Wilayah Nunukan Selatan, dan beliau memaparkan sedikit sejarahnya sebagai berikut.
Mashur ternyata menyimpan rapi catatan otentik terkait sejarah keberadaan awal Masjid Nurul Iman dan dari catatan yang dimiliknya diketahui bahwa masjid itu didirikan pada tahun 1936. Bagaimana hingga putra asli Nunukan yang lahir pada 12 Desember 1969 ini bisa memiliki catatan penting itu ?, “ Lahan tempat berdirinya Masjid Nurul Iman berasal dari hasil hibah kakek saya ”, Ujar Cakap SiDin Mashur yang menyebutkan bahwa kakeknya barnama Indar Jaya pegiat mesjid.
Selain sebagai rumah ibadah umat muslim pertama di Nunukan, ada beberapa sisi lain yang belum banyak terungkap dari masjid yang awalnya hanya berstatus surau tersebut, yaitu : 1. Pertama, Pembangunan Surau Nurul Iman ternyata ‘disponsori’ oleh seorang Kontlerd (Pekerja Proyek) non muslim berkebangsaan Belanda bernama Heenard, “ Dari cerita kakek saya, sebagian besar material pembangunan surau Nurul Iman dibantu orang Belanda tersebut. Pengerjaannya dilakukan secara gotong-royong oleh warga sekitar ”, Ujar SiDin Mashur dengan Boneernya (Semangatnya).
Tak ada yang tahu persis nama lengkap Kontlerd Belanda yang memiliki jiwa sosial yang cukup tinggi bagi ummat lain. Orang-orang saat itu hanya mengenal dan memanggilnya dengan sebutan Tuan Heenard. 2. Fakta lain, pada awal-awalnya berdirinya masjid yang rutin melantunkan Adzan di Surau Nurul Iman setiap memasuki waktu sholat pada saat itu adalah seorang pria bernama Abdul Rahman Domang.
3. Jarak yang cukup jauh dari rumah tinggalnya menuju Surau Nurul Iman bukan hambatan bagi Abdul Rahman Domang menyeru umat Islam agar melaksanakan kewajiban sholat lima waktu, tentu saja adzan yang dikumandangkan itu belum dibantu alat pengeras suara. Tidak terkecuali waktu sholat Subuh. Berbekal penerangan obor bambu, Abdul Rahman Domang kekeuh menembus kegelapan Nunukan dengan rasa dingin yang dirasakan oleh pria yang belakangan lebih dikenal ramai oleh masyarakat Nunukan dengan nama Guru Domang.
Masjid Nurul Iman kini |
Masjid Nuru Iman masjid tertua di Kabu[aten Nunukan.
Guru Domang rutin di masjid ini menyuarakan adzan.
NusaNTaRa.Com Adverstesment
Melayani pemasangan Iklan
Sila Dail Talian 0821 5385 8932
Tidak ada komentar:
Posting Komentar