Jumat, 12 Januari 2024

GANJAR PRANOWO DENGAN POLITIK JALAN TENGAH DI DEBAT CAPRES 2024

NusaNTaRa.Com

byDannYAsmorO,         R   a   b   u,    1   0     J  a  n  u  a  r  i     2   0   2   4

Capres nomor urut 3 Ganjar Pranowo mengikuti debat pertama capres pada 12 Desember 2023.

Capres nomor satu Anies Baswedan konsisten dengan posisinya sebagai antithesis dari pemerintahan Jokowi di mana Capres nomor dua Prabowo Subianto adalah salah satu menteri andalannya.   Bukan hanya itu, secara teknis, Anies bahkan semakin frontal melakukan kritikan tajam tidak saja kepada pemerintah, tapi juga kepada Prabowo, baik dalam kapasitasnya sebagai menteri maupun sebagai pribadi.  Hal itu tertuang dalam DEBAT CALON PRESIDEN ke II,  yang berlangsung pada 07 Januari 2024 setiap peserta semakin memperlihatkan arah politik mereka.

Kritikan tersebut jauh lebih frontal dilakukan Anies Baswedan jika ditengo banding dengan debat presiden sesi perdana pada Desember tahun lalu.    Ada indikasi bahwa kritikan Anies tidak saja ditujukan untuk isu terkait, tapi juga untuk memancing Prabowo agar semakin agresif dan emosional dalam menanggapinya.    Tentu strategi tersebut tak salah,  mungkin menurut Anies, masih ada sisi lain dari Prabowo yang perlu ditunjukkan dan dipahampam kepada publik.

Semisalnya, sisi emosional dan temperamental, yang sebenarnya sedari dulu kerap disematkan oleh lawan-lawan politik Prabowo kepadanya.   Sebenarnya jika dikembalikan kepada isu yang telah dibahas, maka sejatinya tak ada rumusan baku untuk mengatakan bahwa ide dan rencana program salah satu kandidat lebih benar dibanding kandidat lain tentu jawabannya sangat relatif dan subjektif.  Baik Anies maupun Ganjar Pranowo tidak memberikan kriteria apapun dalam penilaiannya,    soal berapa besaran anggaran pertahanan yang ideal atau berapa nilai rapor yang tepat untuk empat tahun masa Prabowo sebagai Menhan.

Bahkan Anies terkesan memang berniat untuk men-downgrade Prabowo di hadapan jutaan penonton debat di seluruh Indonesia. Lagi-lagi hal tersebut terkait dengan strategi debat Anies Baswedan, bukan soal benar atau salah.   Hampir bisa dipastikan bahwa pemilih Prabowo tak sepakat dengan penilaian lawan-lawan Prabowo tersebut. Sementara pemilih Anies dan Ganjar tentu bersorak-sorai melihat Prabowo ‘dikuliti’ habis-habisan oleh Anies, pun oleh Ganjar Pranowo. Namun lepas dari itu, Anies memainkan perannya sebagai penantang pemerintahan dan penerus pemerintahan yang ada saat ini dengan cukup baik. Sementara itu, dari sisi Prabowo, konsistensi dalam membela pemerintahan saat ini juga terlihat sangat tinggi.

Prabowo tanpa tedeng aling-aling membela semua kebijakan yang telah diambil oleh pemerintahan Jokowi, termasuk semua kebijakan Kementerian Pertahanan yang ia pimpin.   Prabowo terkesan dikeroyok oleh dua kandidat lain tentu hanya perkara posisi politik semata karena  Anies dan Ganjar bukan bagian dari pemerintahan yang ada saat ini, maka secara otomatis jalan terbaik untuk mendulang simpati dari calon pemilih adalah dengan cara mencari kesalahan dan kekurangan dari pemerintahan yang ada, sembari menawarkan ide dan program yang dianggap lebih baik dan strategis.

Perdebatan seperti itu tentunya lumrah terjadi dalam perdebatan calon presiden dimanapun.   Misalnya, Donald Trump habis-habisan menelanjangi keburukan dan aib pemerintahan Joe Biden,   sudah selayaknya demikian, karena Donald Trump saat ini adalah penantang pemerintahan yang sedang berkuasa di Gedung Putih.  Lain halnya dengan debat calon presiden Amerika Serikat tahun 2020 lalu, di mana Joe Biden juga habis-habisan menguliti dosa dan kesalahan Donald Trump yang menjabat sebagai penguasa Gedung Putih saat itu,  berarti  pertarungan antara pendukung keberlanjutan pemerintahan dan penentang keberlanjutan adalah hal yang lumrah terjadi di setiap debat calon presiden.

Pertarungan ideasional akan semakin sengit jika perbedaan para kandidat tidak saja terkait dengan posisi politik, tapi juga terkait dengan ideologi politik yang diperjuangkan,  kandidat presiden dari Partai Demokrat dan Partai Republik masuk ke dalam kedua kategori perbedaan tersebut.   Kedua partai silih berganti menduduki tahta di Gedung Putih, dengan agenda yang cukup bertentangan. Walhasil, pertarungan tidak saja soal penguasa yang sedang berkuasa dengan penantang, tapi benar-benar pertarungan ideologi, yakni "liberal democrat" versus "conservative".

Sebenarnya perbedaan  di Indonesia tidak seideologis di Amerika di satu sisi dan tidak terlalu frontal di sisi lain, karena faktor etika ketimuran yang kita anut. Ditambah pula dengan interaksi sejarah masa lalu antara beberapa kandidat  yang dianggap oleh beberapa kalangan sebagai bagian dari etika berkomunkasi di saat berdebat.   Misalnya, Anies yang sempat didukung dan dibantu oleh Prabowo dan Partai Gerindra di saat pemilihan Gubernur DKI Jakarta tempo hari, dianggap oleh publik sebagai faktor penting yang semestinya dipertimbangkan oleh Anies di saat mengkritik keras Prabowo.

Faktor ini menjadi salah satu faktor yang membuat sebagian pihak agak kurang bisa menilai sisi positif dari kritikan Anies terhadap Prabowo,  yang sebenarnya jika sudah masuk ranah konstestasi, Anies memang semestinya mengekploitasi posisinya sebagain penantang untuk terus membuktikan bahwa apa yang telah dilakukan oleh pemerintah selama ini kurang tepat dan harus diubah.   Sementara Prabowo melakukan hal sebaliknya, yakni membela pemerintahan sekuat tenaga, agar terlihat oleh publik bahwa apa yang telah dilakukan oleh pemerintah selama ini sangat layak dilanjutkan.

Di tengah dua seteru tersebut, Ganjar Pranowo menjalankan posisinya secara baik dan menarik. Pada satu momen Ganjar bisa mendukung apa yang telah dilakukan pemerintah, tapi pada waktu yang lain, Ganjar bisa mengkritiknya, atau menyatakan bahwa yang dilakukan pemerintah kurang serius dan kurang cepat, sehingga beliau pun bisa menawarkan opsi-opsi lain untuk memperbaikinya.   Banyak yang mengatakan bahwa Ganjar tak mendapatkan posisi isu strategis di dalam konstelasi perang isu antara Anies dan Prabowo.

Anies dicap sebagai antithesis Jokowi, sementara Prabowo diangap sebagai thesis dan penerus Jokowi. Lantas Ganjar di mana ? Sebenarnya posisi Ganjar di tengah. Jika kita melihat konstelasi ideologis di Amerika Serikat hari ini, Ganjar sebenarnya ada di posisi Joe Biden, yakni posisi tengah. Biden dianggap berada pada posisi center left. Dari kubu Republik juga ada presiden sejenis, yakni center right, seperti Esheinsower, misalnya, dari Partai Republik yang tetap menjalankan banyak agenda "New Deal" dari FDR. Di Jerman, Angela Merkel juga dianggap sebagai Perdana Menteri dari tengah, dengan partai CDU-nya dan ideologi Liberal Christian-nya, sebagai penengah dari kekuatan kiri yang berasal dari Jerman Timur dan kekuatan Konservatif Kanan dari Jerman Barat.

Suasana saat tiga capres mengikuti Debat Calon Presiden Pemilu 2024 Putaran Ketiga di Istora Senayan, Kompleks Gelora Bung Karno, Jakarta, Minggu (7/1/2024). Ketiga calon presiden yaitu Anies Basweda, Prabowo Subianto, dan Ganjar Pranowo, hadir dalam acara ini. Ketiga capres tersebut saling adu mengungkapkan gagasan masing-masing akan tema debat yang diangkat. Tema debat capres putaran ketiga ini membahas isu pertahanan, keamanan, hubungan internasional, globalisasi, geopolitik, dan politik luar negeri. 

 

Debat Presiden 2024 di ikuti tiga CAPRES.

Masing2 memaparkan idenya dan menyerang lawan Capres.

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LIMA PEMBUANGAN SAMPAH TERBESAR DI DUNIA, ADA BANTAR GEBANG !!

NusaNTaRa.Com       byBatiSKambinG,        R   a   b   u,    2   0      N   o   p   e   m   b   e   r      2   0   2  4     Tempat Pengelola...