NusaNTaRa.Com
byDannYAsmorO, R a b u, 1 0 J a n u a r i 2 0 2 4
Capres nomor urut 3 Ganjar Pranowo mengikuti debat pertama capres pada 12 Desember 2023. |
Capres
nomor satu Anies Baswedan konsisten dengan posisinya sebagai antithesis dari
pemerintahan Jokowi di mana Capres nomor dua Prabowo Subianto adalah salah satu
menteri andalannya. Bukan hanya itu,
secara teknis, Anies bahkan semakin frontal melakukan kritikan tajam tidak saja
kepada pemerintah, tapi juga kepada Prabowo, baik dalam kapasitasnya sebagai
menteri maupun sebagai pribadi. Hal itu
tertuang dalam DEBAT CALON PRESIDEN ke II,
yang berlangsung pada 07 Januari 2024 setiap peserta semakin
memperlihatkan arah politik mereka.
Kritikan
tersebut jauh lebih frontal dilakukan Anies Baswedan jika ditengo banding
dengan debat presiden sesi perdana pada Desember tahun lalu. Ada indikasi bahwa kritikan Anies tidak saja
ditujukan untuk isu terkait, tapi juga untuk memancing Prabowo agar semakin
agresif dan emosional dalam menanggapinya. Tentu strategi tersebut tak salah, mungkin menurut Anies, masih ada sisi lain
dari Prabowo yang perlu ditunjukkan dan dipahampam kepada publik.
Semisalnya,
sisi emosional dan temperamental, yang sebenarnya sedari dulu kerap disematkan
oleh lawan-lawan politik Prabowo kepadanya. Sebenarnya jika dikembalikan kepada isu yang telah
dibahas, maka sejatinya tak ada rumusan baku untuk mengatakan bahwa ide dan
rencana program salah satu kandidat lebih benar dibanding kandidat lain tentu
jawabannya sangat relatif dan subjektif. Baik Anies maupun Ganjar Pranowo tidak
memberikan kriteria apapun dalam penilaiannya, soal berapa besaran anggaran pertahanan yang
ideal atau berapa nilai rapor yang tepat untuk empat tahun masa Prabowo sebagai
Menhan.
Bahkan
Anies terkesan memang berniat untuk men-downgrade Prabowo di hadapan jutaan
penonton debat di seluruh Indonesia. Lagi-lagi hal tersebut terkait dengan
strategi debat Anies Baswedan, bukan soal benar atau salah. Hampir bisa dipastikan bahwa pemilih Prabowo
tak sepakat dengan penilaian lawan-lawan Prabowo tersebut. Sementara pemilih
Anies dan Ganjar tentu bersorak-sorai melihat Prabowo ‘dikuliti’ habis-habisan
oleh Anies, pun oleh Ganjar Pranowo. Namun lepas dari itu, Anies memainkan
perannya sebagai penantang pemerintahan dan penerus pemerintahan yang ada saat
ini dengan cukup baik. Sementara itu, dari sisi Prabowo, konsistensi dalam
membela pemerintahan saat ini juga terlihat sangat tinggi.
Prabowo
tanpa tedeng aling-aling membela semua kebijakan yang telah diambil oleh
pemerintahan Jokowi, termasuk semua kebijakan Kementerian Pertahanan yang ia
pimpin. Prabowo terkesan dikeroyok oleh
dua kandidat lain tentu hanya perkara posisi politik semata karena Anies dan Ganjar bukan bagian dari
pemerintahan yang ada saat ini, maka secara otomatis jalan terbaik untuk
mendulang simpati dari calon pemilih adalah dengan cara mencari kesalahan dan
kekurangan dari pemerintahan yang ada, sembari menawarkan ide dan program yang
dianggap lebih baik dan strategis.
Perdebatan
seperti itu tentunya lumrah terjadi dalam perdebatan calon presiden dimanapun. Misalnya, Donald Trump habis-habisan menelanjangi
keburukan dan aib pemerintahan Joe Biden,
sudah selayaknya demikian, karena
Donald Trump saat ini adalah penantang pemerintahan yang sedang berkuasa di
Gedung Putih. Lain halnya dengan debat
calon presiden Amerika Serikat tahun 2020 lalu, di mana Joe Biden juga
habis-habisan menguliti dosa dan kesalahan Donald Trump yang menjabat sebagai
penguasa Gedung Putih saat itu, berarti pertarungan antara pendukung keberlanjutan
pemerintahan dan penentang keberlanjutan adalah hal yang lumrah terjadi di
setiap debat calon presiden.
Pertarungan
ideasional akan semakin sengit jika perbedaan para kandidat tidak saja terkait
dengan posisi politik, tapi juga terkait dengan ideologi politik yang
diperjuangkan, kandidat presiden dari Partai
Demokrat dan Partai Republik masuk ke dalam kedua kategori perbedaan tersebut. Kedua partai silih berganti menduduki tahta
di Gedung Putih, dengan agenda yang cukup bertentangan. Walhasil, pertarungan
tidak saja soal penguasa yang sedang berkuasa dengan penantang, tapi
benar-benar pertarungan ideologi, yakni "liberal democrat" versus
"conservative".
Sebenarnya
perbedaan di Indonesia tidak seideologis
di Amerika di satu sisi dan tidak terlalu frontal di sisi lain, karena faktor
etika ketimuran yang kita anut. Ditambah pula dengan interaksi sejarah masa
lalu antara beberapa kandidat yang
dianggap oleh beberapa kalangan sebagai bagian dari etika berkomunkasi di saat
berdebat. Misalnya, Anies yang sempat
didukung dan dibantu oleh Prabowo dan Partai Gerindra di saat pemilihan
Gubernur DKI Jakarta tempo hari, dianggap oleh publik sebagai faktor penting
yang semestinya dipertimbangkan oleh Anies di saat mengkritik keras Prabowo.
Faktor
ini menjadi salah satu faktor yang membuat sebagian pihak agak kurang bisa
menilai sisi positif dari kritikan Anies terhadap Prabowo, yang sebenarnya jika sudah masuk ranah
konstestasi, Anies memang semestinya mengekploitasi posisinya sebagain penantang
untuk terus membuktikan bahwa apa yang telah dilakukan oleh pemerintah selama
ini kurang tepat dan harus diubah. Sementara Prabowo melakukan hal sebaliknya,
yakni membela pemerintahan sekuat tenaga, agar terlihat oleh publik bahwa apa
yang telah dilakukan oleh pemerintah selama ini sangat layak dilanjutkan.
Di
tengah dua seteru tersebut, Ganjar Pranowo menjalankan posisinya secara baik
dan menarik. Pada satu momen Ganjar bisa mendukung apa yang telah dilakukan
pemerintah, tapi pada waktu yang lain, Ganjar bisa mengkritiknya, atau
menyatakan bahwa yang dilakukan pemerintah kurang serius dan kurang cepat,
sehingga beliau pun bisa menawarkan opsi-opsi lain untuk memperbaikinya. Banyak yang mengatakan bahwa Ganjar tak
mendapatkan posisi isu strategis di dalam konstelasi perang isu antara Anies
dan Prabowo.
Anies dicap sebagai antithesis Jokowi, sementara Prabowo diangap sebagai thesis dan penerus Jokowi. Lantas Ganjar di mana ? Sebenarnya posisi Ganjar di tengah. Jika kita melihat konstelasi ideologis di Amerika Serikat hari ini, Ganjar sebenarnya ada di posisi Joe Biden, yakni posisi tengah. Biden dianggap berada pada posisi center left. Dari kubu Republik juga ada presiden sejenis, yakni center right, seperti Esheinsower, misalnya, dari Partai Republik yang tetap menjalankan banyak agenda "New Deal" dari FDR. Di Jerman, Angela Merkel juga dianggap sebagai Perdana Menteri dari tengah, dengan partai CDU-nya dan ideologi Liberal Christian-nya, sebagai penengah dari kekuatan kiri yang berasal dari Jerman Timur dan kekuatan Konservatif Kanan dari Jerman Barat.
Debat Presiden 2024 di ikuti
tiga CAPRES.
Masing2 memaparkan idenya
dan menyerang lawan Capres.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar