NusaNTaRa.Com
byPunGKadA, S e l a s a, 0 8 N o v e m b e r 2 0 2 2
Wakil
Presiden Ma'ruf Amin berpidato dalam acara Konferensi Tingkat Tinggi
(KTT) Perubahan Iklim PBB atau Conference of the Parties (COP) ke-27, Mesir, Selasa (08/11/2022). |
Wakil Presiden
(Wapres) H. Ma’ruf Amin menyatakan saat ini terdapat tiga krisis planet (triple
planetary crisis) yakni perubahan iklim, polusi, dan hilangnya keanekaragaman
hayati yang sangat mendesak untuk diatasi.
“ Dalam situasi krisis seperti
ini tidak ada pilihan lain kecuali bekerja sama. Paradigma kolaborasi harus kita
kedepankan ”, Ujar SiDin
H. Ma’ruf Amin, pada acara Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Perubahan
Iklim PBB atau Conference of the Parties (COP) ke-27 Mesir,
Selasa (08/11/2022).
Ma’ruf menyebut,
Indonesia juga telah menyampaikan Enhanced Nationally Determined Contribution
yang memuat peningkatan target penurunan emisi Indonesia menjadi 31,89 persen
dengan kemampuan sendiri dan 43,20 persen dengan dukungan
internasional. “ Peningkatan ini selaras dengan perkembangan
signifikan kebijakan kami, antara lain perluasan konservasi dan restorasi alam,
penerapan pajak karbon, mencapai Forestry and Other Land Use (FOLU) Net Sink
2030, pengembangan ekosistem kendaraan listrik, serta inisiasi program
biodiesel B40. Guna memastikan pendanaan transisi energi, Indonesia telah
meluncurkan Country Platform for Energy Transition Mechanism ”,
Ujar SiDin H. Ma’ruf Amin dengan Plabomoranya (hebatnya).
H. Ma’ruf Amin
menambahkan bahwa semua upaya nasional tersebut perlu disertai
dukungan internasional yang jelas dalam hal ini
termasuk penciptaan pasar karbon yang efektif dan berkeadilan, investasi
untuk transisi energi dan pendanaan
untuk aksi iklim, “ Untuk itu COP27 harus dimanfaatkan tidak
hanya untuk majukan ambisi, namun juga implementasi, termasuk pemenuhan
dukungan dari negara maju kepada negara berkembang ”,
Ujar SiDin meminta. Bermakna semua negara harus menjadi bagian dari solusi
mengatasi persoalan iklim dan berkontribusi
sesuai kapasitas masing-masing dengan semangat burden-sharing bukan
burden-shifting, “ Negara yang lebih mampu harus membantu dan
memberdayakan negara lainnya ”, Ujar SiDin H. Mar’uf Amin Laji.
Sebelumnya, H. Ma’ruf
Amin telah lama menegaskan bahwa sebagai presiden
G20 2022 dan Ketua ASEAN pada 2023, Indonesia terus mendorong beberapa poin
penting kebijakan perubahan iklim dan transisi energi. Termasuk menghasilkan Bali Compact yang
bertujuan untuk mempercepat transisi energi menuju energi bersih yang
berkelanjutan, “ Visi kami sebagai negara anggota ASEAN adalah
menjadi pemimpin regional dalam mempercepat realisasi aksi iklim pada tataran
yang lebih nyata ”, Ujar SiDin
H. Ma’ruf Amin dengan
Plabomoranya (hebatnya).
Melalui kemitraan
bilateral dengan Australia, menurut Wakil Presiden RI (Wapres), aspirasi Indonesia adalah untuk
memimpin upaya pengurangan emisi dengan mempercepat transisi ke energi
terbarukan. “ Presiden Joko Widodo dan Perdana Menteri
Anthony Albanese juga telah menyepakati kemitraan untuk infrastruktur transisi
energi dan ketahanan iklim. Melalui inisiatif ini, Indonesia dapat menjadi
sumber energi bersih terkemuka di kawasan Asia-Pasifik ”,
Ujar SiDin H. Ma’ruf Amin
dengan Soppenger (Jumawanya).
Indonesia, sambung
Wapres, juga telah mengusulkan strategi jangka panjang yang mengeksplorasi
peluang menuju Net Zero Emission (NZE) pada 2060 atau lebih cepat, “ Kami
juga melakukan berbagai upaya lintas sektor untuk menuju target ini, termasuk
percepatan transisi energi terbarukan dan inisiatif untuk mengurangi emisi
industri di seluruh sektor dan rantai pasokan
”, Ujar Wapres Laji.
Oleh sebab itu, tutur Wapres, untuk mengatasi masalah iklim ini,
Indonesia terus berupaya mengurangi laju deforestasi dan degradasi lahan
melalui reboisasi, penanaman kembali dan pengelolaan ketinggian air lahan
gambut, termasuk restorasi 756.000 hektar kawasan bakau.
“ Namun kami menyadari tantangannya sangat
besar, terutama dalam menjaga keseimbangan pengurangan emisi dengan pertumbuhan
ekonomi, pemerataan dan membangun ketahanan iklim ”,
Ujarnya menyambung. Untuk itu,
Wapres menekankan bahwa upaya adaptasi iklim masih harus ditingkatkan, antara
lain terhadap tantangan ketahanan pangan, ketahanan ekosistem, ketahanan air,
kemandirian energi, kesehatan, permukiman perkotaan dan perdesaan, serta
wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil, “ Komitmen Indonesia dan negara berkembang
lainnya harus didukung oleh komitmen pembiayaan dan transfer teknologi dari
negara maju ”, tambahnya.
Berkenaan dengan
pendanaan aksi iklim, tutur Wapres, Indonesia mendesak negara-negara maju untuk
setidaknya menggandakan penyediaan pendanaan iklim kolektif mereka untuk
adaptasi iklim di negara-negara berkembang,
“ Hal ini dapat diperkuat melalui
peta jalan yang konkret, termasuk pengaturan pendanaan pada kerugian dan
kerusakan (loss and damages) yang akan didirikan berdasarkan Kerangka Kerja
Konvensi PBB tentang Perubahan Iklim (UNFCCC)
”, Cakap SiDin H. Ma’ruf Amin. Selanjutnya, sebagai pakar dan praktisi
keuangan Islam, tutur Wapres, dirinya juga mendorong dunia untuk mengeksplorasi
keuangan Islam sebagai sumber pembiayaan alternatif dan inovatif untuk green economy
recovery dan aksi iklim.
“ Kita juga perlu mendorong transisi yang adil
(just transition). Hal ini terutama berlaku di sektor energi di mana transisi
seringkali berpihak pada kepentingan strategis tetapi melupakan kelompok miskin
dan rentan ”, Pinta SiDin H. Ma’ruf Amin.
Hadir mendampingi Wapres saat memberikan pidato pada agenda High Level
Segment KTT COP27 di Mesir, Menteri
Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar dan Direktur Jenderal Kerja
Sama Multilateral Kementerian Luar Negeri Tri Tharyat.
Perubahan
Iklim, Polusi dan Deforestri acaman Bumi.
Kerja
Kolektif dan Simultan Krisis di Bumi teratasi.
Canning memang Tong neneku .......... Sumangaki Neneku
BalasHapus