NusaNTaRa.Com
byRaisALembuduT, R a b u, 1 6 F e b r u a r i 2 0 2 2
Patung Manusia Sangiran di Museum |
Desa Sangiran merupakan satu desa wisata dengan daya tarik berupa sejarah lahirnya pradaban
manusia, yang terletak di Krikilan,
Sragen, Jawa Tengah. Sangiran menjadi salah satu desa wisata di Indonesia yang masuk 50 besar Anugerah Desa Wisata
Indonesia (ADWI) 2021, keunggulan dari
desa ini ialah memiliki situs cagar budaya yang telah masuk World Culture
Heritage oleh UNESCO pada tahun 1996.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga
Uno mengatakan bahwa Desa Sangiran ini merupakan destinasi wisata dan sejarah
berkelas dunia, dengan ditemukannya situs yang sudah diakui dunia oleh UNESCO
sebagai situs yang umurnya mencapai 1,8 juta tahun. “ Ini
adalah situs tertua dan ini menunjukkan bahwa peradaban kita peradaban tinggi,
dan sudah sepatutnya bahwa kita optimistis bangsa ini menjadi bangsa yang
besar ", Ujar SiDin Sandiago Uno dengan Plabomoranya
(hebatnya).
Sandiaga menyebutkan bahwa Sangiran termasuk desa
wisata rintisan yang usianya baru setahun dan memiliki potensi untuk menjadi
desa berkembang, maju, hingga mandiri. Harapannya,
desa ini bisa memiliki ketersediaan dan akses terhadap pelayanan dasar yang
mencukupi, infrastruktur yang memadai, transportasi tidak sulit, pelayanan umum
yang bagus sehingga memudahkan para penikmata wisata dan sejarah yang ono di
sana.
" Saya
lihat potensinya luar biasa Desa Wisata Sangiran ini, karena ada wisata
edukasi, wisata berbasis sejarah, wisata berbasis budaya, dan yang tadi saya
kaget saya distop oleh teman-temen yang sedang menggagas Sangiran yaitu lomba
lari 25 km di malam hari menuju Solo, ini menurut saya potensinya sangat luar
biasa. Tapi yang paling betul-betul menyentuh saya adalah produk-produk ekonomi
kreatifnya ", Ujar SiDin Sandiago Uno Laji.
Dari laporan UNESCO, Sangiran telah diakui para
ilmuwan untuk menjadi salah satu situs yang paling penting di dunia untuk
mempelajari fosil manusia. Posisinya pun disejajarkan dengan situs lain seperti
Zhoukoudian (China), Willandra Lakes (Australia), Olduvai Gorge (Tanzania), dan
Sterkfontein (Afrika Selatan). Posisi
Desa Sangiran terletak tak jauh dari Surakarta dan secara administratif berada
di dua kabupaten, yaitu Sragen dan Karanganyar.
Situs Sangiran pertama kali ditemukan oleh P.E.C
schemulling pada tahun 1883. Saat melakukan eksplorasi pada akhir abad ke-19
pun Eugene Dubois pernah melakukan penelitian di sini. Tahun 1993, ahli antropologi Gustav Heinrich Ralph
von Koenigswald pun memulai penelitian di desa tersebut setelah mencermati
berbagai laporan tentang balung buta atau tulang raksasa. Pada masa itu, perdagangan fossil mulai ramai
setelah adanya penemuan tengkorak dan tulang paha Pithecanthropus erectus oleh
Eugene Dubois.
Kerangka binatang purba di situs Sangiran |
Tahun-tahun berikutnya, hasil penggalian menemukan
berbagai fosil Homo erectus lain, bahkan
termasuk variasi besar seperti
Meganthropus palaeojavanicus. Selain
manusia purba, ditemukan pula fosil tulang hewan seperti buaya, kuda nil, rusa,
harimau purba dan gajah purba. Pada tahun 1977, Pemerintah
Indonesiamenjadikan Sangiran sebagai daerah cagar budaya sampai akhirnya tahun
1966 terdaftar di UNESCO sebagai Sangiran Early Man Site dalam Situs Warisan
Dunia.
Di Desa Sangiran kini terdapat Museum Purbakala yang berisi tiga ruangan yang menampilkan diorama
daerah Sangiran yang diyakini seperti sekitar sejuta tahun lalu. Ruang pertama berisi diorama tentang manusia
purba dan hewan yang ada di sekitaran Sangiran,
ruang kedua yang lebih luas
menampilkan banyak informasi soal fosil-fosil yang ditemukan di Sangiran,
termasuk sejarah situs dan ruangan ketiga, terdapat diorama besar yang
memberikan pandangan tentang Sangiran secara menyeluruh, termasuk kondisi dan
suasana gunung berapi Gunung Lawu sejuta tahun lalu.
Tak hanya menampilkan sisi sejarah dari situs
purbakala, di Sangiran juga kegiatan berwisata akan terasa menyenangkan dengan
berbagai tempat dan kegiatan yang bisa dilakukan. Di sana terdapat wisata air
asin Pablengan yang sudah berusia lebih dari dua juta tahun. Sumber mata air tersebut terbentuk dari
pergeseran bumi dan letusan gunung berapi yang membuat Sangiran menjadi
daratan, padahal sebelumnya adalah lautan.
Dari sisi kesenian, pengunjung pun bisa menikmati beragam seni tradisional yang ada di Sangiran, misalnya Gamelan Renteng, gamelan berusia satu abad yang masih berfungsi dengan baik hingga saat ini. Selain itu, ada tari gerbang sukowati yang memiliki pesan kepada warga untuk turut membangun Kabupaten Sragen. Kemudian, ada tari bubak kawan yaitu tradisi saat orang tua melepaskan anaknya, yang digambarkan dengan memanggul perabotan rumah tangga.
Mba Tutut putri Solo dari Jawa,
Desa Sangiran awal jejak peradaban suku Jawa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar