NusaNTaRa.Com
ByDjoneDPringgoNDandI, S
e n i n 1 0
M e i 2 0 2 1
Meski sudah beberapa orang Indonesia pernah
menjadi anggota Parlemen Belanda seperti Roestam Effendi dan L.N. Palar, tapi
Raden Adipati Ario Soejono anak
dari Irawan Soejono yang tewas ketika tertembak oleh tentara Nazi – Jerman perang dunia ke – 2 merupakan satu-satunya orang Hindia Belanda (Indonesia)
yeng pernah duduk dalam kabinet Belanda hingga kini. Raden Adipati Ario Soejono lahir 31 maret 1886 di Tulungagung, Jawa Timur, Hindia
Belanda dan meninggal 05 Januari 1943 di
London.
Ketika Jerman menduduki Belanda pada 1940, pemerintahan Kerajaan Belanda lari ke Inggris. Di sana, membentuk pemerintahan dalam pengasingan yaitu “ Kabinet Gerbrandy “. Sementara itu, menjelang kapitulasi Hindia Belanda kepada Jepang, Van Mook bersama Soejono dan Loekman Djajadiningrat, pergi ke Australia. Van Mook diangkat menjadi menteri daerah jajahan dalam kabinet yang dibentuk di London itu. Ario Soejono membantu Van Mook sebagai penasihat tertinggi dan kemudian Ario Soejono diangkat menjadi menteri tanpa portofolio pada 6 Juni 1942.
Menurut
sejarawan Harry A. Poeze dalam Di Negeri Penjajah, maksud di balik pengangkatan
Soejono sebagai menteri untuk menekankan adanya ikatan nasib antara Negeri
Belanda dan Indonesia, serta untuk memperlihatkan terutama kepada sekutunya,
Amerika Serikat, bahwa Negeri Belanda bukan negara kolonial yang reaksioner. “
Dalam Kabinet Perang inilah diangkat seorang Indonesia menjadi Menteri
Negara. Dia adalah RAA Soejono, pernah menjabat sebagai anggota Komisi Karet
Internasional berkedudukan di Den Haag
”, Ujar Bunyi tulisan majalah Warnasari, No. 101, 1987.
Dalam
sidang kabinet perdana yang dihadiri Soejono, Perdana Menteri Belanda ketika
itu ‘ Gerbrandy ‘ mengatakan, “ Saat
bersejarah, karena sekarang untuk pertama kalinya seorang putra bangsa
Indonesia menjadi anggota Pemerintah Belanda
”, Ucapan dalam kata sambutan itu
ternyata mendapat banyak sambutan tepuk tangan dari para hadirin. “ Inti
pidato ini adalah mengusahakan sedapat mungkin agar Hindia Belanda tetap
bersatu dalam wadah imperium Kerajaan Belanda
”, Ujar SiDin Rushdy Hoesein
sejarawan dalam Terobosan Sukarno
dalam Perundingan Linggarjati.
Soejono
kemudian terlibat dalam pembicaraan mengenai ketatanegaraan Indonesia setelah
perang. Hasil dari pembicaraan ini menjadi bahan pidato Ratu Wilhelmina pada 7
Desember 1942. Soejono pun mengajukan
nota pada Oktober 1942, di mana dia menyatakan bahwa di kalangan masyarakat
Indonesia terdapat keinginan yang laten untuk memutuskan samasekali hubungan
dengan Negeri Belanda. Karena itu,
menurut Soejono, pernyataan dari Belanda harus menjamin lahirnya kebersamaan
sukarela.
Soejono
sampai tiga kali dalam sidang kabinet Oktober 1942, dengan sungguh-sungguh
mengimbau rekan-rekannya, khususnya menteri-menteri dari SDAP (Partai Buruh
Sosial Demokrat), tetapi sia-sia. Mereka, demikian juga Van Mook, menolak
disinggungnya hal itu dalam pidato Ratu Wilhelmina. “ Walau
demikian Soejono beranggapan bahwa dia tak perlu mengundurkan diri “ dan “ Bagi
Soejono, ini berarti pengakuan secara prinsip terhadap hak Indonesia untuk
menentukan nasib sendiri ”, Ujar
SiDin Poeze dalam tulisanna.
Tentu
saja, ide Soejono anak dari Bupati
Tulungagung yang menginginkan
sesuatu yang mustahil dikabulkan oleh pihak Belanda, yaitu “ Indonesia
menentukan nasib sendiri atau merdeka “. Sebab, Belanda punya semboyan singkat : Indie verloren, rampspoed geboren artinya
Hindia (Indonesia) hilang, malapetaka menjelang. Pada tahun 1908, Ario Soejono setelah lulus ujian calon pegawai kolonial, bertugas sebagai Asisten Wedana di Magelang dan
mantri polisi, tahun 1911 diangkat menjadi Wedana Kedoyo dan pada
1914 diangkat menjadi Wedana Pare, Kediri. Di tahun 1915 barulah dia menjadi Bupati
Pasuruan hingga 1927, menjadi anggota
Volksraad sejak 1920 hingga 1930.
“ Ketakutan
kehilangan Hindia tertanam dalam pemikiran bawah sadar kolektif masyarakat
Belanda ”, Ujar SiDin
Frances Gouda dalam Dutch Cultures Overseas. “ Karena
itu, Hindia luar biasa pentingnya : jika
Indonesia memperoleh kemerdekaan, sejumlah orang menyesalkan, Belanda akan
mengalami kemerosotan ”. Soejono tak dapat berbuat banyak lagi dalam
kabinet Belanda. Ajal menjemputnya pada 5 Januari 1943, pada usia 56 tahun.
Warga
Hindia Belanda orang Indonesia,
Ario
Soejono Orang Indonesia pernah jadi anggota Kabinet Belanda.
NusaNTaRa.Com Advertisesment
Melayani Pemasangan Iklan
Sila Dail Talian 0812 5856 599
Tidak ada komentar:
Posting Komentar