Kamis, 19 Agustus 2021

RADEN ARIO SOEJONO WONG INDONESIA YANG PERNAH JADI ANGGOTA KABINET BELANDA.

 NusaNTaRa.Com

ByDjoneDPringgoNDandI,       S  e  n  i  n     1 0        M    e    i        2  0  2  1

 

Meski  sudah beberapa orang Indonesia pernah menjadi  anggota Parlemen Belanda  seperti  Roestam Effendi dan L.N. Palar,  tapi  Raden Adipati Ario Soejono  anak dari Irawan Soejono yang tewas ketika tertembak oleh tentara  Nazi – Jerman  perang dunia ke – 2  merupakan satu-satunya orang Hindia Belanda (Indonesia)  yeng pernah duduk dalam kabinet  Belanda hingga kini.  Raden Adipati Ario Soejono  lahir  31 maret 1886 di Tulungagung, Jawa Timur, Hindia Belanda dan  meninggal 05 Januari 1943 di London.

Ketika Jerman menduduki Belanda pada 1940, pemerintahan Kerajaan Belanda lari ke Inggris.   Di sana, membentuk pemerintahan dalam pengasingan  yaitu “ Kabinet Gerbrandy “.   Sementara itu, menjelang kapitulasi Hindia Belanda kepada Jepang,  Van Mook bersama Soejono dan Loekman Djajadiningrat, pergi ke Australia.  Van Mook diangkat menjadi menteri daerah jajahan dalam kabinet yang dibentuk di London itu.   Ario Soejono membantu Van Mook sebagai penasihat tertinggi dan  kemudian  Ario Soejono  diangkat menjadi menteri tanpa portofolio pada 6 Juni 1942.  

Menurut sejarawan Harry A. Poeze dalam Di Negeri Penjajah, maksud di balik pengangkatan Soejono sebagai menteri untuk menekankan adanya ikatan nasib antara Negeri Belanda dan Indonesia, serta untuk memperlihatkan terutama kepada sekutunya, Amerika Serikat, bahwa Negeri Belanda bukan negara kolonial yang reaksioner.      Dalam Kabinet Perang inilah diangkat seorang Indonesia menjadi Menteri Negara. Dia adalah RAA Soejono, pernah menjabat sebagai anggota Komisi Karet Internasional berkedudukan di Den Haag  ”,  Ujar Bunyi  tulisan majalah Warnasari, No. 101, 1987.

Dalam sidang kabinet perdana yang dihadiri Soejono, Perdana Menteri Belanda ketika itu   Gerbrandy  ‘ mengatakan,     Saat bersejarah, karena sekarang untuk pertama kalinya seorang putra bangsa Indonesia menjadi anggota Pemerintah Belanda  ”,  Ucapan dalam kata sambutan itu ternyata mendapat banyak  sambutan  tepuk tangan dari para hadirin.     Inti pidato ini adalah mengusahakan sedapat mungkin agar Hindia Belanda tetap bersatu dalam wadah imperium Kerajaan Belanda  ”,  Ujar SiDin Rushdy  Hoesein  sejarawan  dalam Terobosan Sukarno dalam Perundingan Linggarjati.

Soejono kemudian terlibat dalam pembicaraan mengenai ketatanegaraan Indonesia setelah perang. Hasil dari pembicaraan ini menjadi bahan pidato Ratu Wilhelmina pada 7 Desember 1942.   Soejono pun mengajukan nota pada Oktober 1942, di mana dia menyatakan bahwa di kalangan masyarakat Indonesia terdapat keinginan yang laten untuk memutuskan samasekali hubungan dengan Negeri Belanda.   Karena itu, menurut Soejono, pernyataan dari Belanda harus menjamin lahirnya kebersamaan sukarela.

Soejono sampai tiga kali dalam sidang kabinet Oktober 1942, dengan sungguh-sungguh mengimbau rekan-rekannya, khususnya menteri-menteri dari SDAP (Partai Buruh Sosial Demokrat), tetapi sia-sia.  Mereka, demikian juga Van Mook, menolak disinggungnya hal itu dalam pidato Ratu Wilhelmina.     Walau demikian Soejono beranggapan bahwa dia tak perlu mengundurkan diri     dan       Bagi Soejono, ini berarti pengakuan secara prinsip terhadap hak Indonesia untuk menentukan nasib sendiri   ”,  Ujar SiDin Poeze dalam tulisanna.

Tentu saja,  ide Soejono anak dari Bupati Tulungagung   yang  menginginkan sesuatu yang mustahil dikabulkan oleh pihak Belanda, yaitu “ Indonesia menentukan nasib sendiri atau merdeka “.  Sebab, Belanda punya semboyan singkat :  Indie verloren, rampspoed geboren artinya Hindia (Indonesia) hilang, malapetaka menjelang.  Pada tahun 1908, Ario Soejono  setelah lulus ujian calon pegawai kolonial,  bertugas sebagai Asisten Wedana di Magelang dan mantri polisi,  tahun  1911 diangkat menjadi Wedana Kedoyo dan pada 1914 diangkat menjadi Wedana Pare, Kediri.   Di tahun 1915 barulah dia menjadi Bupati Pasuruan hingga 1927,   menjadi anggota Volksraad sejak 1920 hingga 1930.

   Ketakutan kehilangan Hindia tertanam dalam pemikiran bawah sadar kolektif masyarakat Belanda  ”,  Ujar SiDin   Frances Gouda dalam Dutch Cultures Overseas.     Karena itu, Hindia luar biasa pentingnya :  jika Indonesia memperoleh kemerdekaan, sejumlah orang menyesalkan, Belanda akan mengalami kemerosotan  ”.   Soejono tak dapat berbuat banyak lagi dalam kabinet Belanda. Ajal menjemputnya pada 5 Januari 1943, pada usia 56 tahun.

Warga Hindia Belanda orang Indonesia,

Ario Soejono Orang Indonesia pernah jadi anggota Kabinet Belanda.




NusaNTaRa.Com         Advertisesment

Melayani Pemasangan Iklan

Sila Dail Talian  0812 5856 599

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LIMA PEMBUANGAN SAMPAH TERBESAR DI DUNIA, ADA BANTAR GEBANG !!

NusaNTaRa.Com       byBatiSKambinG,        R   a   b   u,    2   0      N   o   p   e   m   b   e   r      2   0   2  4     Tempat Pengelola...