NusaNTaRa.Com
ByBambanGNunukaN, R a b u, 1 2 M e i 2
0 2 1
Indonesia
terkenal sebagai negara dengan ragam hasil produksi yang berkualitas dan beberapa barang ini pun telah diekspor dan
dipasarkan ke luar negeri. Salah satu
daerah yang cukup banyak mengekspor produk adalah Desa Tutul, Kecamatan Balung,
Kabupaten Jember, daerah ini banyak
dihuni para pengerajin aksesoris dari 9.989 warga di Desa Tutul 1.000 orang lebih berprofesi sebagai perajin. Umumnya
pengrajin memproduksi beragam aksesoris, terutama kayu
yang diolah menjadi tasbih, gelang, kalung, cangklong rokok dan kolainan.
Mantan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Muhaimin Iskandar pada tahun 2013 , berkunjung ke Desa Tutul, Jember dan saat itu Cak Imin panggilan akrabnya menetapkan desa ini sebagai yang paling produktif di Indonesia. Pemerintah menetapkan desa tersebut bukan tanpa alasan, hal ini karena minimnya angka pengangguran di desa tersebut serta mampu menyedot tenaga kerja dengan 1.057 home industry bahkan penghasilan warganya cukup tinggi yaitu Rp5,6 juta per bulan.
" Desa Tutul merupakan sebagai desa paling
produktif tingkat nasional. Penetapan desa produktif adalah awalan agar semua
program pembangunan akan diarahkan ke desa
", Ujar SiDin Cak Imin, Sabtu (19/01/2013). Desa Tutul sendiri merupakan desa yang sudah
lama dikenal dengan produktifitasnya dalam membuat kerajinan manik-manik. Pasar kerajinan tangan ini bahkan sudah bisa
memiliki jaringan mulai dari Arab Saudi hingga negeri Eropa dan Amerika.
Warga
Desa Tutul sudah mendarah daging dengan kegiatan pengrajin dan beberapa
studi menyebut pembuatan kerajinan di
desa ini sudah berlangsung sejak 1970-an,
ketikaa itu warga desa banyak menemukan tumpukan-tumpukan kayu yang
hanya dimanfaatkan sebagai kayu bakar. Dalam perjalanannya tumpukan kayu itu begitu banyak oleh beberapa orang, kemudian diolah dan dimanfaatkan untuk menjadi
produk kreatif. Awalnya mereka membuat
gelang dan tasbih setelah dipasarkan sambutan pasar bagus, kemudian warga lain ikut memanfaatkan
sisa-sisa kayu itu untuk dibuat aksesoris.
Tak
hanya aksesoris, dalam perkembangannya, mereka juga membuat kerajinan berbahan
kayu seperti sendok, garpu, piring, nampan, mangkuk, cangkir dan suthil (spatula). Biasanya pengrajin kebanjiran pesanan pada
saat musim haji, karena digunakan sebagai oleh-oleh untuk sanak saudara dengan
harga tasbih kayu tergolong murah mulai Rp 50.000 per kodi sampai Rp60 ribu
untuk bahan kayu kukun, untuk tasbih termahal terbuat
dari kayu Gaharu Rp 300.000
sebuah ukuran besar dan perkilogram
mencapai Rp 1 juta per kg.
Menurut Tarmidi Sukidi, Proses mulai kayu digergaji sampai dihaluskan berbentuk bulatan tasbih dan diberi pewarna kemudian menjadi untaian tasbih membutuhkan waktu sekitar satu minggu. Masing-masing warga punya kesibukannya sendiri, ada yang mengoperasikan mesin, ada pula yang sedang memotong kayu. Sehingga ketika memasuki desa tersebut suara bising dan gemuruh mesin itu terdengar hingga ke jalan utama desa, didepan saaat memasuki Desa Tutul terdapat plang besar bertuliskan, “ Selamat Datang di Sentra Industri Kecil (Handicraft) ".
Keberhasilan
hasil produksi Desa Tutul yang menembus pangsa luar negeri memberikan berkah
tersendiri diantaranya adalah warga memiliki penghasilan yang
menggiurkan, Seperti
pengerajin bernama Ida Giawati
berhasil meraih omset hingga Rp150 juta.
Ia memulai usaha kerajinan sejak
2001 dengan memproduksi aneka aksesoris berbahan kayu berbentuk
tasbih, kalung, cincin, slongsong kris, pipa rokok, hingga peralatan dapur dan saat itu hanya memiliki tiga pekerja tapi
sekarang ia memiliki 20 pekerja
dan target pemasaraan mencapai ke
Pakistan, Malaysia, Singapura, Tiongkok, dan Korea.
Dengan
banyaknya yang menjadi pengrajin, maka pengangguran yang selama ini menjadi
momok pun bisa diminimalisir. Bahkan, tingkat migrasi warga di desa itu pun
minim karena banyak pekerjaan yang tersedia di desa tersebut. Seperti halnya Nur Bahagio, warga Desa Tutul
yang sempat diwawancarai menceritakan bahwa dia sudah mulai menggeluti di
bidang kerajinan tangan ini, sejak duduk di bangku SMP pada 2015 hingga saat
ini.
Sohibur
Rohman pria kelahiran 1986 pemilik usaha
JBC Craft, telah melakoni
usaha ini selama
3 tahun belakangan ini menyebut usahanya mulai bangkit setelah ditempa pandemi. “ Sempat
terkendala pada bulan April 2020 karena pandemi Covid-19, saat lockdown awal, pengiriman kerajinan melalui jasa pengiriman barang ditutup
di Kota Jember Jawa Timur dan sekarang sudah mulai normal kembali ”.
Cak Imin (Muhaimin Iskandar) Menteri Tenaga Korja & Transmigrasi 2013 |
Barang
rongsokan digunakan saja,
Tutul
desa pengrajin yang tenar di mancaNegara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar