Selasa, 17 Agustus 2021

DESA TUTUL DESA PRODUKTIP, PENGHASIL KERAJINAN YANG TENAR DI MANCANEGARA.

NusaNTaRa.Com

ByBambanGNunukaN,  R  a  b  u,   1   2      M    e    i      2  0  2   1 

Indonesia terkenal sebagai negara dengan ragam hasil produksi yang berkualitas dan   beberapa barang ini pun telah diekspor dan dipasarkan ke luar negeri.   Salah satu daerah yang cukup banyak mengekspor produk adalah Desa Tutul, Kecamatan Balung, Kabupaten Jember,  daerah ini banyak dihuni para  pengerajin aksesoris  dari 9.989 warga di Desa Tutul  1.000 orang lebih berprofesi sebagai perajin.  Umumnya  pengrajin  memproduksi beragam aksesoris, terutama kayu yang diolah menjadi tasbih,  gelang,  kalung,  cangklong rokok   dan  kolainan.

Mantan  Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Muhaimin Iskandar pada tahun 2013 , berkunjung ke Desa Tutul, Jember  dan  saat itu Cak Imin panggilan akrabnya menetapkan desa ini sebagai yang paling produktif di Indonesia.   Pemerintah menetapkan desa tersebut bukan tanpa alasan,  hal ini karena minimnya angka pengangguran di desa tersebut  serta   mampu  menyedot  tenaga  kerja dengan 1.057 home industry   bahkan penghasilan warganya cukup tinggi  yaitu Rp5,6 juta per bulan.

"  Desa Tutul merupakan sebagai desa paling produktif tingkat nasional. Penetapan desa produktif adalah awalan agar semua program pembangunan akan diarahkan ke desa  ",   Ujar SiDin  Cak Imin,  Sabtu (19/01/2013).   Desa Tutul sendiri merupakan desa yang sudah lama dikenal dengan produktifitasnya dalam membuat kerajinan manik-manik.   Pasar kerajinan tangan ini bahkan sudah bisa memiliki jaringan mulai dari Arab Saudi hingga negeri Eropa dan Amerika.

Warga Desa Tutul  sudah mendarah daging  dengan kegiatan pengrajin  dan  beberapa studi menyebut  pembuatan kerajinan di desa ini sudah berlangsung sejak 1970-an,  ketikaa itu warga desa banyak menemukan tumpukan-tumpukan kayu yang hanya dimanfaatkan sebagai kayu bakar.   Dalam perjalanannya   tumpukan kayu itu begitu banyak  oleh beberapa orang,  kemudian diolah dan dimanfaatkan untuk menjadi produk kreatif.   Awalnya mereka membuat gelang dan tasbih  setelah  dipasarkan  sambutan pasar bagus,   kemudian warga lain ikut memanfaatkan sisa-sisa kayu itu untuk dibuat aksesoris.

Tak hanya aksesoris, dalam perkembangannya, mereka juga membuat kerajinan berbahan kayu seperti sendok, garpu, piring, nampan, mangkuk, cangkir  dan suthil (spatula).   Biasanya pengrajin kebanjiran pesanan pada saat musim haji, karena digunakan sebagai oleh-oleh untuk sanak saudara  dengan  harga tasbih kayu tergolong murah  mulai Rp 50.000 per kodi sampai Rp60 ribu untuk bahan kayu kukun, untuk tasbih termahal  terbuat  dari kayu Gaharu  Rp 300.000 sebuah  ukuran besar dan perkilogram mencapai Rp 1 juta per kg.

Menurut  Tarmidi Sukidi,  Proses mulai kayu digergaji sampai dihaluskan berbentuk bulatan tasbih dan diberi pewarna kemudian menjadi untaian tasbih membutuhkan waktu sekitar satu minggu.    Masing-masing warga punya kesibukannya sendiri, ada yang mengoperasikan mesin, ada pula yang sedang memotong kayu.    Sehingga ketika memasuki  desa  tersebut suara bising dan gemuruh mesin itu terdengar hingga ke jalan utama  desa, didepan saaat memasuki  Desa Tutul  terdapat plang besar bertuliskan,  “ Selamat Datang di Sentra Industri Kecil (Handicraft)  ".   

Keberhasilan hasil produksi Desa Tutul yang menembus pangsa luar negeri memberikan berkah tersendiri   diantaranya  adalah warga memiliki penghasilan yang menggiurkan,   Seperti  pengerajin  bernama Ida Giawati berhasil meraih omset hingga Rp150 juta.   Ia memulai  usaha kerajinan sejak 2001 dengan  memproduksi  aneka aksesoris berbahan kayu berbentuk tasbih, kalung, cincin, slongsong kris, pipa rokok, hingga peralatan dapur  dan saat itu hanya  memiliki tiga pekerja  tapi  sekarang  ia memiliki 20 pekerja dan target pemasaraan mencapai  ke Pakistan, Malaysia, Singapura, Tiongkok, dan Korea.

Dengan banyaknya yang menjadi pengrajin, maka pengangguran yang selama ini menjadi momok pun bisa diminimalisir. Bahkan, tingkat migrasi warga di desa itu pun minim karena banyak pekerjaan yang tersedia di desa tersebut.   Seperti halnya Nur Bahagio, warga Desa Tutul yang sempat diwawancarai menceritakan bahwa dia sudah mulai menggeluti di bidang kerajinan tangan ini, sejak duduk di bangku SMP pada 2015 hingga saat ini.

Sohibur Rohman pria kelahiran 1986  pemilik usaha JBC Craft,    telah  melakoni  usaha ini   selama 3 tahun belakangan ini menyebut usahanya mulai bangkit setelah ditempa pandemi.      Sempat terkendala pada bulan  April 2020  karena pandemi Covid-19,  saat lockdown awal,  pengiriman kerajinan  melalui  jasa  pengiriman  barang  ditutup  di  Kota  Jember Jawa Timur   dan  sekarang  sudah mulai normal kembali   ”.

Cak Imin (Muhaimin Iskandar) Menteri Tenaga Korja & Transmigrasi 2013

Barang rongsokan digunakan saja,

Tutul desa pengrajin yang tenar di mancaNegara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LIMA PEMBUANGAN SAMPAH TERBESAR DI DUNIA, ADA BANTAR GEBANG !!

NusaNTaRa.Com       byBatiSKambinG,        R   a   b   u,    2   0      N   o   p   e   m   b   e   r      2   0   2  4     Tempat Pengelola...