NusanTaRa.Com
byKariTaLa LA, 05/01/2019
byKariTaLa LA, 05/01/2019
Perjalanan sejarah di Bumi Nusantara
melahirkan banyak peradaban baru sebagai akibat dari asimilasi budaya, sejarah
perjalanan bangsa, penyebaran agama dan perbauran kaum, seperti kehidupan
keagamaan, Tatanan sosial, Gaya hidup, Adat dan bahkan Generasi turunan
baru. Keadaan ini dengan sendiri tidak
terlepas dengan perjalanan sejarah di Tanah Buton Sulawesi Tenggara yang kaya
akan sumberdaya alam dan Budaya,
sehingga di daerah ditemukan satu kaum dengan ciri fisik Kulit Putih,
Rambut rada Pirang dan Bermata Biru yang biasa disebut “ Warga Bermata Biru “ yang banyak bermukim di Pulau Siompu Buton Sulawesi
tenggara.
Generasi bermata Biru
bermunculan di wilayah Siompu
bermula dari persahabatan Raja Siompu II, La Laja atau La
Sampula dengan para pelaut Portugis yang bermarkas disana. Saking eratnya persahabatan tersebut, Raja Siompu II menikahkan putrinya Wa Ode
Kambaraguna dengan seorang Portugis yang
konon bernama Pitter. Pernikahan putri
Siompu dan pria Portugis itu melahirkan beberapa anak, termasuk La Ode
Raindabula, yang berpostur tinggi, berkulit putih, dan bermata biru.
Kejayaan Rempah di abad ke 16
menjadikan perburuan rempah di kalangan
pelaut Portugis masuk Nusantara,
meski tujuan utama ke Kepulauan Maluku yang merupakan rumah bagi tanaman rempah
primadona : cengkeh dan pala. Awalnya para pelaut Portugis melintasi jalur Utara melewati Pulau Mindanao wilayah Filipina namun banyaknya aksi perompak, Portugis mengalihkan rute
pelayaran ke Selatan. " Lewat jalur Selatan, mereka menemukan Pulau
Buton ", Ujar SiDin La Ode Yusri, Kendari, Sulawesi Tenggara, Kamis
(9/11/2017).
Jalur Selatan tersebut membuat pelaut
Portugis menemukan Pulau Buton dan
menjadikannya sebagai daerah
persinggahan bagi pelayaran
Portugis yang menuju ke Maluku. Selama
berlabuh, mereka mengisi perbekalan serta menjalin hubungan dagang dengan
Kesultanan Buton sekitar tahun 1500an (Tiga Sultan Buton : Murhum atau Sultan Kaimuddin Khalifatul
Khamis (1491-1537), La Tumparasi atau Sultan Kaimuddin (1545-1552), dan La
Sangaji (1566-1570). Seiring waktu
terjalin keakrapan lewat perkawinan,
beberapa perempuan keturunan bangsawan Buton dipersunting pria Portugis.
Mata biru merupakan ciri anak-anak hasil perkawinan silang Buton-Portugis itu.
La Ode Raindabula merupakan generasi
pertama mata biru di Siompu. Selanjutnya, La Ode Raindabula mempersunting perempuan
bangsawan dan memiliki lima anak, antara lain La Ode Pasere yang merupakan
kakek buyut La Dala dari pihak ibu. Menurut
La Dala, La Ode Raindabula sudah meramalkan perihal keturunannya yang bakal
mewarisi ciri fisik ala Eropa, " Beliau meramal, pada keturunan kelima dan
keenam akan muncul lagi ciri khas orang Eropa
", Ujar SiDin La Dala, yang kini berstatus Kepala Sekolah Dasar 2
Kaimbulawa, Siompu itu.
Menurut La Dala turunan ke lima dan
anaknya Ariska turunan ke enam bahwa
selain di Siompu familinya juga
menyebar di wilayah lain. " Saudara saya banyak yang menetap di
Ambon ", Ujar SiDin La Dala. Sebagai keturunan bermata Biru, mereka juga
biasa mengalami perlakuan perbedaan dari
sesame, " Waktu belajar di SPG (Sekolah Pendidikan
Guru), saya sering dihina. Katanya, 'Belanda hitam'. Katanya, pengkhianat ", Ujar SiDin La Dala. Perkara serupa pernah pula dialami Ariska.
Saat belajar di SMP Negeri 4 Baubau, Ariska sering dipanggil "mata
setan" dan salah seorang gurunya
sempat meragukan keaslian bola mata Ariska.
Lokasi utama pemukiman warga
keturunan bermata biru di Pulau Siompu bisa dijangkau lewat perjalanan laut
dari Kendari, ibu kota Sulawesi Tenggara, dengan tujuan ke Kota Baubau, Pulau
Buton. Perjalanan itu butuh waktu enam jam dengan menumpang feri. Dari Baubau, perjalanan berlanjut dengan
penyeberangan menuju Pulau Siompu--durasinya sekitar 30 menit bila menumpang
perahu cepat (speedboat).
Selain di Siompu Warga Bermata Biru
bisa juga ditemukan di Desa Boneatiro, Kecamatan Kapontori, Kabupaten Buton, wilayah tersebut bisa dijangkau dengan
perjalanan darat sejauh lebih kurang 50 kilometer dari Kota Baubau atau 1,5 jam
perjalanan. Di Desa Boneatiro bermukim
seorang bocah Fardhan Ramadhan (5) berciri
fisik Kulit putih, rambut pirang, mata biru dan tetangganya kerap menyapa bocah
itu sebagai Si Mata Biru. Ibu Fardhan,
Diana (34) menyebut garis keluarga almarhum suaminya, Faisal Ambo Dale (telah wafat) mewariskan mata
biru kepada Fardhan. Menurut Diana,
almarhum suaminya merupakan keturunan Portugis yang lahir di Morowali, Sulawesi
Tengah.
Dari hasil penelusuran sementara, di
Desa Waindawula P Siompu, tersisa tiga rumpun yang masih mewariskan pigmen
keturunan Portugis. Mereka hidup di desa tersebut sebagai petani. Kurang lebih
10 orang yang bermata biru, termasuk Dala dan anaknya. Sementara, keturunan
lainnya, matanya tidak biru tapi rambutnya pirang dan kulitnya tetap putih.
Jumlah penduduk di Desa Waindawula sekitar 20 KK. Jarak rumah di desa ini
saling berjauhan satu sama lain. Mereka lebih banyak menghabiskan waktu di
kebun.
Kejayaan Rempah di abad ke 16
menjadikan perburuan rempah di kalangan pelaut Portugis masuk Nusantara, meski
tujuan utama ke Kepulauan
Maluku yang merupakan rumah bagi tanaman
rempah primadona : cengkeh dan pala. Awalnya para pelaut Portugis melintasi jalur Utara melewati Pulau Mindanao wilayah Filipina namun banyaknya aksi perompak, Portugis mengalihkan rute
pelayaran ke Selatan. " Lewat jalur Selatan, mereka menemukan Pulau
Buton ", Ujar SiDin La Ode Yusri, Kendari, Sulawesi Tenggara, Kamis (9/11/2017).
Jalur Selatan tersebut membuat pelaut
Portugis menemukan Pulau Buton dan menjadikannya
sebagai daerah persinggahan bagi pelayaran Portugis yang menuju ke Maluku. Selama berlabuh, mereka mengisi perbekalan
serta menjalin hubungan dagang dengan Kesultanan Buton sekitar tahun 1500an (Tiga
Sultan Buton : Murhum atau Sultan
Kaimuddin Khalifatul Khamis (1491-1537), La Tumparasi atau Sultan Kaimuddin
(1545-1552), dan La Sangaji (1566-1570).
Seiring waktu terjalin
keakrapan lewat perkawinan, beberapa
perempuan keturunan bangsawan Buton dipersunting pria Portugis. Mata biru
merupakan ciri anak-anak hasil perkawinan silang Buton-Portugis itu.
Keberadaan warga bermata biru di Siompu Buton sebagai generasi persilangan warga Portugis
dengan warga di pulau tersebut, memiliki komunitas agak banyak dan daerah
penyebaran dibeberapa wilayah telah membentuk satu generasi tersendiri di sana. Meski beberapa daerah di Nusantara pernah
jadi persinggahan Bangsa Portugis tapi tak banyak yang meninggalkan generasi
demikian, satu lagi generasi demikian ditemukan di negeri Serambi Mekkah Aceh yaitu
kaum dengan bermata Biru, Kulit berwarna putih dan rambut pirang yang bermukim di Lamno Aceh, sebagai diketahui
bahwa daerah ini pernah di jajah oleh
bangsa Portugis.
Negeri Buton di jazirah tenggara,
Warga bermata biru satu warga di Bumi
Nusantara.
NusanTaRa.Com melayani pemasangan Iklan
sila hubungi Nomor talian 08125856599
atas nama JoeLorenT
NusanTaRa.Com melayani pemasangan Iklan
sila hubungi Nomor talian 08125856599
atas nama JoeLorenT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar