NusanTaRa.Com
byRaisALembuduT, 10/03/2019
byRaisALembuduT, 10/03/2019
Meski ini sebuah topik bahasan yang usang
tapi masih menarik untuk bahasan, Lantas bagaimana hubungan R. Suharjo selaku penciptane lagu " dari Sabang Sampai Merauke “ bisa terinspirasi oleh lagu kebangsaan Prancis
La Marseillaise, sedangkan Indonesia tidak pernah dijajah oleh Prancis ?, Dibawah ini sekelumit sejarah singkatne
tentang iku, semoga bisa mengklarifikasi akan kejelasan terciptanya lagu kebangsaan kita.
Revolusi Amerika di tahun 1783 dan Revolusi Prancis di tahun 1799 secara langsung membakar semangat rakyat Belanda untuk juga menyuarakan demokrasi sebagai bentuk negara dan pemerintahan. Sebagai hasil dari pemberontakan tersebut, terbentuklah Republik Batavia, lalu menjadi Kerajaan Holandia di bawah administrasi Dinasti Bonaparte, hingga akhirnya wilayah Belanda dicaplok oleh Kekaisaran Pertama Prancis di bawah kepemimpinan Napoleon Bonaparte pertama pada tahun 1810.
Masyarakat Nusantara kala itu sudah berinteraksi dengan orang-orang Eropa khususnya Belanda yang telah hadir di sama sejak tahun 1602 melalui perusahaan dagang VOC. Awalnya VOC memberikan profit yang sangat besar untuk Kerajaan Belanda, namun karena perang berkepanjangan berkecamuk di negeri asalnya VOC akhirnya bangkrut di 1799. Otomatis penguasaan Indonesia digantikan Pemerintah Belanda alias secara de facto Indonesia menjadi tanah jajahan Belanda.
Indonesia atau Hindia Belanda resmi menjadi tanah jajahan Belanda di tahun 1800 masih ingatkan di tahun yang sama Republik Batavia sedang berkuasa dan diisi oleh orang-orang yang pro-Prancis maka tidaklah aneh apabila semangat Revolusi Prancis juga dibawa ke tanah Hindia Belanda.
Lagu La Marseillaise tercipta di tahun 1792, dua tahun kemudian langsung diadopsi sebagai lagu kebangsaan Prancis dan hingga sekarang ini. Sehingga wajar apabila lagu La Marseillaise turut ikut populer se Hindia Belanda atau sa Nusantara. Bermakna bahwa lagu La Marseillaise atau lagu kebangsaan Prancis bisa ke telinga orang Indonesia melalui pemerintah Belanda yang saat itu sedang dalam kekuasaan pemerintah Prancis dan kemudian membawanya ke Nusantara.
La Marseillaise memiliki struktur melodi yang bagus, tentu lagu tersebut tidak mudah untuk dilupakan begitu saja bagi siapa saja yang mendengarkannya. Nyatanya, lagu ini masih juga dinyanyikan meskipun Negara Belanda sudah tidak lagi di bawah kekuasaan Prancis. Untuk menyanyikan La Marseillais harus secara sembunyi-sembunyi bila tidak ingin dicap sebagai penghianat. Di buku Guru, Pahlawan Tanda Tanda Jasa yang diterbitkan oleh Departemen P&K di tahun 1980-an, terdapat kumpulan cerita nyata yang dialami oleh para guru dengan latar mulai pra hingga pasca kemerdekaan. Salah satu cerita yang pernah saya baca (semoga saja tidak salah) berjudul “ Guruku di Boven Digoel “.
Cerita tersebut mengisahkan seorang guru dari Jawa di era pra-kemerdekaan, yang ketika waktu luang mengajarkan lagu La Marseillaise kepada para muridnya. Perbuatan tersebut dianggap sebagai penghianatan oleh pemerintah kolonial Hindia Belada, sehingga guru tersebut diasingkan ke Boven Digoel, Papua. Kisah tersebut menyimpulkan bahwa lagu ini populer bahkan hingga di ujung waktu kekuasaan Belanda di Indonesia.
Meskipun Indonesia tidak pernah berinteraksi langsung dengan Prancis, namun pengaruh Prancis masuk melalui orang-orang Belanda yang dahulu ada di Indonesia. Tidak hanya lagu La Marseillaise, banyak kosa kata dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Prancis, seperti trotoar, sopir, sepeda, toilet, dsb. Mempermasalahkan kemiripan lagu dari Sabang sampai Merauke dengan La Marseillaise, saya ingatkan bahwa Dari Sabang sampai Merauke bukanlah satu-satunya lagu yang terinspirasi dari indahnya melodi lagu kebangsaan Prancis. Coba juga dengarkan lagu All You Need Is Love dari The Beatles.
Revolusi Amerika di tahun 1783 dan Revolusi Prancis di tahun 1799 secara langsung membakar semangat rakyat Belanda untuk juga menyuarakan demokrasi sebagai bentuk negara dan pemerintahan. Sebagai hasil dari pemberontakan tersebut, terbentuklah Republik Batavia, lalu menjadi Kerajaan Holandia di bawah administrasi Dinasti Bonaparte, hingga akhirnya wilayah Belanda dicaplok oleh Kekaisaran Pertama Prancis di bawah kepemimpinan Napoleon Bonaparte pertama pada tahun 1810.
Masyarakat Nusantara kala itu sudah berinteraksi dengan orang-orang Eropa khususnya Belanda yang telah hadir di sama sejak tahun 1602 melalui perusahaan dagang VOC. Awalnya VOC memberikan profit yang sangat besar untuk Kerajaan Belanda, namun karena perang berkepanjangan berkecamuk di negeri asalnya VOC akhirnya bangkrut di 1799. Otomatis penguasaan Indonesia digantikan Pemerintah Belanda alias secara de facto Indonesia menjadi tanah jajahan Belanda.
Indonesia atau Hindia Belanda resmi menjadi tanah jajahan Belanda di tahun 1800 masih ingatkan di tahun yang sama Republik Batavia sedang berkuasa dan diisi oleh orang-orang yang pro-Prancis maka tidaklah aneh apabila semangat Revolusi Prancis juga dibawa ke tanah Hindia Belanda.
Lagu La Marseillaise tercipta di tahun 1792, dua tahun kemudian langsung diadopsi sebagai lagu kebangsaan Prancis dan hingga sekarang ini. Sehingga wajar apabila lagu La Marseillaise turut ikut populer se Hindia Belanda atau sa Nusantara. Bermakna bahwa lagu La Marseillaise atau lagu kebangsaan Prancis bisa ke telinga orang Indonesia melalui pemerintah Belanda yang saat itu sedang dalam kekuasaan pemerintah Prancis dan kemudian membawanya ke Nusantara.
La Marseillaise memiliki struktur melodi yang bagus, tentu lagu tersebut tidak mudah untuk dilupakan begitu saja bagi siapa saja yang mendengarkannya. Nyatanya, lagu ini masih juga dinyanyikan meskipun Negara Belanda sudah tidak lagi di bawah kekuasaan Prancis. Untuk menyanyikan La Marseillais harus secara sembunyi-sembunyi bila tidak ingin dicap sebagai penghianat. Di buku Guru, Pahlawan Tanda Tanda Jasa yang diterbitkan oleh Departemen P&K di tahun 1980-an, terdapat kumpulan cerita nyata yang dialami oleh para guru dengan latar mulai pra hingga pasca kemerdekaan. Salah satu cerita yang pernah saya baca (semoga saja tidak salah) berjudul “ Guruku di Boven Digoel “.
Cerita tersebut mengisahkan seorang guru dari Jawa di era pra-kemerdekaan, yang ketika waktu luang mengajarkan lagu La Marseillaise kepada para muridnya. Perbuatan tersebut dianggap sebagai penghianatan oleh pemerintah kolonial Hindia Belada, sehingga guru tersebut diasingkan ke Boven Digoel, Papua. Kisah tersebut menyimpulkan bahwa lagu ini populer bahkan hingga di ujung waktu kekuasaan Belanda di Indonesia.
Meskipun Indonesia tidak pernah berinteraksi langsung dengan Prancis, namun pengaruh Prancis masuk melalui orang-orang Belanda yang dahulu ada di Indonesia. Tidak hanya lagu La Marseillaise, banyak kosa kata dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Prancis, seperti trotoar, sopir, sepeda, toilet, dsb. Mempermasalahkan kemiripan lagu dari Sabang sampai Merauke dengan La Marseillaise, saya ingatkan bahwa Dari Sabang sampai Merauke bukanlah satu-satunya lagu yang terinspirasi dari indahnya melodi lagu kebangsaan Prancis. Coba juga dengarkan lagu All You Need Is Love dari The Beatles.
dr.Quora, RulliPratama, 16/06/2018
Lagu dapat mendendangkan,
Dari Sabang sampai Merauke satu lagu
kebangsaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar