NusanTaRa.Com
byRaisALembuduT, 09/08/2019
byRaisALembuduT, 09/08/2019
NEW CALEDONIA, merupakan gugusan kepulauan seluas 18.575
kilometer persegi di Samudera Pasifik tepatnya di utara New Zealand dan
tenggara Papua New Guinea yang beribukota di Noumea. Gugusan ini pertama kali ditemukan penjelajah
James Cook, 4 September 1774 ketika
melakukan pelayaran keduanya di kawasan
Pasifik kemudian memberikannya nama New Caledonia karena teringat tanah
kelahirannya, Skotlandia. Prancis
mengambil alih NC secara resmi pada 24 September 1853 di bawah Napoleon
III dan membangun Port de France (Noumea) yang
sekarang menjadi ibu kota NC pada 25 Juni 1854.
Kepuluan yang berada
di sebelah timur Benua Australia dengan jumlah penduduk 240.000 jiwa (2014) sebagian besar dihuni warga asli Kanak masih keturunan Austronesia yang datang pada 1.500 SM, diduga berasal dari Asia namun pola migrasi kedatangannya masih
dipertentangkan. Namun paska kedatangan
penjelajah dari eropah ke New Caledonia
bersamaan dengan penemuan berbagai sumberdaya alam, kepulauan ini menjadi ramai
dengan kedatangan berbagai suku seperti China, Vietnam, India, Eropah, Arab dan Indonesia
(Jawa) yang datang menjadi pekerja dan hingga kini mereka telah menjadi warga
di sana.
Pertumbuhan
pertambangan dan perkebunan di New Caledonia yang membutuhkan tenaga kerja,
maka tahun 1864-1897 maka kawasan ini sempat menjadi lokasi pembuangan bagi 22.000 narapidana, setelah Gubernur Prancis di NC, Paul Feillet
memberi penghapusan hukuman dan pengembalian ke kampung halaman mereka maka imigran dari Asia datang mengisi peluang kerja tersebut. Prancis kemudian meminta buruh untuk
pertambangan nikel dan perkebunan di NC, maka dikirimlah 170 pekerja dari Pulau
Jawa yang tiba di New Caledonia pada 16 Februari 1896. Warga Jawa baik yang sudah warga negara maupun yang masih WNI di New Caledonia berkisar 7.500 jiwa (2014).
Keturunan Jawa di New Caledonia |
Ketibaan tenaga
kerja Indonesia di New Caledonia ada tiga gelombang :
Pertama, tahun 1896 kedatangan 170 para pekerja dari pulau Jawa
bekerja di tambang nikel, saat
kontrak habis ada yang pulang dan tetap tinggal di NC.
Kedua periode 1933-1939 sebelum Perang Dunia II saat kekurangan tenaga kerja padahal tambang
nikel dan produksi kopi sedang meningkat,
lebih dari 7.800 datang dengan kontrak selama lima tahun. Ketiga
Yang terakhir yaitu
tahun 1970 lebih dari seribu orang
Indonesia datang, khususnya untuk membangun jembatan Nera di Cote Ouest,
jembatan di Cote Est dan menara St. Quentin di Magenta.
Djintar Tambunan
(65) warga Batak yang saat ini bekerja sebagai pemborong bangunan sekaligus
Ketua Persatuan Masyarakat Indonesia dan Keturunannya di New Caledonia (PMIK),
seiring waktu warga Jawa yang menetap di sana berbaur dengan berbagai suku lain
dan berbudaya yang beragam, sehingga warga jawa disana terbagi dalam tiga
kelompok tentunya dengan budaya tersendiri.
" Para pekerja Indonesia dan keturunannya saat ini telah diterima dengan baik oleh masyarakat New Caledonia dan juga telah memberikan sumbangsihnya terhadap pembangunan New Caledonia ", Ujar SiDin Ade Sukendar Konsul Jenderal Republik Indonesia untuk New Caledonia (NC) yang masuk negara dibawah protektorat Prancis.
" Para pekerja Indonesia dan keturunannya saat ini telah diterima dengan baik oleh masyarakat New Caledonia dan juga telah memberikan sumbangsihnya terhadap pembangunan New Caledonia ", Ujar SiDin Ade Sukendar Konsul Jenderal Republik Indonesia untuk New Caledonia (NC) yang masuk negara dibawah protektorat Prancis.
Tiga kategori
masyarakat (Indonesia) dan keturunannya
yang tinggal di New Caledonia saat ini , yaitu golongan niaouli, wong baleh dan wong
jukuan. " Niaouli “ itu adalah keturunan pertama masyarakat
Indonesia yang lahir di NC dengan orang tuanya berasal langsung dari
Indonesia, kata Djintar. " Dulu belum ada cuti, termasuk cuti melahirkan
jadi begitu si ibu melahirkan anak, tiga hari kemudian, ia harus melaksanakan
tugas sebagai orang kontrak, jadi anak tersebut dibalut dengan kain batik dan
ditaruh di bawah pohon niaouli saat orang tuanya bekerja ", Ujar SiDin Djintar.
Wong baleh artinya " orang-orang yang kembali (balik)
". "Setelah kemerdekaan Indonesia sekitar tahun 1950-an, orang-orang kontrak
menuntut pulang ke Indonesia tapi ternyata di sana mereka sulit untuk hidup
sehingga kembali lagi ke New Caledonia ",
sekitar tahun 1939-1940 terdapat
keturunan Jawa 20.000 orang dan pada tahun 1952 dan 1954-1955 tercatat pemulangan
masal warga Jawa sehingga hanya tinggal 2.000 orang menetap di New Caledonia. Sedangkan " wong jukuan " artinya
adalah bawaan keluarga atau mereka yang lahir di Indonesia namun dibawa ke NC
oleh orang Indonesia yang tinggal di NC.
Djintar Tambunan
yang wong Batak berkata, Istrine Soetina
masuk gol. Niaoli
ayahnya dari Sragen dan dari Slawi, dalam keseharian Soetina menggunakan bahasa jawa ngoko di rumah dan
bahasa Prancis --bahasa resmi di New Caledonia
saat berada di luar rumah. Djintar pada awal tibanya mengalami kesulitan
dalam bahasa di New Caledonia namun dalam makanan dan budaya tidak
karena disini beberapa makanan dan budaya Jawa masih ada. "
Saya seperti berada di daerah Tegal karena makanannya nasi, tempe dan
singkong, itu karena mayoritas masyarakat Indonesia di sini orang Jawa dan
berbahasa Jawa, masalahnya saya tidak mengerti bahasa Jawa ",
Ujar SiDin Djintar Tambunan terpingkal-pingkal dgn gaya khas bataknya.
Kurun waktu tersebut
telah membuat warga Jawa yang bergaul dengan berbagai suku seperti China, Arab, Vietnam, Eropah, India dll dalam
berbagai tatanan sosial dalam membangun bersama sehingga tercatat beberapa
orang yang penting. Beberapa keturunan Jawa yang menjadi orang
penting di New Caledonia seperti, Roesmaeni Sanmohammad yang menjadi anggota
parlemen, Corine Voisin yang sekarang menjabat sebagai Walikota La Foa, salah
satu wilayah di Provinsi Selatan, Emmanuelle Darman mantan Miss New Caledonia 2005 dan Mohamed Raden Kasim (alm) yang namanya
diabadikan sebagai nama taman didaerah Sixeme.
Wong Jowo gitu lohh,
Warga Jawa di New Caledonia telah menyatuh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar