NusanTaRa.Com
byMcDonalDBiunG, 29/09/2019
byMcDonalDBiunG, 29/09/2019
" Total sudah 32 korban tewas sampai malam ini.
Yang ditemukan hari ini terbakar, ditemukan di puing-puing rumah ", Ujar SiDin Letkol Candra Dianto
Komandan Kodim 1702/Jayawijaya, melalui sambungan telepon, Rabu (25/9/2019)
malam. Korban tewas akibat kerusuhan
yang terjadi di Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Papua, terus bertambah setelah
aparat TNI-Polri kembali menemukan 4 jenazah yang terbakar saat terjadi amukan
massa, Rabu (25/09/2019)
Sebagian
besar korban yang ditemukan tewas dalam keadaan hangus terbakar, yang lainnya
ada yang terkena sabetan benda tajam, panah, dan juga luka akibat benda
tumpul. Candra Dianto menyebut, belum semua lokasi amukan massa
pada 23 September 2019 lalu telah disisir oleh aparat dan ia meyakini masih banyak
korban tewas yang belum ditemukan.
" Sementara sudah 75 sampai
80 persen yang disisir, banyak sekali kerusakan
", Ujar SiDin Candra Dianto.
Kerusuhan
di Wamena yang menyebabkan 32 orang meninggal pada 23 September tersebut diduga
dilakukan oleh kelompok terorganisasi sebagaimana salah satu temuan Komisi
Nasional (Komnas HAM) yang selama beberapa hari mengadakan investigasi. Kerusuhan tersebut memicu pembakaran beberapa
rumah masyarakat, 150 buah kios-kios pertokoan, kantor Bupati dan 5 Kantor
pemerintah lainnya, 80 mobil dan 30 motor sehingga terlihat asap yang
membumbung keangkasa di langit Wemena.
Akibat
kerusuhan tersebut menimbulkan gelombang pengungsian yang besar bagi masyarakat
Wamena khususnya warga pendatang untuk dapat keluar dari kota seperti menuju
Jayapura atau kota lain karena rasa ketakutan dan rasa tidak aman. Diperkirakan jumlah pengungsian saat ini
sekitar 7.502 orang yang berada di beberapa titik seperti Kodim, Lapangan udara, Kantor Pulisi, Gereja dan lainnya yang bersiap
meninggalkan Wamena dalam keadaan ketakutan.
D
Sibuea, salah seorang korban yang rumah serta harta bendanya hangus terbakar,
mengungkapkan, saat ini dirinya berada di pangkalan TNI AU bersama 140
pengungsi lainnya, untuk mengantre tiket penerbangan pesawat Hercules. “
Saya ingin segera pulang ke kampung halaman. Di sini nyawa kami sangat
terancam. Rumah saya dibakar, kios-kios dibakar, bahkan kantor pemerintahan
juga mereka bakar ”, Ujar SiGaluh D
Sibuea wanita asal Sumatra Utara.
Seorang
warga asal Surabaya, Agus, mengatakan, sudah seharian di bandara dengan harapan
bisa keluar dari daerah Wamena dengan segera,
Agus bercerita ia sudah tidak tau lagi harus berbuat apa, selain ingin keluar dari daerah yang
membuatnya saat ini sangat trauma dan nyawanya hampir melayang. “ Saya
ingin pulang kampung. Saya masih trauma.
Rumah kontrakan saya hangus dibakar. Tak ada lagi harta benda yang ku
miliki ”, Ujar SiDin Agus kata dia.
Yang
memprihatinkan, salah seorang korban tewas terbakar di dalam mobilnya, Dr Soeka Marsetiyo tenaga medis padahal semestinya
tenaga medis harus dilindungi. Menurut
imformasi yang diterima NusanTaRa.Com bahwa, dr
Soeko Marsetiyo merupakan satu-satunya dokter yang telah cukup lama dan sejak
awal menawarkan diri untuk bertugas di pedalaman Papua, “ Dia telah mengabdikan dirinya kepada
masyarakat di Tolikara. Namun justru
menjadi korban yang diduga dianiaya secara sadis oleh sekelompok orang ”, Ujar SiDin Petugas Komnas HAM.
Gubernur
Papua Lukas Enembe menemui para
pengungsi meminta mereka untuk menghilangkan rasa takut dan kembali ke rumahnya
masing-masing dan mengharapkan mereka tidak takut dan Pemprov akan memberikan
bantuan. " Kami harap mereka ibu-ibu yang sakit dan
anak-anak boleh mengungsi, tapi yang lain kita tidak boleh mengungsi dan
takut. Kita ini Indonesia, berada di
wilayah Republik Indonesia ", Ujar SiDin Lukas Enembe.
Lukas
Enembe senang bersajojo,
Tragedi
Wamena antara Puing kebakaran dan Korban
jiwo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar