NusanTaRa.Com
byRaisALembuduT. 30 / Juli / 2020
Ulat
Sagu salah satu jenis ulat yang banyak disantap manusia meski realitanya kita
akan merasa geli dan jijib melihatnya, bahkan didaaerah tertentu menjadi
hidangan istimewa dan makanan ini juga tak kala kandungan Gizinya yang
dibutuhkan tuubuh. Ulat sagu sebenarnya
larva kumbang penggerek (Rhynchophorus ferrugineus) yang bersarang di pohon
sagu (Metroxylon sagu). Selain di pohon sagu, kumbang penggerek juga menjadi
hama bagi pohon kelapa sehingga dalam bahasa Inggris ulat sagu dikenal dengan
sebutan coconut worm.
Salah
satu kuliner olahan ulat sagu ialah sagu apatar yang bisa ditemui di Inanwatan,
Sorong Selatan, yaitu aci sagu dan ulat
sagu yang dibungkus dengan daun sagu, kemudian dibakar dengan arang selama 15 –
25 menit hingga matang. Meski menu
Ulat sagu ini terkesan penganan kampung tapi Olahan kuliner ulat sagu tidak itu
saja, masih banyak kreasi lainnya,
contohnya seperti; roti dengan isi ulat sagu, sop ulat sagu, spageti
dengan irisan ulat sagu, bakwan, nasi goreng ulat sagu, bakso ulat sagu,
keripik ulat sagu, serundeng, KandeaMaiwaFood berulat sagu dan abon.
Ulat
sagu telah menjadi makanan sejak Pra Sejarah, sebagaimana temuan arkeologi
berupa pecahan gerabah di sejumlah situs di Kawasan Danau Sentani, Distrik
Waibu, Kabupaten Jayapura, membuktikan bahwa manusia pada masa prasejarah sudah
mengolah kuliner berbahan sagu, yaitu ulat sagu. “
Situs-situs hunian prasejarah di Kawasan Danau Sentani berada di sekitar
hutan sagu. Manusia prasejarah pada waktu itu menjadikan sagu sebagai makanan
pokok. Pohon sagu menghasilkan tepung sagu, jamur sagu, dan ulat sagu “,
Ujar SiDin Hari Suroto peneliti
dari Balai Arkeologi Papua, pada 2019.
Ulat
sagu ini terdapat dalam gumpalan sagu yang berada didalam batang sagu yang
telah matang tentuunya lewat telur kumbang yang dimasukkan induknya untuk dapat
bekembang menjadi kumbang dewasa nantinya.
Maiwa Enembe seorang petani sagu dari papua jika ingin mengetahui ada
ulat dalam batang sagu maka ia menempelkan telinganya kebatang sagu tua dan
mati dan ia mendengar geliat ulat sagu didaalam batang pohon.
Kemudian
Maiwa Enembe akan mengetuk-ngetuk batang
sagu agar tercipta ruang gerak bagi ulat-ulat sagu dalam sarang sagunya ketika
dikeruk sagunya. Setelah itu barulah
batang pohon sagu dibongkar dengan benda tajam,
bagian dalam batang pohon sagu penuh dengan zat tepung (sagu) yang
menjadi makanan ulat-ulat sagu berwarna putih hingga kekuningan berukuran
tiga hingga empat sentimeter
Dimanakah
kita bisa menemui ulat sagu di Indonesia ? Ya, tentu saja di pohon sagu
jawabannya. Pohon sagu banyak ditemukan
di kawasan Asia tenggara dan di Indonesia pohon sagu bisa ditemui di wilayah
Sumatra Utara, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, sampai yang terbanyak di Papua.
Hutan sagu di Provinsi Papua memiliki luas sekitar 4.769.548 hektar dengan
potensi Sagu antara 0,33 – 5,67 batang/ha.
Menurut
Hari Suroto, ulat sagu memiliki kandungan protein, bebas kolesterol, tetapi
sebagian besarnya mengandung lemak.
“ Ulat sagu menjadi menu tambahan
bagi masyarakat pesisir Papua, karena tidak setiap saat akan dijumpai ulat ini.
Untuk seratus gram ulat sagu, mengandung 181 kalori dengan 6,1 gram protein dan
13,1 gram lemak “, Hari Suroto dengan Plabomoranya
(hebatnya). Kandungan zat gizi tepung ulat sagu sebanyak 100 gram
ialah 33,68 persen. Selain menjadi
asupan gizi, ulat sagu juga dipercaya dapat mengobati malaria dan menurunkan
berat badan orang yang mengonsumsinya, selain itu Ulat
tepung sagu bermanfaat bagi tubuh
karena mengandung zat antioksidan yang mampu menghambat stres oksidatif akibat
infeksi.
Di
Thailand misalnya, jajanan ekstrim
berbahan Ulat Sagu bisa ditemui di Khao Shan Road yang setiap harinya
buka pukul enam sore, selain ulat sagu,
tersedia juga kalajengking, jangkrik, dan belalang. Namun jika malas pergi atau tidak punya modal
pergi ke sana ulat sagu Jika lagi malas bisa dipesan dari rumah, sebuah situs bernama Thailandunique.com
menyediakan ulat sagu dalam bentuk kemasan 15 gram yang dibanderol 5,5 dolar
atau setara Rp 77 ribu.
Bergeser
keselatan kita ke negara tetangga serumpun, Malaysia. Sebuah restoran bernama
D'Place Kinabalu menjadikan ulat sagu sebagai topping dari makanan Jepang,
sushi dan sushi ulat sagu ini disantap dengan gumpalan nasi. Di Malaysia ulat sagu disebut “ butod
“, Butod sendiri adalah makanan tradisional
di komunitas setempat, biasanya, makanan
ini disajikan di acara seperti pernikahan dan dinikmati karena punya cita rasa
mirip susu yang pekat saat digigit.
Geli
terasa ulat sagu menggeliat-geliat,
Penganan
Ulat Sagu bergisi dan Nikmat.
Kuliner alami yang bergizi dengan rasa yang ADuhaiii
BalasHapus