NusanTaRa.COM
byBambanGBiunG, 20/06/2020
Pagelaran
Kongres Kebudayaan Desa di Bantul, Daerah ismimewa Yogyakarta, mendapat tantangan keras dari para Pegiat
desa adat karena tak membahas soal desa adat
dan dianggap pengabaian isu desa
adat menjadi cermin Undang-undang Desa belum dipahami secara utuh. Sebagaimana disampaikan antropolog
sekaligus peneliti Pusat Kajian Etnografi Komunitas Adat, Yogyakarta, Yando
Zakaria, “ Saya menolak untuk hadir dan menyampaikan
protes karena tidak disertakannya soal desa adat sebagai sebuah
nomenklatur ”, Ujar
SiDin Yando, Kamis (18/6/2020).
Kongres
Kebudayaan Adat digelar secara daring 1 Juni -15 Agustus 2020. Kongres ini
digelar Sanggar Inovasi Desa dari Desa Panggungharjo, Bantul, menggandeng
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi. Ryan menjelaskan, Kongres Kebudayaan Desa
membahas berbagai topik tentang desa, mulai
dari aspek ekonomi desa, pendidikan, kebudayaan, reformasi birokrasi, informasi, datakrasi hingga soal tata kelola
pemerintahan hingga kondisi normal baru karena Covid-19.
Menurut Yando, dirinya diundang untuk menjadi salah satu pembicara di forum itu. Namun, bukannya soal desa adat seperti kepeduliannya saat ini, melainkan tema-tema umum. “ Saya tidak habis pikir bagaimana acara sepenting ini mengabaikan keberadaan desa adat baik dalam kebijakan maupun sebagai realitas ”, Ujar SiDin Yando dalam pesan singkatnya ke penyelenggara kongres. Pengabaian desa adat di kongres soal desa menjadi cermin kondisi para pegiat desa, “ Aktivis desa ternyata enggak paham UU Desa dan melihat desa dari satu sisi saja, yakni desa dinas, dan mengabaikan desa adat ”, Ujar Yanda dan pembahasan desa adat di UU Desa mangkrak selama lima tahun ini.
Beragam aspek tersebut akan digali dari nilai-nilai Nusantara dan melibatkan
para pemangku kepentingan desa dengan beragam latar belakang, "
Harapannya, kongres ini menjadi forum bersama untuk merumuskan tatanan
arah Indonesia baru ", Ujar Ryan Laji .
Yando, peneliti Pusat Kajian Etnografi Komunitas Adat, Yogyakarta, sebelumnya menolak menjadi pembicara kongres itu lantaran tak melibatkan pembahasan seputar desa adat. Menurut Yando, dirinya diundang untuk menjadi salah satu pembicara untuk mengisi di forum itu. Namun, bukannya soal desa adat seperti kepeduliannya saat ini, melainkan tema-tema umum yang dianggapnya kurang menyentuh esensi dari Desa Adat sebagai ruang pengembangan kebudayaan desa.
Penyelenggara Kongres Kebudayaan Desa 2020 membantah bahwa kongres tersebut mengabaikan desa adat, merespons pernyataan pegiat desa adat Yando Zakaria yang memprotes acara tersebut. Ketua Panitia Kongres Kebudayaan Desa 2020 Ryan Sugiarto menjelaskan kongres ini membuka partisipasi semua pihak untuk ikut andil merumuskan berbagai aspek desa. " Tidak hanya melibatkan desa-desa pinggiran kota atau desa-desa modern, tapi juga desa-desa yang selama ini dikenal sebagai desa adat ”, Ujar SiDin Ryan dalam pernyataan tertulis di Gatra.com, Sabtu (20/6/2020).
Ryan menepis anggapan Yando bahwa kongres ini
mengabaikan isu desa adat, " Tudingan
tersebut tidak berdasar. Karena beragam topik yang dibahas dalam rangkaian KKD
berusaha mengakomodir berbagai kepentingan lintas kebijakan ", Ujar
SiDin Ryan. Lebih jauh acara ini diharapkan akan menghasilkan
rancangan strategis yang diharapkan bisa menjadi acuan desa-desa di Indonesia
untuk menyusun kebijakan di era normal baru. " Tentu dengan tetap memperhatikan karakteristik
masing-masing desa ", Ujarnya Laji.
Kongres digelar oleh Sanggar Inovasi Desa, Desa Panggungharjo, DIY, diharapkan menjadi salah satu inisiatif untuk mengajak desa-desa di Nusantara bersiap dengan tatanan dunia baru saat ini karena wabah Covid-19.Selain diskusi daring, acara ini menggelar riset, Festival Kebudayaan Desa Adat, hingga puncaknya Deklarasi Tatanan Indonesia Baru. Ryan berkata, kongres ini menjadi ruang bagi desa, termasuk desa adat, untuk menyajikan gagasannya.
" Mulai Papua hingga Aceh terbuka untuk turut memproyeksikan tatanan Indonesia baru. Tidak ada istilah Kongres Kebudayaan Desa mengabaikan pihak tertentu karena kongres ini disemangati salah satu nilai luhur desa, yaitu gotong-royong ", Ujar SiDin Ryan.
Dari desa
berkembang Budaya Nusantara.
Pegiat desa hadapi dunia baru di Kongres Kebudayaan Desa.
Pegiat desa hadapi dunia baru di Kongres Kebudayaan Desa.
Budaya hebat ...... hidup maju
BalasHapusKebudayaan ......... membuat hidup lebih Indah dan beriadentiti
BalasHapus