NusanTaRa.Com
byBambanGBiunG, 14/06/2019
Dengan kegigihannya yang kuat di pesantren pun Ali menjadi bintang pelajar hingga mendapat bea siswa untuk kuliah di Pakistan S1 dan S2 yang kemudian mengantarkannya menjadi dosen bahasa Arab di Saudi Arabia. Karena ada tawaran untuk menjadi Imam Mesjid di New York, beliau tertarik dengan pikiran bahwa ini dapat menjadi jembatan untuk mempelajari cara pandang Islam orang Barat disamping bisa melanjutkan S3 nya di USA.
Hasil jerih payahnya dalam penugasan tersebut, akhirnya beliau dinobatkan penerima Ellis Island Gold Medals of Honor, sebagai salah satu tokoh agama yang dinilai mampu memberi sumbangsih terhadap perdamaian, toleransi, dan keberagaman di Amerika. Ellis Island Medals of Honor adalah penghargaan tertinggi / bintang lima, non-militer dari pemerintah Amerika, ditujukan untuk para imigran yang dianggap memiliki spirit atau semangat untuk menjadikan Amerika sebagai negara yang lebih kuat, dan tempat yang lebih nyaman bagi semua orang. salah seorang diantara penerima penghargaan ini adalah petinju legendaris Muhammad Ali yang kebetulan nama akhirnya juga ALI.
Sambil menjabat tangan Shamsi, Trump tertawa terbahak-bahak tidak berhenti-berhenti cukup lama. ” Baru sekali ini saya bertemu orang Islam yang wajahnya sejuk bersahabat dan tersenyum ramah ”, Ujar SiDin Trump. Akhirnya Imam Shamsi Ali menulis buku " Menebar Damai di Bumi Barat " dan “ Anak-Anak Ibrahim (Sons of Abraham) “ buku kedua ditulis bersama oleh Imam Shamsi dan Rabi Schneier.
Beliau sering menyampaikan pidato/ ceramah di forum PBB dan kontributor tamu media untuk ABC, PBS, BBC World, CNN, Fox News, National Geographic, al-Jazeera, Hallmark Channel. Bahkan bila terjadi kisruh di Eropa pun seringkali beliau diminta bantuannya untuk meredam situasi.
byBambanGBiunG, 14/06/2019
Orang
mengenalnya dengan nama Utteng saat masa kanak-kanak hingga
remaja sebagai sebuah nama kedaerahannya, seorang preman Kampung dari Bulukumba, Kajang, Sulawesi Selatan daerah yang terkenal dengan Perahu kayu
tradisional yang disebut Pinisi yang mampu mengarungi bahtera luas. Sedari kecil Dia memiliki hobbi sering berkelahi hingga tangannya bengkok karena terkena
sabetan sebuah samurai.
Sangking susahnya dia dikendalikan oleh orang tuanya, akhirnya oleh orang tuanya ia dimasukan ke Pesantren, diluar dugaan Dia malah senang di masukan ke pesantren dan betah karena di Pesantren diajarkan Silat meski kelakuannya belum berubah malah pernah masuk bui karena menghajar orang hingga hidungnya patah. Akhirnya orangtuanya memohon kepada kyai di pesantren untuk tidak mengeluarkannya dan meminta mengganti namanya berharap ada perubahan, sang kyai setuju dan menamainya Muhammad Shamsi Ali, saking seriusnya menekuni silat hingga mewakili daerahnya bertanding bela diri silat di Unisba Bandung.
Sangking susahnya dia dikendalikan oleh orang tuanya, akhirnya oleh orang tuanya ia dimasukan ke Pesantren, diluar dugaan Dia malah senang di masukan ke pesantren dan betah karena di Pesantren diajarkan Silat meski kelakuannya belum berubah malah pernah masuk bui karena menghajar orang hingga hidungnya patah. Akhirnya orangtuanya memohon kepada kyai di pesantren untuk tidak mengeluarkannya dan meminta mengganti namanya berharap ada perubahan, sang kyai setuju dan menamainya Muhammad Shamsi Ali, saking seriusnya menekuni silat hingga mewakili daerahnya bertanding bela diri silat di Unisba Bandung.
Dengan kegigihannya yang kuat di pesantren pun Ali menjadi bintang pelajar hingga mendapat bea siswa untuk kuliah di Pakistan S1 dan S2 yang kemudian mengantarkannya menjadi dosen bahasa Arab di Saudi Arabia. Karena ada tawaran untuk menjadi Imam Mesjid di New York, beliau tertarik dengan pikiran bahwa ini dapat menjadi jembatan untuk mempelajari cara pandang Islam orang Barat disamping bisa melanjutkan S3 nya di USA.
Alkisah
terjadilah bencana luar biasa yang menyudutkan umat Islam di penjuru dunia dengan hancurnya gedung World Trade Center
9-11 (WTC) New York. Keadaan ini
ternyata menjadi menjadi satu keberuntungan bagai Imam Shamsi Ali karena para
Imam yang lebih senior di USA meminta Imam Shamsi Ali untuk mewakili Komunitas
Muslim, beliau pun bertanya, Why me ?.
“ Karena Pertama, INDONESIA adalah negara penganut Islam
terbesar di dunia. Kedua, MUSLIM INDONESIA yang ramah dan moderat
dianggap dapat menyejukkan hubungan antar pemeluk agama “, Ujar SiDin Imam Pasha kala itu Jar.
Dengan adanya pendampingan itu Gorge Bush Presiden Amerika kala itu tidak mau mengunjungi tempat reruntuhan WTC dan tempat lainya tanpa didampingi Imam Shamsi Ali. “ Mr President, God will be with the truth (Tuhan bersama kebenaran) ", Ujar SiDin Syamsi kepada Bush. Para keluarga korban pun banyak yang memohon sang Imam untuk mendo'akan keluarganya yang menjadi korban.
Dengan adanya pendampingan itu Gorge Bush Presiden Amerika kala itu tidak mau mengunjungi tempat reruntuhan WTC dan tempat lainya tanpa didampingi Imam Shamsi Ali. “ Mr President, God will be with the truth (Tuhan bersama kebenaran) ", Ujar SiDin Syamsi kepada Bush. Para keluarga korban pun banyak yang memohon sang Imam untuk mendo'akan keluarganya yang menjadi korban.
Hasil jerih payahnya dalam penugasan tersebut, akhirnya beliau dinobatkan penerima Ellis Island Gold Medals of Honor, sebagai salah satu tokoh agama yang dinilai mampu memberi sumbangsih terhadap perdamaian, toleransi, dan keberagaman di Amerika. Ellis Island Medals of Honor adalah penghargaan tertinggi / bintang lima, non-militer dari pemerintah Amerika, ditujukan untuk para imigran yang dianggap memiliki spirit atau semangat untuk menjadikan Amerika sebagai negara yang lebih kuat, dan tempat yang lebih nyaman bagi semua orang. salah seorang diantara penerima penghargaan ini adalah petinju legendaris Muhammad Ali yang kebetulan nama akhirnya juga ALI.
Ketika
melihat Imam Shamsi Ali duduk di podium kehormatan tokoh-tokoh Agama, saking
sudah merasa akrabnya, George Bush langsung menunjukan jarinya " Anak Siapa Itu ? ", karena postur tubuhnya yang mungil, membuat
para tokoh agama lain pun tersenyum. Kemudian
beliau pun tampil di mimbar memimpin “ A
Prayer for America ” di Stadion Yankee,
kota New York, 23 September 2004. Sekitar 50 ribu orang memadati stadion itu.
Tua-muda, lelaki dan perempuan, kulit putih dan kulit hitam, dan pelbagai ras
dan bangsa di Amerika “ tumplek blek ”
di situ, banyak yang menangis mendengar
lantunan ayat suci al qur'an yang beliau bacakan padahal kebanyakan tidak paham
artinya.
Tantangan selalu progresif di negara sekuler itu ” Islam itu berbahaya ”, Ujar Trump yang disiarkan media ketika berkampanye mencalonkan jadi Presiden USA. Ustad Shamsi pun ingin meluruskan statement itu, Beliau minta waktu untuk bertemu dengan Donald Trump, calon presiden pun bersedia. Pertemuan dijanjikan di lantai paling atas Trump Tower di dekat Central Park New York. Begitu tiba di ruangan Trump, Shamsi kaget dan terheran-heran.
Tantangan selalu progresif di negara sekuler itu ” Islam itu berbahaya ”, Ujar Trump yang disiarkan media ketika berkampanye mencalonkan jadi Presiden USA. Ustad Shamsi pun ingin meluruskan statement itu, Beliau minta waktu untuk bertemu dengan Donald Trump, calon presiden pun bersedia. Pertemuan dijanjikan di lantai paling atas Trump Tower di dekat Central Park New York. Begitu tiba di ruangan Trump, Shamsi kaget dan terheran-heran.
Sambil menjabat tangan Shamsi, Trump tertawa terbahak-bahak tidak berhenti-berhenti cukup lama. ” Baru sekali ini saya bertemu orang Islam yang wajahnya sejuk bersahabat dan tersenyum ramah ”, Ujar SiDin Trump. Akhirnya Imam Shamsi Ali menulis buku " Menebar Damai di Bumi Barat " dan “ Anak-Anak Ibrahim (Sons of Abraham) “ buku kedua ditulis bersama oleh Imam Shamsi dan Rabi Schneier.
Penulisan
buku tersebut hasil dari diskusi 25 Imam
Muslim dan 25 Rabi Yahudi membahas konflik di Palestina, selama 3 jam perang argumen antara kedua kubu
hingga memanas yang tak membuahkan kesepakatan, akhirnya Imam Shamsi Ali
memberi Ultimatum " Apakah Anda
semua Ingin berperang hingga kiamat atau Damai ", semua sepakat menjawab ingin Damai, akhirnya
tercipta buku itu. Yang memberikan kata pengantarnya Bill Clinton
(Clinton sering tertawa geli bila melihat sekarang kedua tokoh ini, karena awal pertemuannya ketika bersalaman
tidak mau saling bertatap muka, malah sekarang menjadi sahabat).
Buku-buku itu menjadi best seller di USA dan Eropa, sudah diterjemahkan pula dalam bahasa Indonesia. Imam Shamsi Ali menjadi Ulama Islam dan Imam terkenal di New York City, Amerika Serikat. Beliau adalah seorang Imam masjid kota terbesar terletak di 96th Street dan 3rd AV Manhattan. Dia adalah Ketua Masjid Al-Hikmah di Astoria dan Direktur Jamaica Muslim Center di Queens. Beliau adalah seorang Ulama Tafsir (a revered Qur'an scholar), fasih berbicara Indonesia, Inggris, Arab dan Urdu (tak heran bila beliau sering mengisi acara di TV Bangladesh).
Buku-buku itu menjadi best seller di USA dan Eropa, sudah diterjemahkan pula dalam bahasa Indonesia. Imam Shamsi Ali menjadi Ulama Islam dan Imam terkenal di New York City, Amerika Serikat. Beliau adalah seorang Imam masjid kota terbesar terletak di 96th Street dan 3rd AV Manhattan. Dia adalah Ketua Masjid Al-Hikmah di Astoria dan Direktur Jamaica Muslim Center di Queens. Beliau adalah seorang Ulama Tafsir (a revered Qur'an scholar), fasih berbicara Indonesia, Inggris, Arab dan Urdu (tak heran bila beliau sering mengisi acara di TV Bangladesh).
Beliau sering menyampaikan pidato/ ceramah di forum PBB dan kontributor tamu media untuk ABC, PBS, BBC World, CNN, Fox News, National Geographic, al-Jazeera, Hallmark Channel. Bahkan bila terjadi kisruh di Eropa pun seringkali beliau diminta bantuannya untuk meredam situasi.
drLaman
KanGBaBe, 25April2015.
Perahu
Pinisi tinggi Tiangnya,
Shamsi Ali Imam masjid New York dari Bulukumba.
Shamsi Ali Imam masjid New York dari Bulukumba.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar