NusanTaRa.Com
byBakuINunukaN, 01/09/2019
Di wilayah Jawa Barat terjadi aksi demonstrasi yang diramaikan ratusan warga yang tergabung ke dalam aliansi Padjajaran di depan Gedung Sate Bandung dengan thema “ Aksi peduli Papua “. Mereka menggelar orasi bahwa warga Jabar mengkhawatirkan tragodi Timor-Timur terulang lagi dan tak akan merelakan jika Papua Lepas dari NKRI dan dengan tegas mereka menolak Papua Merdeka, sambil mengibarkan bendera merah putih mereka meneriakkan yel-yel dengan tagline " Papua NKRI, NKRI Papua! ”.
Menko Polhukam Wiranto dengan sejumlah tokoh asal Papua melakukan konfrensi pers, pada Jumat (30/8/2019), Pertemuan tersebut membahas situasi Papua yang kembali memanas. Wiranto berharap masyarakat Papua kembali tenang agar suasana di kawasan itu damai. Menurut dia, aparat TNI dan Polri sudah ia perintahkan untuk bertindak persuasif dan tidak menggunakan peluru tajam saat mengamankan demonstrasi di Papua dan penyebab kerusuhan Papua di Surabaya sudah dalam proses hukum 5 dari kalangan militer dan dua dari sipil.
Tokoh Pemuda Papua Barat Dedei Imbiri, meminta agar warga Papua tidak terhasut oleh isu yang berkembang terkait rencana demo massa KNPB. Ia menyatakan atas nama tokoh pemuda, budayawan serta kaum perempuan orang Papua Asli menyayangkan situasi politik dimana hanya difungsikan sebagai hasutan orang Papua agar mudah terjebak dan Tokoh Pemuda yang Pro NKRI ini juga mengharapkan seluruh Pemuda Papua berpikir cerdas serta jernih dalam menyikapi upaya penghambatan kemajuan serta perkembangan wilayah Papua.
byBakuINunukaN, 01/09/2019
Baru saja berlalu aksi demonstrasi masyarakat
Papua menuntut perlakuan adil atas mereka, yang terkait dugaan Perlakuan Rasis
oleh masyarakat lainnya terutama terhadap mahasiswa Papua di Surabaya dan di
Malang dengan perlakuan yang kurang adil dan sebuah ucapan menghinakan yaitu “
Papua Monyet “. Kejadian ini memicu
serentetan aksi massa dibeberapa kota terutama kota-kota di Papua dan Jakarta
serta yang tak kala serunya berbagai
openi bemunculan di dunia maya baik masalah Rasis tersebut, kehidupan
masyarakat Papua hingga kepersoalan
Referendum atau kemerdekaan Papua.
Polemik
ini tentunya berbuntut hingga ke perjanjian New York Agreement 15 Agustus 1962, dimana pihak tokoh Papua seperti Benny Wenda
menyalahkan Pihak Amerika Serikat sbg penyelenggara pertemuan tersebut yang
diserahkan PBB karena menurutnya bahwa penyerahan tugas itu harus
berujung pada penentuan nasib sendiri rakyat Papua (Referendum), tapi konferensi tersebut justru berujung
bahwa Papua masuk bagian dari Negara Republik Indonesia. Berbagai tanggapan masyarakat Papua yang beranggapan
bahwa banyak perlakuan yang kurang menguntungkan bagi masyarakat Papua selama
ini sehingga kurang dapat memajukan Orang Papua, namun Kekayaan alam bumi papua
tetap terkeruk habis.
Tak
kalah serunya dari masyarakat Papua yang melakukan demonstrasi sangat keras
dibeberapa kota di Papua seperti Jayapura, Manokwari, Merauke, Nduga, Fakfak
dll bahkan hingga di Surabaya, Yogyakarta dan pengibaran bintang kejora di
depan Istana Negara Cendana, yang
berujung pada pengrusakan fasilitas umum
seperti Pembakaran DPRD Papua Barat di Manokwari, Perumahan, Pasar dan
luka-luka hingga meninggal. Bahkan
beberapa Demonstrasi membacakan tuntutannya selain terkait Rasis,
menuntut perlakukan manusia dan social yang sama serta untuk
membenahi kembali hasil Komfrensi New York Agreement 1962 yang dianggap telah menyalahi
kesepakatn yang sebenarnya dari perjanjian yang sebelumnya dengan pelaksanaan
Referendum penentuan nasib Papua.
Sehubungan Tragedi Papua ini banyak warga Negara Indonesia khususnya warga non Papua, prihatin dengan kasus rasial ini akan menjadikan Papua lepas dari NKRI terlebih adanya segelintir Warga Papua menuntut Reperendum untuk penentuan nasib Papua. Kekhawatiran ini memunculkan berbagai tanggapan dari berbagai masyarakat Indonesia baik kalangan Militer, Tokoh Pemerintahan, Tokoh masyarakat dan rakyat dari berbagai daerah dengan pernyataan tidak menginginkan Papua merdeka, Lepas dari NKRI atau membentuk Negara tersendiri serta menolak Reperendum untuk Papua.
Sehubungan Tragedi Papua ini banyak warga Negara Indonesia khususnya warga non Papua, prihatin dengan kasus rasial ini akan menjadikan Papua lepas dari NKRI terlebih adanya segelintir Warga Papua menuntut Reperendum untuk penentuan nasib Papua. Kekhawatiran ini memunculkan berbagai tanggapan dari berbagai masyarakat Indonesia baik kalangan Militer, Tokoh Pemerintahan, Tokoh masyarakat dan rakyat dari berbagai daerah dengan pernyataan tidak menginginkan Papua merdeka, Lepas dari NKRI atau membentuk Negara tersendiri serta menolak Reperendum untuk Papua.
Di wilayah Jawa Barat terjadi aksi demonstrasi yang diramaikan ratusan warga yang tergabung ke dalam aliansi Padjajaran di depan Gedung Sate Bandung dengan thema “ Aksi peduli Papua “. Mereka menggelar orasi bahwa warga Jabar mengkhawatirkan tragodi Timor-Timur terulang lagi dan tak akan merelakan jika Papua Lepas dari NKRI dan dengan tegas mereka menolak Papua Merdeka, sambil mengibarkan bendera merah putih mereka meneriakkan yel-yel dengan tagline " Papua NKRI, NKRI Papua! ”.
Menko Polhukam Wiranto dengan sejumlah tokoh asal Papua melakukan konfrensi pers, pada Jumat (30/8/2019), Pertemuan tersebut membahas situasi Papua yang kembali memanas. Wiranto berharap masyarakat Papua kembali tenang agar suasana di kawasan itu damai. Menurut dia, aparat TNI dan Polri sudah ia perintahkan untuk bertindak persuasif dan tidak menggunakan peluru tajam saat mengamankan demonstrasi di Papua dan penyebab kerusuhan Papua di Surabaya sudah dalam proses hukum 5 dari kalangan militer dan dua dari sipil.
Warga
Solo tak mau ketinggalan akan peduli dengan nasib bangsa, mereka menggelar demonstrasi di Bundaran Gladag, Jalan Slamet Riyadi tapi
dipindahkan ke Plasa Manahan, yang bersebelahan dengan Mapolresta. Koordinator aksi warga Solo, Rahmad Hendro Saputro menyatakan jika seluruh elemen masyarakat harus
menjalin persatuan dan kesatuan yang berasaskan
nilai-nilai kemanusiaan tanpa adanya tindakan yang melanggar HAM, maupun rasialis
didalam masyarakat. Hendri dari Aliansi
Mahasiswa Unisri Solo Bersama GMNI dan
PMII Komisariat Unisri mengecam keras tindakan persekusi, rasisme, serta
represifitas terhadap mahasiswa Papua di Surabaya. Mereka menuntut agar pemerintah serta
seluruh aparat penegak hukum segera pecahkan permasalahan ini dengan adil
sesuai hukum Pancasila.
Aksi masyarakat terkait peduli Papua juga berlangsung di depan Monumen Nasional Pembebasan Irian Barat Jakarta oleh kelompok Aliansi Bangsa Cinta NKRI, dalam orasinya mereka meminta secara total merangkul Papua karena merupakan bagian dari NKRI dan meminta pemerintah dengan tegas menyikapi pelaku tindakan rasisme yang mana menginginkan Papua terpecah dari Indonesia. Koordinator aksi Rey Gunarmin dalam orasinya menolak keras upaya adu domba serta provokasi melalui isu rasisme dan menambahkan bahwa Papua merupakan bagian dari NKRI yang tidak akan bisa dilepaskan.
Aksi masyarakat terkait peduli Papua juga berlangsung di depan Monumen Nasional Pembebasan Irian Barat Jakarta oleh kelompok Aliansi Bangsa Cinta NKRI, dalam orasinya mereka meminta secara total merangkul Papua karena merupakan bagian dari NKRI dan meminta pemerintah dengan tegas menyikapi pelaku tindakan rasisme yang mana menginginkan Papua terpecah dari Indonesia. Koordinator aksi Rey Gunarmin dalam orasinya menolak keras upaya adu domba serta provokasi melalui isu rasisme dan menambahkan bahwa Papua merupakan bagian dari NKRI yang tidak akan bisa dilepaskan.
Tokoh Pemuda Papua Barat Dedei Imbiri, meminta agar warga Papua tidak terhasut oleh isu yang berkembang terkait rencana demo massa KNPB. Ia menyatakan atas nama tokoh pemuda, budayawan serta kaum perempuan orang Papua Asli menyayangkan situasi politik dimana hanya difungsikan sebagai hasutan orang Papua agar mudah terjebak dan Tokoh Pemuda yang Pro NKRI ini juga mengharapkan seluruh Pemuda Papua berpikir cerdas serta jernih dalam menyikapi upaya penghambatan kemajuan serta perkembangan wilayah Papua.
Kulit
hitam Rambut kribo itu Papua.
Papua
NKRI dan Tak terpisakan dari Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar