NusanTaRa.Com
byIrkaBPiranhA, 18/09/2019
byIrkaBPiranhA, 18/09/2019
Masjid
Wadi Al Husein adalah salah satu peninggalan sejarah penyebaran Islam di
Thailand bagian Selatan, tepatnya di Provinsi Narathiwat. "
Masjid ini dibangun pada 1014 Hijriah (1636 M). Saat itu nama daerah ini
masih di Teluk Manok ", Ujar SiDin
Yusuf, 54 tahun Khatib Masjid Wadi Al Hussein, Yusuf, 54 tahun, di Lubuk Sawo,
Bachok, Narathiwat, Thailand, Selasa, 3 September 2019.
Kalau
berbicara Pangkor maka akan terasa tak sing di bumi Thailand yang mayoritas penduduknya
yang berugama Budha sekitar 85 % (2019) karena ia merupakan tempat peribadatan
mereka dan kita akan menemukan berbagai model dari berbagai zaman kerajaan disana. Tapi selain agama Buddha di Negeri Gajah
putih ini terdapat juga pemeluk agama Islam terutama di daerah selatan Thailand
yang diperkirakan telah hadir sekitar abad ke-12 sampai 15 di era kerajaan
Pattani (Yala dan Naratiwhat) Langkasuka.
Kedatangan Islam di negeri muangthai telah terasa pada masa Kerajaan Sukhathai di abad ke-13, yang merupakan buah dari hubungan dagang yang dibangun oleh para saudagar muslim. Hal ini bermula pada dua orang bersaudara dari Persia, yaitu Syeikh Ahmad dan Muhammad Syaid yang juga disebut Khaek Chao Sen, menetap di kerajaan tersebut yang terus melakukan perdagangan sekaligus menyebarkan agama Islam. Hingga kini pertumbuhan masjid di negeri ini terus bertambah untuk mewujutkan kebutuhan ibadah mereka dan sekarang sudah tercatat 3.500 buah masjid.
Dia menambahkan usia masjid tersebut telah mencapai lebih dari 380 tahun. Seiring berjalannya waktu, masjid telah dua kali mengalami perbaikan pada bagian pondasi. " Pertama kaki-kaki masjid yang dari kayu diperbaiki, namun karena termakan usia dan lapuk, pondasi kaki masjid ditambahi semen pada 1357 Hijriah (1979 M) ", Ujar SiDin Yusuf pria kelahiran di Pattani, Thailand ini.
Kedatangan Islam di negeri muangthai telah terasa pada masa Kerajaan Sukhathai di abad ke-13, yang merupakan buah dari hubungan dagang yang dibangun oleh para saudagar muslim. Hal ini bermula pada dua orang bersaudara dari Persia, yaitu Syeikh Ahmad dan Muhammad Syaid yang juga disebut Khaek Chao Sen, menetap di kerajaan tersebut yang terus melakukan perdagangan sekaligus menyebarkan agama Islam. Hingga kini pertumbuhan masjid di negeri ini terus bertambah untuk mewujutkan kebutuhan ibadah mereka dan sekarang sudah tercatat 3.500 buah masjid.
Dia menambahkan usia masjid tersebut telah mencapai lebih dari 380 tahun. Seiring berjalannya waktu, masjid telah dua kali mengalami perbaikan pada bagian pondasi. " Pertama kaki-kaki masjid yang dari kayu diperbaiki, namun karena termakan usia dan lapuk, pondasi kaki masjid ditambahi semen pada 1357 Hijriah (1979 M) ", Ujar SiDin Yusuf pria kelahiran di Pattani, Thailand ini.
Yusuf
yang telah mengurusi masjid selama 25 tahun ini mengemukakan, penamaan masjid
yang memiliki luas kurang lebih 180 meter persegi itu diambil dari nama orang
yang membangun pertama kali. " Dibangun oleh Wadi Al Hussein, alim ulama di
sini pada masa dulu ", Ujar SiDin Yusuf.
Imam
masjid saat ini adalah Ramli Talokding, 63 tahun yang merupakan generasi
ketujuh keturunan Wadi Al Hussein dan La Podding adalah adik dia yang merupakan
pemuka agama disana. Ada sedikit
anggapan mengatakan bahwa Wadi Al Hussein memiliki kedekatan dengan salah satu
Wali Nusantara yakni Sunan Ampel, yang kononnya Wadi Al Hussein merupakan
sepupu dari Sunan Ampel. "
Masjid ini pernah didatangi Sultan Demak, Sultan Palembang. Dari
Malaysia macam datuk-datuk datang untuk melihat
", Ujarnya Yusuf.
Masjid yang terbuat dari kayu itu terkesan sederhana dan mirip rumah panggung yang di atapnya dipasang beberapa kipas angina memiliki keluasan 180 m2 dan kawasan ini juga ditemukan museum alquran kuno yang dikelola Yayasan Pendidikan Ahmadiah Islamiah. " Bangunan masjid menggunakan kayu yang orang Melayu sebut kayu cengah. Ada kolaborasi budaya Melayu dan Cina (di segi arsitektur masjid). Budaya Melayu nampak pada ukiran bunga yang ada di ujung-ujung atap. Budaya Cina nampak pada atap masjid ", Ujar SiDin Yusuf.
Bagian dalam masjid berlantai kayu ini terdiri dari tiga ruangan, yaitu depan, tengah dan belakang. Bagian depan masjid, lanjut Yusuf, telah tersentuh pemugaran, namun amun bagian tengah dan dalam masih asli. Bagian ruang depan dengan tengah bangunan masjid disekat dinding kayu dengan dua pintu berukuran besar dan kecil yang menghubungkan kedua ruangan. Bagian depan sudah desain baru, bagian belakang asli yaitu konstruksinya tidak menggunakan paku.
" Seiring waktu, terjadi dua kali pemugaran besar pada bagian pondasi masjid. Pertama kaki-kaki masjid yang dari kayu diperbaiki, namun karena termakan usia dan lapuk, pondasi kaki masjid ditambahi semen pada 1357 Hijriah ", Ujar SiDin Yusuf. Meski telah mengalami dua kali pemugaran sejak awal pembangunannya, namun ketika nak memugar lagi masjid ini agar lebih besar dan menampung lebih banyak umat, tetapi tidak jadi lantaran akan mengurangi keaslian arsitektur masjid. " Lebih baik tetap menjaga keaslian. Untuk menjaga masjid ini diperlukan sifat sabar, kepandaian, bersatu padu, sifat ikhlas ", Ujar SiDin Yusuf.
Masjid yang terbuat dari kayu itu terkesan sederhana dan mirip rumah panggung yang di atapnya dipasang beberapa kipas angina memiliki keluasan 180 m2 dan kawasan ini juga ditemukan museum alquran kuno yang dikelola Yayasan Pendidikan Ahmadiah Islamiah. " Bangunan masjid menggunakan kayu yang orang Melayu sebut kayu cengah. Ada kolaborasi budaya Melayu dan Cina (di segi arsitektur masjid). Budaya Melayu nampak pada ukiran bunga yang ada di ujung-ujung atap. Budaya Cina nampak pada atap masjid ", Ujar SiDin Yusuf.
Bagian dalam masjid berlantai kayu ini terdiri dari tiga ruangan, yaitu depan, tengah dan belakang. Bagian depan masjid, lanjut Yusuf, telah tersentuh pemugaran, namun amun bagian tengah dan dalam masih asli. Bagian ruang depan dengan tengah bangunan masjid disekat dinding kayu dengan dua pintu berukuran besar dan kecil yang menghubungkan kedua ruangan. Bagian depan sudah desain baru, bagian belakang asli yaitu konstruksinya tidak menggunakan paku.
" Seiring waktu, terjadi dua kali pemugaran besar pada bagian pondasi masjid. Pertama kaki-kaki masjid yang dari kayu diperbaiki, namun karena termakan usia dan lapuk, pondasi kaki masjid ditambahi semen pada 1357 Hijriah ", Ujar SiDin Yusuf. Meski telah mengalami dua kali pemugaran sejak awal pembangunannya, namun ketika nak memugar lagi masjid ini agar lebih besar dan menampung lebih banyak umat, tetapi tidak jadi lantaran akan mengurangi keaslian arsitektur masjid. " Lebih baik tetap menjaga keaslian. Untuk menjaga masjid ini diperlukan sifat sabar, kepandaian, bersatu padu, sifat ikhlas ", Ujar SiDin Yusuf.
Langkasuka
hingga Pattani,
Masjid Wadi Al-Hussein Saksi Islam abad 12 di Pattani.
Masjid Wadi Al-Hussein Saksi Islam abad 12 di Pattani.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar