Sabtu, 28 Desember 2024

SEJARAH DAN KEBUDAYAAN SUKU BANJAR KALIMANTAN SELATAN

NusaNTaRa.Com           

byBakuINunukaN,    S   a   b   t   u,    2   8     D   e   s   e   m   b   e   r     2   0   2   4            

Suku Banjar dari Kalimantan Selatan
Suku Banjar  berada Kalimantan Selatan,  Suku Banjar dalam bahasa Banjar biasa  disebut  " Urang Banjar "   adalah salah  satu  suku bangsa  yang  menempati wilayah   Kalimantan Selatan, dan  sebagian  Kalimantan bagian tengah  dan  Kalimantan Timur.   Namun populasi suku  Banjar   juga  dapat ditemui  di wilayah  Riau,  Jambi,  Sumatera Utara dan  Semenanjong Malaysia  karena  proses  migrasi  orang Banjar  pada  abad ke - 19  ke Kepulauan  Melayu.

Sejarah

Suku bangsa Banjar berasal dari daerah Banjar  yang merupakan  pembauran masyarakat  DAS  DAS  BAHAN,  DAS Barito,  Das Martapura Das Tabanio.   Sungai Barito bagian hilir  merupakan kawasan pusat  kediaman  Suku Banjar.   Kemunculan suku  Banjar  bukan  hanya sebagai konsep  etnis  tetapi juga  konsep politis,  sosiologis,  dan  juaga  agamis.

Menurut  hikayat  Banjar,  dahulu  kala penduduk pribumi  Kalimantan Selatan  belum terikat  dengan satu kekuatan  politik dan  masing - masing puak  masih menyenut  dirinya berdasarkan  asal  Daerah  Aliran Sungai  misalnya  Orang Batang Alai,  Orang  Batang Amandit,  Orang  Batang Tabalung,  Orang  Batang Balangan,  Orang  Batang Labuan Amas,  dan  Sebagainya.

Sebuah etnis Politik  yang bernama  Negara Dipa terbentuk  yang mempersatukan   puak - puak yang  mendiami semua  daerah aliran sungai tersebut.   Negara Dipa  kemudian  digantikan  oleh  Negara Daha.   Semua penduduk  Kalimantan Selatan  saat itu merupakan  warga  Kerajaan Negara Daha,  sampai ketikaseorang  Pangeran  dari  Negeri Daha mendirikan sebuah Kerajaan  di Muara  sungai Barito  yaitu  Kesultanan Banjar.   Dari sanalah  nama Banjar bersal,  yaitu dari nama  Kampung Banjar  yang terletak di  Muara Sungai Kuin,  di tepi  Kanan Sungai Barito.

Mitologi  Suku Dayak  Meratus (suku bukit)  menyatakan bahwa  suku Banjar  (terutama banjar  Pahuluan)  dan suku bukit  merupakan  keturunan   dua kakak beradik  yaitu Si Ayuh / Datung Ayuh /  Dayuhan /  Sandayuhan  yang menurunkan  Suku Bukit  dan  Bambang Siwara /  Bambang Basiwara  yang  menurunkan  Suku Banjar.

Sesuai dengan  statusnya sebagai  nenek moyang  atau  cikal bakal  orang  Dayak Maratus,   maka nama  Sandayuhan  sangat populer  di kalangan  orang Dayak Meratus.   Banyak sekali  tempat - tempat  di seantero  pegunungan  Meratus yang  sejarah  keberadaannya diceritakan  berasal - usul   dari aksi  heroik  Sandayuhan.   Salah satu  diantaranya adalah  Tebing Batu  Berkepala Tujuh,  yang konon adalah  penjelmaan dari  Samali'ing,  Setan berkepala Tujuh  yang berhasil  dikalahkannya dalam  suatu  Kontak Pisik  yang sangat  menentukan.  

Suku bangsa  Banjar terbentuk  dari  Suku - suku  Bukit,  Maanyan,  Lawangan  dan  Ngaju yang dipengaruhi  oleh  kebudayaan  Melayu yang berkembang  sejak  zaman  Sriwijaya dan  Kebudayaan  Jawa pada  zaman Kerajaan Majapahit  dipersatukan oelh  kerajaan  yang beragama Budha,  Hindu  dan  terakhir Islam,  dari kerajaan  Banjar  sehingga  menumbuhkan  suku bangsa Banjar yang berbahasa Banjar.   Suku bangsa  Banjar terbagi  mendadi  tiga  subsuku,  yaitu  :   

1.  (Banjar)  Pahuluan. 

Banjar Pahuluan pada  asanya adalah  penduduk  daerah  lembah - lembah sungai  (Cabang sungai Nagara)  yang berhulu  ke  Pegunungan  Meratus.

2.  (Banjar)  Batang Banyu.

Banjar Batang Banyu  mendiami lembah  sungai  Negara.

3.  (Banjar)  Kuala  

Suku Banjar bermukin di sepanjang S Barito hingga ulu

Sedangkan  urang Banjar Kuala  mendiami sekitar  Banjarmasin  dan  Martapura.   Bahasa yang mereka  kembangkan dinamakan  Bahasa Banjar,  yang terbagi  dalam dua dialek  besar  yaitu   Banjar Hulu  dan  Banjar Kuala.   Nama Banjar diperoleh karena  mereka dahulu  (sebelum kesultanan Banjar  dihapuskan  pada tahun  1860)  adalah warga  Kesultanan Banjarmasin  atau  disingkat Banjar,  sesuai  dengan nama ibukotanya  pada mula  berdirinya.   Ketika ibukota  dipindahkan  ke arah pedalaman   (Terakhir  di Martapura),  nama tersebut nampaknya  sudah baku atau tidak berubah lagi.

4.  (Banjar)  Pahuluan    

Sangat mungkin sekali pemeluk Islam sudah  ada sebenarnya di sekitar keraton yang  dibangun di  Banjarmasin,  tetapi pengislaman secara  massal  diduga  terjadi setelah  raja Pangiran Samudera yang  kemudian dilantik  menjadi  Sultan Suriansyah,  memeluk  Islam diikuti warga  kerabatnya,  yaitu bubuhan  raja - raja.   Perilaku raja ini  diikuti elit ibukota,  masing - masing tentu menjumpai penduduk pedalaman,  yaitu orang  Bukit,  yang dahulu diperkirakan mendiami  lembah - lembah  sungai yang sama.

Untuk kepentingan keamanan, atau karena memang ada ikatan kekerabatan,  cikal bakal suku Banjar  membentuk komplek  pemukiman tersendiri.   Komplek pemukiman  cikal bakal suku  Banjar  (Pahuluan)  yang pertama ini merupakan  komplek pemukiman bubuhan,  yang pada mulanya  terdiri dari seorang  tokoh yang berwibawa sebagai kopalanya dan warga keraabatnya  dan mungkin  ditambah dengan  keluarha - keluarga  lain yang bergabung  dengannya.

Model yang sama  atau hampir sama juga  terdapat pada masyarakat  balai atau kalangan  masyarakat orang  Bukit,  yang pada asanya  masih berlaku sampai sekarang.   Daerah  lembah  sungai - sungai  yang berhulu di  Pegunungan Meratus ini nampaknya wilayah   wilayah pemukiman pertama  masyarakat Banjar,  dan di daerah inilah  konsentrasi penduduk yang banyak sejakzaman kuno, dan  daerah inilah yang dinamakan  Pahuluan.   Apa yang dikemukakan di atas  menggambarkan  terbentuknya  masyarakat (Banjar) Pahuluan,  yang tentu saja  dengan kemungkinan adanya unsur  Orang Bukit   ikut membentuknyal

5.  (Banjar)   Batang Banyu   

Masyarakat (Banjar)  Batang Banyu  terbentuk disuga erat sekali berkaitan  dengan terbentuknya pusat  kekuasaan yang  meliputi  seluruh wilayah Banjar,  yang barangkali  terbentuknya  pusat kekuasaan yang meliputi  seluruh wilayah  Banjar,  yang barangkali  terbentuk pertama  di  Hulu Sungai Nagara atau cabangnya yaitu   Sungai Tabalong.   Sebagai warga yang berdiam  di ibukota tentu merupakan  kebanggaan tersendiri,  sehingga  menjadi kelompok penduduk  yang terpisah.   

Daerah tepi  Sungai Tabalong  adalah merupakan  tempat tinggal tradisional  dari Orang  Maanyan  (dan  Orang Lawangan),  sehingga  duga banyak yang  ikut serta membentuk  Subsuku Banjar Bantang Banyu,  di samping tentu saja  orang - orang  asal  Pahuluan   yang pindah ke sana dan para pendatang  yang datang dari luar.   Bila di Pahuluan  umumnya orang  hidup  dari bertani (subsestens),  maka banyak di antara  penduduk  Batang Banyu  yang bermata  pencarian sebagai  pedagang  dan pengrajin.

6.  (Banjar)  Kuala

Ketika pusat kerajaan dipindahkan ke  Banjarmasin  (Terbentuknya Kesultanan Banjarmasin),  sebagai warga  Batang Banyu  (dibawah) pindah ke pusat  kekuasaan yang baru  ini dan  bersama - sama  dengan penduduk sekitar  keraton yang sudah ada sebelumnya,  membentuk  Subsuku Banjar.   Dikawasan ini nereka berjumpa  dengan  Orang Ngapu,  yang sepertinya hal dengan  masyarakat Bukit  dan Masyarakat  Maanyan   serta  Lawangan,  banyak diantara mereka yang  akhirnya  melebur ke  dalam  masyarakat Banjar,  setelah mereka memeluk agama Islam.

Mereka yang  bertempat tinggal di sekitar ibukota  Kesultanan inilah  sebenarnya yang dinamakan   atau menamakan  dirinya orang  Banjar,  sedangkan masyarakat  Pahuluan dan  Masyarakat Batang Banyu  biasanya menyebutkan  dirinya   sebagai orang (asal dari)  kota -   kota  kuno yang  terkemuka dahulu.   Tetapi bila berada  di luar  Tanh Banjar,  mereka  atau tanpa  kecuali   mengaku  sebagai  orang Banjar.    

Sistem Kekerabatan    

Sebagaimana  sistem kekerabatan umunya,  Masyarakat Banjar mengenal  istilah - istilah tertentu  sebagai panggilan dalam  keluarga  yang berpusat dari  ULUN  sebagai penyebutnya.   Bagi ULUN  juga terdapat panggilan  untuk  saudara dari  ayah  atau ibu,  Saudara  tertua di sebut juga JULAK,  saudara kedua disebut GULU,   saudara berikutnya disebut  TUHA,  saudara tengah dari ayah atau ibu disebut ANGAH, dan  yang lainnya biasanya disebut PAKACIL (paman muda/kecil)  dan MAKACIL (bibi muda/kecil),  sedangkan termuda  disebut  BUSU.  Untuk memanggil saudara dari KAI dan NINI  sama saja,  begitu pula untuk saudara DATU.

Disamping istilah di atas masih ada pula sebutan lainnya,  yaitu  :   MINANTU (Suami/istri dari anak ULUN).  PAWARANGAN  (ayah/ibu dari menantu),  MINTUHA  (ayah/ibu dari suami/Istri ULUN),  MINTUHA LAMBUNG  (saudara mintuha dari ULUN),  SABUNGKUT  (orang yang satu datu  dengan  ULUN),  MAMARINA (sebutan umum untuk Saudara  ayah/ibu dari ULUN),  KEMANAKAN  (anak kakak/adik dari ULUN),   SEPUPU SAKALI  (anal mamarina dari ULUN),  MARUAI  (Istri sama istri bersaudara),  IPAR  (saudara dari Istri/suami dari ULUN),  PANJULAKNYA  (saudara tertua dari ULUN),  PAMBUSUNYA  (saudara terkecil dari ULUN)  dan  BADANGSANAK  ( saudara kandung).

Untuk memanggil orang yang seumur bisa dengan panggilan IKAM,  boleh juga menggunakan kata AKU  untuk menunjuk diri sendiri,   Sedangkan  untuk  menghormati atau memanggil yang lebih tua  digunakan kata  PIAN,  dan kata ULUN untuk  menunjuk  diri  sendiri.    

Aliran Sungai Barito wilayah pemukiman suku Banjar


Suku Banjar berasal dari  sekitar  Sungai Barito.  

Suku Banjar  disebut juga  Urang Banjar tersebar di Borneo.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ACEH SANG PENAKLUK TANAH BATAK

NusaNTaRa.Com                           byMuhammaDNunukaN,       R   a   b   u,    2   2     J   a   n   u   a   r   i     2   0   2   5   ...