Selasa, 17 Desember 2024

PEJUANG DAYAK BA'NYADU KALBAR SANGAT PIAWAI DALAM MENJALANKAN NGAYAU

NusaNTaRa.Com             

byBakuIAgabaG,       S   e   l   a   s   a,   1   8    D   e   s   e   m   b   e   r    2   0   2   4         

Dayak Ba'nyadu di Kab. Landak Prov. Klimantan Barat
Dayak Ba'nyadu atau Dayak Banyuke  salah satu sub suku rumpun Dayak Darat (Klemantan),  Sebutan Dayak Ba'nyuke  asal mulanya di ambil dari  nama debuah  kota dari orang Banyadu di masa lalu  yaitu Kota Banyuke,  yang sekarang  hanyalah  berupa sebuah Kampung  yang terletak  di Desa Samade  (Kec.  Banyuke Hulu,  Kabupaten  Landak).    Sedangkan  untuk sebutan  "Ba'nyadu"  diambil dari istilah  dalam  bahasa mereka sendiri yaitu asal kata  " Nya'du " yang artinya  " Tidak "  dan kata ini digunakan  sebagai istilah  pembeda  dialek dengan dialek Dayak lainna.

Menurut tradisi lisan orang Ba'nyadu   / Dayak Banyuke  adalah subsuku  Dayak yang terbentuk  dari  asimilasi  antara Dayak Bidayuh  (Sungkung) dengan Dayak Salako,  lebih tepatnya  adalah terbentuk dari percampuran   antara keturunan  Salutok Salunukng  dengan kuturunan  dari Lubish dan pengikutnya.   Dayak  Banyadu ini,  suku yang ada di Kalimantan Barat,  wilyah  penyebaran mereka hingga ke Kabupaten Landak, Kab. Bengkayang  dan Kab.  Sanggau.   Sub Suku ini mayoritas  beragama Katolik 60 %,  Protestan  30 % dan  sisanya  Agama Adat (Karimawatn / Kaharingan).  

Eksistensi sejarah  Dayak Ba'nyadu ;  Berdasarkan  cerita dan analisis   terhadap  bahasa mereka.   Diketahui bahwa Dayak Banyuke  atau  orang Ba'nyadu adalah Subsuku  Dayak yang terbentuk  dari asimilasi antara  Dayak  Bidayuhik  Bakati dengan Dayak Salako.   Mereka adalah Subsuku Dayak yang terbentuk dari percampuran anak cucu  kakek Salutok, Salunuking  bersama pengikutnya  dengan  anak - cucu  kakek Lubish dan pengikutnya.

Salutok Salunukng adalah salah satu putra Raja terakhir Dayak Bidayuh  dari Kerajaan Sikukng  (Sungkung) ,  Raja Sikukng yang terakhir ini bernama  Siang Nuk Nyinukng.   Kejadian ini  beribu - ribu tahun, sebelum tahun Masehi, awalnya Salutok Salunukng bersama adiknya yang bernama  Buta Sabangam  (nenek moyang Dayak Bakati)  beserta bersama para  pengikut mereka,  diutus oleh Ayahanda mereka untuk menempati tanah di bagian  Solatan Sungkung.   Di dalam perjalanan adiknya  Butag Sabangam  tidak dapat melanjutkan perjalanan ke  Solatan,  kemudian mereka berpisah.   Pada  saat berpisah sebagian besar pengikut mereka memilih menemani  Buta Sabangam.   Akhirnya Salutok Salunukng  bersama  sebagian kecil  pengikutnya,  yang masing - masing membawa serta keluarganya  memilih melanjutkan  melanjutkan perjalanannya ke Solatan.

Pada suatu masa,  keturunan  mereka yang masih berbahasa Dayak Bidayuh  berasimilasi dengan warga Dayak Bakati  yaitu Sub-suku Dayak Keturunan Butag Sabangam dan pengikutnya.   Karena jumlah orang Bakati lebih banyak menyebabkan mereka ikut menggunakan Bahasa Bakati  yaitu varian baru dari bahasa Dayak Bidayuh.   Setelah  beradab - abad mereka bercampur dan mendiami kawasan dimana kota Bengkayang berada saat ini.   Kemudian mereka membangun kerajaan bersama   yang diberi nama Kerajaan Bawakng.   Hingga pada suatu massa,  warga Dayak Kenayatn dengan rombongan besar daritanah asal mereka  dikawasan pesisir  Kota Bawakng  yaitu ibu kota (Bandong)  dari Kerajaan Bawakng - Basawag yaitu ibukota (Bandong) dari Kerajaan Bawakng-Basawag yaitu yaitu ibu kota (Bandong) dari Kerajaan  Bawakng.

Disana mereka tinggal bersama dengan orang Bakati,  kedatangan mereka terjadi dimasa pemerintahan Raja Saapangkok (Sepinggangku/setinggi pinggangku) yaitu masa dimana kerajaan Bawakng  mulai jaya  yang pada orang Kanayadikenal dengan sebutan masa  "Bawakng Negeri Subayatn  (Bawaking negerisurgawi).   Kejayaan  kerajaan Bawaking inilah yang membuat warga Dayak Kanayatn mendatanginya.   Setelah warga Kanayatntinggal  mereka berbaur dengan warga Bakatibahkan banyak orang Kanayatn yang menikah dengan para pembesar kerajaan.   Bawking Basawag (buah bertahunan0 yaitu ibu kota kerajaan Bawakng yang terletak diSingakng (lereng) gunung bawah.  

Istilah Bawakngadalah kosakata dalam bahasa   Bidayuhikkuno sebelum digantikan dengan istilah  "buah" yaitu kosa kata serapan dari bahasa  Dayak Kenayatn.  Dan kata "Basawakng" sendiri terbentuk dari kata "ba" yaitu istilah imbuhan yang berarti "ber" Dan kata  "sawag" yaitu kosa kata dari bahasa Bidayuhik untuk menyebut "tahun" .   Dengan demikian kota Bawakng - Basawag  berarti  "Buah bertahunan",  hal ini disebabkan oleh kawasan kota  Bawakng Basawag  dahulu adalah kawasan yang menghasilkanberagam jenis buah tropis sepanjang tahun. 

Selanjutnya, setelah beberapa abadkemudian,  keturunan Salutok Salunukng yang berbahasa Bakati menetap di Selatan Gunung Panuk (Bukit Jamur Bengkayang)  mulai berhubungan secara intensif dengan warga keturunan  Kakek Lubish yang bermukim di Barat Data Gunung Panokng.   Kakek Lubish dan keturunannya berbicara menggunakan bahasa Dayak Kanayatn (orang Bananag).   Kakek Lubish salah satu pemimpin dari warga yang berbahasa Kanayatn yang meninggalkan kota Bawakng Basawag,  beliau dan rombongannya hendak menuju ke Kerajaan  Keokng-Kannakng milik Dayak Tobag - Mali,  menyebarkan Agama Jubata.   Keperhian beliau tidak dapat  dilanjukan karena beliau Jatuh Sakit  dan memaksa beliau dan pengikutnya berhenti dan tinggal di Selatan Gunung Panokng.

Lama kelamaan terjadi proses asimilasin(percampuran) antara anak-cucu  keturunan Salutok Salunukng yang telah berbahasa Bakayi  dengan abak - cucunketurunan kakek Lubishyang berbahasa Dayak Kanayatn (Orang Bananag).  Percampuran bahasa mereka berkembang menjadi varian bahasa baru yang dikenal dengan sebutan nahasa Banyadu.   Orang Banyadu menyebar  mendiami  pedalaman daerah Landak, Bengkayang dan Sanggau Kapuas,   orang Banyadu mendiami daerah asalnya di Banyuke hulu kecamatan Banyuke Hulu Kab. Lanadak Kalimantan Barat.

Dahulu sebelum nenyebar , seluruh orang Banyadu mendiami kampung besar  yang dibangun orang Banyadu pertamakali itu bernama "Banyuke".   Kota Banyuke dijadikan Bannokng, istilah Bannoking/Bandung sendiri adalah istilah yang bermakna  " Pusat pemerintahan atau  ibu kota " suatu bentuk pemerintahan.   Wilayah pemerintahan orang Banyadu ini dinamai Banua Satona yang berbandung pada kota Banyuke.   Seringkali kota Banyuke yang merupakan Bandong dari Banua Satona hanya disebut dengan nama Bandong - Satona,  yang dimaksud adalah Bandong (ibukota / pusat pemerintahan) dari Banua Satona.

Sejak di mualinya Masa Pengayauan di kalangan bangsa Dayak,  nenek Moyang Dayak Banyadu mulai  menyebar keluar  dari BandongBanua-nya.   Orang Banyadu yang menyebar masa itu di rintis para Prajurit Kayau yang melakukan pengayauan  serta penaklukkan  terhadap Subsuku Dayak lain.   Akibatna orang Banyadu (Orang yang berasal dari Bandong-Banyuke) dimasa lalu menjadi sangat terkenal  dan disegani serta ditakuti subsuku Dayak lain.   Meskipun terkenal dengan kegagahan dan keberaniannya , adakalanya para  prajurit  Kayau Dayak Ba'nyadu titak berhasil menaklukkan subsuku Dayak lain.   Para prajurit  Kayau Dayak Ba'Nyadu yang tidak berhasil membawa kepala  manusia ini,  memilih tidak pulang  dan menetap di daerah taklukkannya  serta membangun pemukiman baru di situ dan mengawini  gadis-gadis didaerah taklukkannya.    

Umunya kepergian prajurit Kayau Dayak Ba'nyadu zaman dulu dilakukan melalui jalur sungai, dengan petahu mereka menyusuri  hilir sungai yang diberinama seperti nama Bandong-nya yaitu Sungai Banyuke.    Selain karena aktipitas Pengayauan penyebaran orang B'nyadu juga terjadi karena alasan perladangan,  masyarakat pada masa itu mulai mencari daerah baruyang jauh dari Bandong-nya untk berladang,  sebagai akibatnya Banyuke yang sebelumnya berupa sebuah kampung besar / kota lama- kelamaan mengecil hingga hanya menjadi sebuah kampung kecil,  karena ditinggal menyebar oleh penduduknya.   Ketika berada di luar Bandongnya itulah yang menebabkan orang Dayak Ba'nyadu zaman dulu dikenal dengansebutan orang Banyuke oleh masyarakat Dayak yang menjadi tetangga  negerinya,  hal ini terjadi karena mengingat mereka berasal dari Kota Banyuke.

Sering terjadi kekeliruan masyarakat Dayak disebut Banyuke,  terutama  generasi muda sekarang dimana anggapan mereka yang disebut orang Banyuke  adalah Dayak Kanayatn yang berdialek   Banane/Bangape alias orang Darit dan cenderung teguh meyakini padahal yang benar adalah untuk sebutan masyarakat Dayak yang berdialek Banyadu.   Hal ini tentunya didasari oleh alasan bahwa semua desa atau semua penduduk yang tinggal di hilir dekat muara dan dan dihulu dari sungai yang mengalir di daerah tersebut adalah orang Ba'nyadu, dan terlebih dikarenakan asal kata Banyuke  itu adalah dari nama kota yang menjadi Bandong atau Bandung (Pusat Pemerintahan / ibu kota) dari Banua Satona milik orang Ba'nyadu yang terletak di hulu sungai Banyuke tersebut.

Gadis Dayak Ba'Nyadu 

Dayak Ba'nyadu  Dayak Banyuke  di Landak  Kalbar.

Mengayau satu sikap pahlawan Dayak Ba'Nyadu di Kalbar.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ACEH SANG PENAKLUK TANAH BATAK

NusaNTaRa.Com                           byMuhammaDNunukaN,       R   a   b   u,    2   2     J   a   n   u   a   r   i     2   0   2   5   ...