NusaNTaRa.Com
byAsnISamandaK, J u m a t, 1 2 D e s e m b e r 2 0 2 4
Glenda Chong dan Justin Chan gambar scan bayi mereka |
Dengan keramahannya yang hebat Glenda berbincang dengan kami, caranya berbincang dengan orang asing dan
santai, hal ini menunjukkan kalau beliau
terlatih dengan professional yang telah
ia lewati dalam tugasnya. Pagi itu kami
ngobrol akan hal - hal ringan soal "hutan belantara" tempat dia dan dua dan dua anjingnya tinggal meski demikian saya telah bersiap dengan
pembicaraan yang akan menguras
air mata.
Seharusnya
dang ini menjadi pembicaraan yang
menyenangkan soal bagaimana rekan kerja
saya yang telah berusia 51 tahun menjalani saru siri kehidupan yang eksaitik
yaitu "Kehamilan" empat
bulannya setelah lebih dari
sepuluh (10) tahun berjuang
menjalani Program in - vitro fertilisation (IVF)
atau bayi tabung. Tapi saya tahu betul, itu adalah sebuah perjalanan yang tidak mudah bagi dia. Pun bagi saya karena editor saya tahu betapa
femiliarnya saya dengan program Bayi Tabung,
bahkan ia menawarkan saya
menyerahkan tugas wawancara
kerekan yang lain.
Takutnya
akan keterlarutanku dalam emosi, sudah
selang tiga tahun sejak saya terakhir menjalani program bayi tabung. Namun pergolakan emosi dalam enam tahun terakhir masih membuat saya
membuat saya malas membicarannya lagi, saya mengira Glenda pun akan seperti itu. Btapapun juga, kami berdua
telah melalui harapan dan kekecewaan yang berkali - kali datang usai
disuntikkan obat - obatan demi meningkatkan peluang
kehamilan.
Genda duduk di kursi Kursi Rotan hadiah pernikahan dari mendiang orang tuanya ketika saya bertanya apakah dia dan
suaminya yang pengacara memang
ingin punya anak.
Glenda yang mengenakan kardigan
Putih dan gaum longgar orange
sehingga membuat perut hamilnya
sulit terlihat, menjawab bahwa
impian mereka sejak
menikah pada 2014 adalah membentuk
sebuah keluarga. Kehidupan "masa kecil yang luar biasa" membuat mereka yngin berbagi kehidupan yang
sangat indah ini dengan "Justin
dan Glenda Kecil".
" Tidal
lama setelah kami menikah, itulah saatnya
kami memulai mencoba (punya anak) ",
Ujar SiGaluH Glenda Dang. Glenda
sadar mereka agak sedikit
telat karena ketika menikah usianya
sudah 41 tahun dan
suaminya sudah 38 tahun.
Jadi Glenda melakukan yang
terbaik agar dirinya
bisa hamil - mulai dari setop minum alkohol dan Kopi,
lalu rajin olah raga agar tetap
fit. Berbagai cara yang melelahkan
telah mereka lalui, mengecek suhu tubuh
kan akan berovolusi, menjalani terapi
obat dan akupuntur di ahli obat
tradisional China dan mengecek melalui aplikasi ponsel untuk mengetahui
siklus masa suburnya.
" Seks-nya sesuai permintaan saja ",
Ujar Cakap SiGaluH Glenda sambil
tertawa. Chan yang duduk di sampingnya
selama wawancara menimpali : "
adinya tidak terlalu romantis ... dan seluruh rumah baunya seperti kamar
pengobatan ". Setelah dua tahun yang tidak membuahkan
hasil, akhirnya mereka beralih ke IVF, program kehamilan yang memungkinkan
perempuan menghasilkan lebih banyak sel telur ketimbang biasanya. Sel telur itu
kemudian diekstraksi dan dibuahi dengan sperma di sebuah tabung untuk menghasilkan
embrio sebelum akhirnya ditanamkan kembali ke rahim pasien.
Secara
teori, program ini sepertinya terdengar mudah. Namun tingkat kesuksesan program
bayi tabung bagi perempuan di atas usia 40 tahun hanya sekitar 20 persen.
Peluangnya kian menipis seiring pertambahan usia, nyaris nol di usia 45
tahun. Dalam 10 tahun terakhir, Glenda Chong
berkisah, mereka telah mendatangi enam dokter, termasuk dua di luar negeri dan mereka berganti dokter "seperti berganti kaos kaki", langsung pindah ke yang lain setelah mendengar
adanya teknologi atau prosedur baru. " Sebagai gambaran, ketika kami tengah
berusaha, salah satu dokter kandungan kami pension ",
Cakap SiGaluH Glenda Laji. Mereka
telah menghabiskan ratusan ribu dolar Singapura dan melakukan hampir semua
pengujian.
Glenda Chong menjalani hamil Bayi tabung dan suami Justin Chan |
Bertahun-tahun
menjalani prosedur bayi tabung, seseorang sudah tidak lagi mengingat berapa
banyak pertemuan dengan dokter, tes darah, mencubit lemak di perut (yang jadi
mudah karena obat-obatannya membuat berat badan naik) dan pembekuan lemak
sebelum menyuntikkan obat-obatan dosis khusus setiap harinya. Saya akhirnya menyadari bahwa perjalanan ini
menjadi semakin sulit dan sulit lagi. Sering melakukannya bukannya jadi lebih
mudah, malah lebih berat dan Glenda menyadari usianya semakin tua.
Akhirnya, mereka memutuskan Juni lalu menjadi prosedur bayi tabung terakhir,
apa pun hasilnya nanti.
Sepertinya
momen untuk berhenti melakukannya juga pas - tahun ke-10 pernikahan mereka, dan
kali ke-10 mereka menjalani program bayi tabung. "
Saya ingat berkata kepada Justin ... Beneran, ini akan jadi yang
terakhir buat saya ... kalau tidak berhasil juga, kami akan berhenti dan mulai
merencanakan pensiun, apa yang mau dilakukan nanti, hal-hal seperti itu ",
Ujar Cakap SiGaluH Glenda Chong Dang.
Keputusan
menjadikannya yang terakhir malah justru membuat Glenda lebih tenang. Dia
mengaku sangat relaks ketika menjalani prosedur itu lagi, "
Kami tidak punya harapan apa-apa, cuma, yah, kalau berhasil, ya
berhasil. Syukurlah. Kalau tidak berhasil, ya sudah ",
Cakapnya Laji Dang. Kegembiraan
lantas menyergap ketika kali ini upaya mereka membuahkan hasil. Tapi mereka
tidak lantas kegirangan dengan sontak menelepon sahabat atau saudara-saudara.
Mereka
menahan diri untuk membagikan kabar gembira itu, karena khawatir akan
"kesialan". Pasalnya, kehamilan yang masih terlalu dini rentan
mengalami masalah, seperti kekurangan kromosom pada bayi. Semua rekan kerjanya, kecuali empat orang,
baru tahu soal kehamilannya setelah membaca artikel ini, kendati sudah dipastikan melalui berbagai tes
bahwa dia benar-benar hamil, namun pasangan itu tidak ingin terlalu larut dalam
kebahagiaan. Dia tidak berniat membeli
peralatan bayi atau merancang kamar bayi sampai dekat hari kelahiran nanti.
Kami
memasuki pertanyaan yang sepertinya akan membuat saya menangis dan akhirnya
menggunakan tisu yang sudah saya bawa di dalam tas. Saya bertanya, apakah dia pernah ingin
menyerah, dan apakah ada orang-orang yang memintanya untuk menyerah saja. Ketika sudah gagal tiga kali, kenang Glenda,
seorang perawat tanpa ditanya tiba-tiba menasihatinya bahwa memang terkadang
usaha itu "tidak berhasil". "
Saya tidak tahu bagaimana perasaan saya ketika itu. Di satu sisi, tidak
ada yang berhak berkata seperti itu kepada saya. Tapi di sisi lain, dia mungkin
sudah menangani ratusan bahkan ribuan perempuan, dan dia tahu soal itu ... saya
kira itu nasihat yang baik ", Ujar
SiGaluH Glenda Chong dengan Boneernya (Tegasnya).
" Jadi
tidak peduli seberapa keras saya mencoba ... Saat itulah saya benar-benar
terpukul, dan saya sadar bahwa waktu tidak memihak saya ... harapan mulai pudar
", Ujar dia, mengaku perasaannya
sangat kacau ketika itu. " Ini
sudah bukan lagi soal perasaan, tapi soal bukti empiris. Kamu melihat sendiri
apa yang terjadi, dan tidak ada yang bisa kamu lakukan ".
Apakah dari
serangkaian prosedur tersebut ada yang menghasilkan kehamilan yang tidak
sempurna atau keguguran ? Glenda mengaku pernah mengalami satu keguguran,
tapi kehamilan masih di tahap sangat awal setelah pembuahan sehingga dia "
tidak merasakan apa-apa". Menurut
dia, lebih baik gagal di awal daripada sudah tumbuh menjadi embrio dengan
kualitas yang buruk. Perjuangan untuk
hamil terkadang juga menimbulkan keretakan dalam rumah tangga, dan saya
bertanya pada Glenda apakah dia pernah mengalaminya. Justin pernah mengatakan ketika kami sedang
cekcok ... 'Apakah saya saja tidak cukup
?' Kamu lebih dari cukup, tapi saya mau
yang lebih dari kamu. Saya mau ada 'kamu yang kecil' berlarian ke sana
kemari"
Bekerja di
bidang pemberitaan, kata Glenda, membuatnya terlatih mengendalikan emosi dan
menjaga penampilan dirinya, bahkan dia
menganggap bahwa dia "sudah tak punya perasaan" terhadap dirinya
sendiri karena menahan tangis atau bersedih.
" Lakukan sesuatu untuk
membuat dirimu lebih baik. Jangan bersedih, karena kamu sendiri yang memilih
jalan ini, jadi lakukan saja. Dengan cara ini saya membuat diri saya tegar ",
Cakap Glenda Chong Dang.
Dia pergi
hiking dengan teman-temannya atau jalan-jalan untuk menjernihkan pikiran.
Suaminya punya julukan untuk istrinya itu karena sifatnya yang pantang menyerah : Si
rudal serbu. Sementara Glenda menyebut
dirinya sendiri seperti ini : " Saya seperti anjing bulldog. Kau tahu,
ketika saya sudah bersungguh-sungguh, saya akan terus menggigit dan tidak
meninggalkan sisa ".
Menurut
Glenda, kehamilannya sejauh ini lancar-lancar saja. Dia tidak mengalami mual di
pagi hari, tapi di malam hari dia merasa sangat tidak nyaman. Glenda yang telah berada di industri
televisi sejak 1997 pernah mendapatkan penghargaan presenter terbaik pada Asian
Television Award pada 2001 dan bertugas sebagai koresponden CNA di Shanghai,
China, pada 2008 hingga 2011. Meski
sekarang beban kerjanya masih sama, tapi nantinya dia akan mengurangi jam
tampilnya di TV. Jelang tanggal kelahiran, dia akan lebih banyak di balik meja,
yang menurutnya pasti akan sulit bagi dirinya.
Karena usianya, kehamilan Glenda termasuk berisiko tinggi. Dia harus rutin seminggu sekali mengecek kandungannya ke dokternya, dr. Suresh Nair, direktur medis di klinik fertilitas Seed of Life. Menjalani program bayi tabung bukan soal seberapa kuat tubuh kita melaluinya, tapi seberapa siap hati kita menerima hasilnya. Dan hati Glenda yang sekuat baja layak dapat pujian. Saya kemudian mempertimbangkan untuk kembali menjalani program bayi tabung, dan berharap bisa setegar Glenda, sehingga saya tidak perlu menggunakan tisu yang saya bawa untuk menyeka air mata.
Glenda Chong presenter Singapura bersama keluarha, menjalani 10 kali bayi tabung baru sukses |
Glenda Chong
presenter singapura hamil bayi tabung.
Glenda Chong hamil
di usianya ke 51 tahun Dang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar