NusaNTaRa.Com
byTarmidIKapundjeN, S e n i n, 0 2 D e s e m b e r 2 0 2 4
Gajah Mada, Patih Amangkhubumi Kerajaan Majapahit. Sumpahnya yang terkenal adalah Sumpah Palapa. |
Pada masa pemerintahan Tribuanatunggadewi (1328 - 1350 M) dari Majapahit, sang patih baru Gajah Mada bersumpah untuk menyatukan seluruh Nusantoro di bawah Majapahit. khususnya wilayah di Sulawesi di riwayatkan dalam Nagarakartagama : "Negeri negeri di Bantayan (yaitu Sulawesi), yang utama adalah negeri Bantayan di sisi lain ada Luwuk, lalu negeri - negeri Uda, menjadi tiga serangkai semua ini adalah negeri yang paling penting di pulau itu secara bersamaan. Mereka yang disebutkan, pulau demi pulau (adalah), Makassar, Butun, Banggai, Kunir, Galiyao dan Salaya. ".
Penegasan tentang daerah tersebut sebagai suatu daerah Majapahit juga disebutkan dalam Nagarakartagama, Pupuh XV pada musim - musim tertentu pemerintahan di Majapahit mengirim Pengawai dan Pendeta ke daerah seberang untuk Menarik Upeti dan Memberantas penyesatan. Dari sumber laain disebutkan bahwa setelah menundukkan Bali dan Negeri Sumbawa pada tahun 1343, Gajah Mada bersama panglima Ringgih lalu melakukan pelayaran untuk menakklukkan daerah Bone di Sulawesi.
1. L u w u k.
Nama Luwuk ditemukan di dua tempat yaitu di Sulawesi Solata dan Sulawesi Tengah, Toponim Luwuk kemungkinan adalah Luwuk di Sulawesi Selatan. Selain bekas kerajaan tertua di Sulawesi Selatan juga ditunjang beberapa data sejarah yang menyebutkan hubungan dengan Majapahit misalnya dalam Lontara GaLigo disebutkan kerajaan Luwuk menjalin hubungan dengan Majapahit sekitar abad ke - 14 M. Oleh Palras, hubungan itu di duga dalam bentuk perdagangan, kemungkinan kerajaan Majapahit berdagang kerajinan yang ditukar dengan Nikel dari Luwu (sebagai bahan baku pembuatan Pamor Keris.
Dalam lontara Luwu disebutkan bahwa raja - raja Luwu pada masa silam, ketika meninggal mayatnya dibakar yaitu Suami raja Luwu ke -8 bergelar Maningoe N Jampue, setelah wapat mayatnya di Bakar dengan menggunakan Kayu Jambu dan Raja Luwu ke - 9 bergelar ManingoE ri Bajo dan mayatnya di bakar dengan Kayu Bajo.
Di Lontara Galigo disebutkan pula beberapa istilah pengaruh Hindu, seperti Batara Guru, Battara Lattu Ana Aji, Sawaaregading, Oro Kelling, Patiangjala, Paratiwi, Sangiang Seri, Bisau dan sebagainya. Dibagian lain menyebutkan bahwa Raja Anak Aji telah mempersunting We Tappa'Cina, putri dari Raja Majapahit. Dicoritakan pula bahwa Sawerigading dalam satu perjalanannya menyju ke Cina telah menyerang Majapahit dan SeriWijoyo. Sawerigading tidak berhasil menaklukkan Majapahit, tetapi berhasil naik tahta di Sriwijoyo. Selain petunjuk di atas, di daerah tersebut terdapat sebuah Masjid Kuno yang memiliki unsur pengaruh Hindu. Bahkan sampai sekarang di daerah Luwu masih ditemukan sebuah Kampung Kuno yang disebut Mancapai.
2. Bantayan.
Toponim Bantayan kemungkinan adalah daerah BantaenG di Sulawesi Selatan. Petunjuk yang mendukung antara lain ditemukannya sebuah penutup muka Orang Mati yang terbuat dari emas, tiga buah temuan Arca Perungu Dwarawati dan tidak jauh dari Bantaeng di jumpai sebuah makam Kuno yang oleh Masyarakat setempat disebut " Makam To Mancapai ri Bira (Makam orang Majapahit di Bira). Sampai abad ke - 9 di daerah Bantaeng dan Bulukumba terdapat pesta tahunan ditempat Keramat KaraenG LowE di Gantarang Keke. Diantara benda yang dipuja adalah Batu berbentuk Lingga dan Yoni. Sedangkan menurut catatan tahun 1883 Gaukang (Pusaka kerajaan) Bantaeng adalah Patung Emas berwujut DewA HindU.
3. M a k a s s a r.
Kemungkinan Toponim Makasar adalah SombA OpU (Gowa) yang merupakan salah siddi Kerajaan terbesar dan terkenal di Sulawesi Selatan. Menuru La GaligO jauh sebelum TamanurungA ri TammalatE atau Raja Gowa pertama turun dari Kayangan dan memerintah Gowa, Gowa di perintah oleh Batara Guru. Gelar Batara juga dipakai oleh Raja Gowa ke - 7 yaitu Batara Gowa atau Tumananga ri Paralakkena. Disebutkan dalam Negarakertagama disebut bahwa kerajaan ini pada abad ke - 14 sudah merupakan kerajaan yang mapan. Selain bukti keramik dan Genting yang begitu banyak di daerah ini, hingga sekarang tidak ada petunjuk yang menunjang hubungan Makassar dengan Majapahit.
4. S a l a y a.
Toponim Salaya diduga sekarang adalah Pulau Selayar di Sulawesi Selatan, berdasarkan banyaknya temuan kuno di Daerah tersebut, diperkirakan hubungan perdagangan Selayar dengan daerah luar sudah terjalin sejak abad ke - 12 M dan mencapai puncaknya sekitar abad ke - 14. Dalam hukum Pelayaran Amanagappa menyebutkan bahwa pada musim tertentu Selayar adalah daerah yang menjadi Persinggahan pedagang yang akan menuju Maluku dan Mindanao. Di temukan juga bangkai Perahu Kuno dengan Ukirn Naga dan Relief Kaligrafi yang more beautifull dan inskripsi Malik Tuban, Pada awal abad ke - 16, penguasa Tuban sudah menjadi Islam tetapi masih setia kepada Kerjaan Majapahit.
5. B a n g g a w i.
Toponim di Banggawi di jumpai di Sulawesi Selatan dan Tengah. Di Sulawesi Selatan terdapat daerah Banggae dan di Sulawesi Tengah ada Pulau Banggai. Banggae adalah nama sebuah Kerajaan Kuno yang pernah ada di Majene Sulawesi Barat, sampai sekarang masih dijumpai sebuah kampung dengan nama Mancapai yang konon masyarakat kampung tersebut mengaku akan dirinya sebagai " To Pole - Pole " yaitu orang pendatang yang hidup secara turun temurun, di daerah itu ditemukan juga Gaes makanan Kuno yang memiliki unsur Pengaruh Hindu.
Sedangkan di Banggai Sulawesi Tengah, Pada masa dahulu ada kisah yang menyebutkan seorang dari Jawa pernah diangkat menjadi Raja Banggai. Di kisah pada masa silam Banggai diperintah oleh Andi Lambal, lalu datanglah seorang keturunan raja Jawa dari Ternate. Saat mendatangi Banggai ia menikah dengan saudara dari Istri Raja Adi Lambal. Melihat Raja Jawa itu pandai mengatur pemerintahan maka Adi Lambal menyerahkan Pemerintahan Banggai kepada Raja dari Jawa itu yang digelar Tomundoi Doi Jawa (Raja dari Jawa.
6. B u t u n.
Toponim Butun kemungkinan adalah Buton di Sulawesi Tenggara. Dugaan itu diperkuat dengan beberapa petunjuk, seperti temuan sebuah Makam Kuno yang oleh masyarakat setempat dianggap Makam Gajah Mada. Juga dijumpai suatu bentuk kepercayaan terhadap Dewa yang memiliki kemiripan den TrimurtI, dan sampai sekarang kepercayaan tersebut masih hidup.
Selain daerah - daerah tersebut di atas , yang diduga sebagai daerah pengaruh Majapahit disebut pula daerah Bone sekitar 1343 mendapat serangan dari Pasukan Majapahit. Dari Lontara Bone disebutkan juga adanya tradisi pembakaran Mayat bagi Raja - raja Bone pada masa silam, misalnya Raja Bone La TenrirawE BongkangE MatinroE ri GucinnA pada saat meninggal mayatnya di bakar dan abunya disimpan dalam Guci. Hasil penggalian yang di lakukan Van Heekeren (1947) di Desa Bukaka yang menemukan beberapa Guci di Cina (abad XIV XV M) yang berisi abu Jenazah memeperkuat dugaan tersebut.
Mojopahit desa di Sulawesi Barat |
Kerajaan besar pernah menguasai NusanToro, Majapahit.
Di Sulawesi ditemukan peninggalan Hindu dan Majapahit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar