NusaNTaRa.Com
byBakrIRoYMarteN, S e n i n, 1 9 A
g u s
t u
s 2 0
2 4
Astronaut perempuan Indonesia pertama Pratiwi Sudarmono (kanan) dan astronaut pengganti Taufik Akbar |
Rencana penerbangan Pratiwi bersama NASA, Perempuan bernama lengkap Pratiwi Pudjilestari
Sudarmono ini terpilih sebagai astronot pertama
Indonesia yang akan ikut dalam
penerbangan ruang angkasa dengan Challenger pada Juni 1986. Ia berhasil lolos dari seleksi ketat, baik di
dalam maupun luar negeri untuk misi penerbangan tersebut, selain
Pratiwi, seorang Sarjana Teknik Telekomunikasi ITB, Ir Taufik Akbar juga
menjadi astronot cadangan dalam misi tersebut.
Pratiwi dan Taufik berhasil menyingkirkan dua calon terbaik
lain dalam seleksi, yaitu kapten pilot dari Dirjen Perhubungan Udara, MK Yusuf
dan wartawan majalah mingguan Tempo, Ir Bambang Harymurti. Pratiwi bersama astronot lain seharusnya terbang
bersama NASA selama tujuh hari dalam penelitian Indonesian Space Experiment
(Inspex), Penelitian tersebut antara
lain percobaan sel darah merah dalam kondisi tanpa bobot, pemantauan flora
mikroba, dan pengembangan awal pertumbuhan sel binatang dan tumbuhan di luar
angkasa.
Presiden Indonesia saat itu, Soeharto sangat berharap bahwa Pratiwi
untuk berpartisipasi dalam misi angkasa tersebut
sebagai landasan awal Indonesia dalam
dunia antariksa. Namun, rencana Pratiwi untuk turut terbang mengangkasa bersama NASA menjadi pupus usai adanya insiden pesawat Challenger
meledak yang menggemparkan dunia. Pasalnya,
insiden nahas itu disiarkan secara langsung melalui siaran televisi di seluruh
dunia dan ribuan penonton yang diundang ke lokasi.
Pesawat tersebut meledak setelah 75 detik diluncurkan di
Cape Canaveral, Florida, Amerika Serikat (AS)
dan insiden itu berakibat Tjuh astronot asal Amerika Serikat meninggal
dunia dalam insiden itu. Pesawat
Challenger itu sebenarnya sempat tiga kali ditunda mengudara dan pada jadwal penerbangan terakhirnya juga diundur
selama dua jam dan insiden
pesawat milik AS tersebut meledak diduga karena tangki bahan bakar yang
berkapasitas 1,9 juta liter pecah.
Setelah eksiden angkasa tersebut, kepastian jadwal bagi Pratiwi mengudara tak pernah jelas, meski demikian, Pratiwi masih tetap wajib menjaga
kebugarannya karena program tersebut belum resmi dinyatakan bubuar. Lima tahun kemudian, daftar nama calon
astronot yang berasal Indonesia sudah tidak ada lagi di NASA kemudian
satelit Palapa B-3 yang
rencananya terbang bersama Pratiwi akhirnya diluncurkan pada 21 Maret 1987
satelit asal Indonesia dibawa dengan menggunakan Roket Delta tanpa
awak yang dioperasikan oleh NASA.
Usai batal mengudara, perempuan kelahiran Bandung, 31 Juli
1952 ini kembali menekuni bidang ilmunya sebagai doktor mikrobiologi dengan menghabiskan waktunya di laboratorium yang
dikembangkan dengan Bantuan Presiden yang sering disebut “Laboratorium Indah”. Ia
memiliki minat utama pada mikrobiologi klinik, khususnya penyakit menular dan Pratiwi
pernah menjadi Kepala Komisi Etik Penelitian dan Pengembangan Kedokteran yang
bertanggung jawab pada Menteri Kesehatan (Menkes).
Sebelum pensiun pada Juli 2022, ia masih membimbing mahasiswa S3 dan menjadi Kepala Laboratorium Mikrobiologi Klinik Fakultas Kedokteran UI dan Pratiwi juga masih menangani sampel Covid-19 saat perlengkapan PCR masih terbatas pada 2020. Pratiwi ikut menangani sampel dari 37 rumah sakit di Jakarta dan jumlahnya pernah mencapai 2.000-an sampel per hari, ” Pengerjaan kami lakukan dalam 2-3 shift, tapi asisten yang mengerjakan (yang jumlahnya ditambah dari beberapa hingga 30-an) di antaranya sempat merasa ’seram’ bekerja di gedung tua Lab Mikrobiologi ”, Ujar SiGaluH Pratiwi Sudarmono dengan Ahmadernya (Manisnya).
Gambar Pratiwi Pujilestari Sudarmono, Astronot Pertama Indonesia,
saat kini dan 35 tahun silam
Pratiwi Sudarmono Astronot pertama Indonesia.
Gagal mengangkasa karena Pesawat meledak diangkasa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar