JAYAPURA DIUJUNG TIMUR INDONESIA KOTA SERIBU PINANG
NusaNTaRa.Com
bySolanaNEnembE, S a b t u, 2 7 A p r i l 2 0 2 4
Wanita papua mengunyah Pinang
Julukan "KOTA SERIBU PINANG" yang melekat pada Jayapura merujuk pada keberadaan pohon pinang yang melimpah di sekitar kota ini dan masih tingginya animo masyarakat Papua menggunkannya sebagai bahan kunyahan di kesehariannya. Pohon pinang memiliki nilai simbolis dan budaya yang kuat di Papua, termasuk di Jayapura. Budaya penggunaan pinang dalam upacara adat, perayaan dan acara sosial menjadi bagian penting dari kehidupan masyarakat lokal.
Di Jayapura, pohon pinang tidak hanya dilihat sebagai elemen alamiah, tetapi lebih jauh dari itu, juga memiliki makna yang dalam dalam konteks sosial dan budaya. Pohon pinang sering digunakan dalam berbagai upacara adat dan ritual tradisional, seperti upacara pernikahan, pertemuan adat atau acara keagamaan. Daun pinang dan buahnya juga memiliki peran penting dalam seni dan kreativitas lokal, di mana mereka digunakan dalam pembuatan kerajinan tangan dan hiasan tradisional.
Masyarakat Papua memiliki budaya yang begitu kaya. Berbicara tentang budaya, tentu tidak lepas dari tradisi yang diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya diantaranya tradisi yang masih melekat di masyarakat Papua dari anak-anak sampai orang dewasa, sampai sekarang adalah tradisi mengunyah buah pinang. Tradisi mengunyah pinang di Papua telah ada sejak berabad-abad yang lalu yaitu sejak 3.000 tahun lalu, pada masa prasejarah, hanya penduduk Papua di pesisir saja yang makan buah pinang. Buah pinang diperkenalkan oleh manusia berbahasa Austronesia yang datang ke pesisir dan pulau-pulau kecil di Papua.
Pohon Pinang
Di Jayapura mengunyah Pinang memiliki banyak manfaat dan menikmati buah pinang karena rasanya manis keasaman seperti rasa pasta gigi yang menjadi sensasi mengunyah pinang. Bahkan beberapa masyarakat mengatakan bahwa tidak ada makanan atau bumbu lain yang rasanya menandingi buah pinang. Selain sebagai pencuci mulut, pinang juga dianggap dapat menguatkan gigi dan gusi, banyak kaum tua di atas 80 tahun giginya masih utuh dan tergolong sehat karenatradisi ini. Di samping manfaat kesehatannya, mengunyah pinang lambang keakraban dan persaudaraan bagi warga Papua. Tidak heran jika ada perhelatan besar seperti pernikahan atau kematian, pinang menjadi suguhan yang wajib disediakan oleh si empunya acara.
Mengunyah buah pinang dinikmati dengan menggunakan tepung kapurdari cangkang kerang untuk mengurangi rasa asam dan pahit dari getah pinang,batang sirih pun dipakai untuk menjadi penetral getirnya getah pinang saat dikunyah.Awalnya, buah pinang dikupas dengan menggunakan gigi, isi buah dikunyah hingga hancur dan buah Pinang yang baik akan menghasilkan cairan kental saat dikunyah, batang sirih dicelupkan pada bubuk kapur dan dikunyah bersama dengan pinang.Hasilnya cairan kental berwarna merah yang biasanya diludahkan ke tanah oleh para pengunyah pinang.
Selain itu, pinang juga memiliki nilai ekonomis bagi masyarakat lokal. Buah pinang sering dikonsumsi sebagai camilan atau digunakan dalam ramuan tradisional. Selain itu, daun pinang juga digunakan sebagai bahan untuk membuat anyaman atau kerajinan tangan lainnya, yang kemudian dijual sebagai mata pencaharian tambahan bagi penduduk setempat.
Dengan keberadaan pohon pinang yang masih melimpah disekitarkota Jayapura baik yang tumbuh alami maupun yang dibudidaya masyarakat serta nilai budaya yang kaya tumbuh di sekitarnya, Jayapura menjadi terkenal dengan julukan "Kota Seribu Pinang", yang mencerminkan kekayaan alam dan keberagaman budaya yang dimilikinya. Julukan ini tidak hanya menggambarkan karakteristik geografis kota tetapi juga memperkuat identitas budaya masyarakat Jayapura.
Menurut Kompas, Ternyata julukan tersebut disematkan kepada Kota Jayapura bukan tanpa alasan, namun terkait dengan budaya masyarakat setempat. Julukan Kota Seribu Pinang disematkan karena kegemaran masyarakat Jayapura mengunyah buah pinang. Meski tidak dijumpai pohon pinang di tepi jalan kota ini, namun pinang selalu tersedia dan mudah didapatkan di mana saja.
Budaya mengunyah pinang memang sudah melekat dalam kultur masyarakat Papua. Makan pinang dilakukan sejak bangsa Melanesia menginjakkan kaki di sekitar kawasan Pasifik yang membentang sepanjang Papua, Papua Nugini, Vanuatu, dan negara-negara sekitarnya. Tak hanya itu, sirih pinang juga dijadikan semacam pengantar saat pertemuan adat. Salah satunya ketika pertemuan adat kedua keluarga ketika dua mempelai akan memadu hidup bersama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar