NusaNTaRa.Com
byMcDonalDBiunG, J
u m ‘ a t,
1 9 A
g u s
t u s
2 0 2 2
Indonesia yang terbentang dari Sabang sampai Merauke memiliki ke aneka ragaman wisata baik alam maupun budayanya, hal ini tak heran bila daerah yang berbaris di sepanjang wilayah Garis Khayulistiwa ini memiliki banyak keunikan tersendiri yang
tentunya sangat menarik untuk
diketahui dan dikunjungi. Di
bawah ini NusaNTaRa.Com akan menyajikan Empat (4) Desa di Indonesia yang
dianggap memiliki keunikan tersendiri
berbanding Desa lainnya, yaitu
:
Dusun Ulutaue dengan “Manusia
Kepiting”.
Desa unik yang berada di Dusun Ulutaue, Kecamatan Mare,
Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan,
karena di desa ini hampir seluruh penduduknya memiliki “jari-jari kepiting” karena
hampir semua masyarakat di
sini mulai dari anak-anak hingga yang berusia lanjut akan
kita temukan memiliki jari-jari tangan yang terbelah menjadi dua hingga mirip
capit kepiting. Fenomena “ Berjari – jari Kepiting “ ini bagi
masyarakat Dusun Ulutaue dianggap
sebagai kutukan bagi mereka dari garis keturunan yang sama.
Dari sisi ilmiah, hal ini dianggap sebagai penyakit atau
kelainan jari tangan dan kaki lantaran asupan gizi yang kurang sejak usia dalam
kandungan. Meski demikian bagi mereka “keunikan Jari-jari
Kepiting” yang terbilang langka tidak
membuat mereka dalam keseharian
hidupnya dan dianggap sudah biasa tapi hal tersebut sedikit dapat mempersulit pekerjaan mereka
sehari-hari sebagai nelayan.
Desa Kaimbulawa dengan
“Warganya Bermata Biru”.
Umumnya manusia bermata Biru hanya dimiliki warga
Amerika dan Eropah, tapi
jangan heran di Indonesiapun ada
warga daerahnya yang bermata sangat Indah
itu yaitu bermata Biru Terang, Salah
satu Desa yang memiliki mata indah berwarna Biru adalah warga di Desa Kaimbulawa, Kecamatan Siompu,
Kabupaten Buton Selatan, Sulawesi Tenggara.
Daerah lain di Indonesia yang memiliki Mata Biru Cerah meski tidak sedominan warga di Desa Kaimbulawa Buton adalah Suku Lingon Maluku di Podalaman Halmahera dam Suku Lamno di Suku Lamno di Desa
Lamno Kab. Aceh Jaya hasil perkawin suku
Portugis dan Warga Asli tahun 1492-1511 namun tragedi Tsunami tahun 2004 hampir memunahkannya.
Kisah keberadaan Warga Buton berawal pada abad ke-16, ketika Desa Kaimbulawa
sempat dikuasai bangsa Portugis dan komunikasi antara bangsa Portugis dan Warga
Asli terjalin baik bahkan terjadi
perkawinan antara warga Portugis dan Warga Asli yang membuahkan warga Buton
bermata Biru itu. Meski Kelainan berMata
biru juga bisa disebabkan penyakit kelainan Genetik langka yang disebut
Waardenburg Syndrome sehingga dapat melahirkan orang bermata Biru meski dari
kedua orang tua yang memiliki mata Hitam atau Cokelak.
Kampung Pitu dengan “Warganya
Hanya Tujuh Keluarga”.
Kampung di Puncak Timur Situs Gunung Api Purba Nglanggeran,
Yogyakarta, memiliki keunikan karena di Kampung Pitu hanya bisa ditinggali sebanyak tujuh Kopala
Keluarga saja tidak bisa kurang dan
tidak bisa lebih. Menurut
kisah kalangan keluarga yang tinggal di situ
adalah keturunan dari Eyang Iro Kromo, seorang abdi dalem yang telah berhasil menjaga
keris sakti dan Kampung Pitu sehingga ia mendapat hadiah Kampung Pitu dengan
syarat, kampung itu hanya boleh dihuni oleh keturunannya kelak dan tidak
melebihi Tujuh Keluarga.
Di katakan kalau ada
yang berani tinggal di desa ini selain keturunan sang abdi dalem dan melanggar
batasannya maka akan mendatangkan
akibat tak baik menghampirinya. Mulai dari sakit, terkena musibah hingga
meninggal dunia, seakan ada kekuatan gaib yang akan mengatur hukum dan mengawasi di
Kampung Pitu.
Desa Bengkala dengan “Warganya yang Tuli dan
Bisu”.
Jika berada di Desa Bengkala, Kabupaten Buleleng, Bali jangan heran atau kaget bila menemukan keunikan banyak warganya yang berkomunikasi atau berbicara menggunakan
Bahasa Isyarat, karena banyak warganya
yang mengidap penyakit bisu dan tuli sejak lahir. Gestur dan kosakata bahasa isyarat sudah digunakan
sejak lama, mereka menyebutnya Bahasa Kolok sehingga disebut juga
Desa Kolok, penduduk desa yang normal telah terbiasa dengan gaya hidup
orang bisu tuli trsebut dalam keseharian.
Persentase warga tunarungu di Desa Bengkala memang terbilang
cukup tinggi. Hal ini disebabkan gen yang disebut DFNB3 dan telah ada dari
nenek moyang mereka selama 7 generasi. Namun
warga desa juga percaya, banyaknya penderita tuli karena adanya kutukan, yang
berawal dari cerita legenda atau sejarah akan keberadaan warga tunarungu
tersebut. Berawal dari dua kelompok dalam suatu desa satu kelompok menyembah dewa dan lainnya lagi
tidak menyembah Dewa, sehingga yang tak
menyembah Dewa memutuskan keluar desa sambil membawa emas ketika dipanggil
tidak menoleh maka dikutuk tidak bisa mendengar dan berbicara.
Indonesia berbaris di sepanjang Khatulistiwa,
Nusantara berhias keunikan
anekaragam Budaya.
Indonesiaku memang hebattttt !!!!!!!
BalasHapus