NusaNTaRa.Com
byJoneDPringgoNDandI, S a b t u, 2 7 A g u s t u s 2 0 2 2
Kabupaten Banyuwangi atau daerah
tingkat II di Provinsi Jawa Timur Jawa Timur ini merupakan Kabupaten terluas di
Provinsi tersebut dengan luas wilayah
sekitar 5.782,50 km2. Kabupaten yang berada di Ujung Timur P Jawa
ini memiliki batas wilayah Bagian Utara berbatasan dengan
Kabupaten Situbondo, bagian timur
berbatasan dengan Selat Bali, bagian
selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia
dam bagian barat berbatasan
dengan Kabupaten Jember dan Bondowoso. Kabupaten
Banyuwangi berupa dataran tinggi berupa pegunungan
yang menjadi penghasil produk
Perkebunan dan dataran rendah dengan potensi produk pertanian serta biota laut.
Asal-usul Nama Banyuwangi
Kabupaten Banyuwangi dulune dipimpin
seorang rojo “Prabu Sulahkromo”, beliau memiliki seorang patih
yang gagah, berani, dan bijaksana bernama Patih Sidopekso. Patih Sidopekso memiliki seorang istri yang
cantik dan baik hati bernama “Sri
Tanjung”, legenda ini bermula ketika
Prabu Sulahkromo jatuh hati kepada Sri Tanjung dam sang prabupun berusaha untuk menaklukkan hati Sri
Tanjung dengan berbagai cara.
Suatu ketika
Patih Sidopekso menjalankan sebuah tugas dengan yang
diberikan Prabu Sulahkromo, namun sepeninggalnya Prabu Sulahkromo melancarkan aksinya untuk
merayu Sri Tanjung. Namun, Sri Tanjung
tetap teguh pada pendiriannya sebagai istri yang selalu berbakti kepada suami
membuat Prabu Sulahkromo merasa marah lantaran cintanya ditolak mentah-mentah. Prabu
Sulahkromo kemudian mempitnah Sri Tanjung
dengan bercerita pada suamine bahwa
Sri Tanjung telah mendatangi dan
merayunya. Tanpa berpikir panjang, Patih
Sidopekso langsung menemui Sri Tanjung dengan penuh amarah dan tuduhan yang
tidak beralasan.
Menanggapi
pitnah itu, Sri Tanjung yang lugu
dan jujur tidak membuat hati Patih Sidopekso luluh malah Patih
Sidopekso justru semakin marah dan mengancam akan membunuh istrinya, kemudian
menyeret Sri Tanjung ke tepi sungai yang keruh dan kumuh. Sebelum dibunuh oleh suaminya, Sri Tanjung punya
permintaan terakhir yaitu meminta agar jasadnya diceburkan ke dalam
sungai keruh tersebut, dan jika darahnya membuat air sungai berbau
busuk, maka Sri Tanjung telah berbuat kesalahan tapi jika air sungai berbau harum maka Sri Tanjung tidak bersalah.
Patih Sidopekso lalu menikam dada Sri Tanjung
dengan keris membuatnya mengembuskan napas terakhir seketika. Patih
Sidopekso segera menceburkan mayat Sri Tanjung ke sungai dan lama-kelamaan sungai
keruh menjadi jernih dan berbau wangi. Patih
Sidopekso terhuyung dan jatuh. Tanpa sadar, ia mengucapkan kata banyu dan wangi
yang berarti air wangi. Dengan begitu,
nama Banyuwangi tercipta sebagai bukti cinta seorang istri pada suaminya.
Sejarah Kabupaten Banyuwangi
Kabupaten Banyuwangi tidak dapat dilepaskan
dari keberadaan Kerajaan Blambangan. Sejak
masa pemerintahan Pangeran Tawang Alun (1655-1691) sampai Kerajaan Blambangan
berada di bawah perlindungan Bali (1763-1767), VOC belum tertarik untuk
memasuki dan mengelola wilayah Blambangan.
Hingga Raja Mataram Pakubuwana II
menyerahkan Blambangan kepada VOC tahun 1743. Namun, VOC masih menganggap
wilayah Blambangan sebagai barang simpanan yang akan dikelola jika sudah
diperlukan.
Pada tahun 1767 Inggris menjalin hubungan dagang dengan
rakyat Blambangan dan mendirikan kantor dagang di bandar kecil Banyuwangi
(Tirtaganda dan Tirtaarum). Mengetahui hal itu, VOC langsung bergerak untuk
merebut dan mengamankan seluruh wilayah Blambangan. Setelah berhasil merebut kembali wilayah
Blambangan, VOC menunjuk Wilis yang merupakan saudara tiri dan mantan patih
dari Pangeran Danuningrat, untuk memimpin wilayah Blambangan. Wilis
memanfaatkan posisinya sebagai penguasa untuk menghimpun kekuatan untuk menyerang VOC. Pemberontakan Wilis pun
berlangsung selama setahun pada 1768.
Sepeninggal Wilis, VOC semakin berlaku
sewenang-wenang kepada rakyat Blambangan
bahan pangan mereka dirampas, petani dipaksa menyerahkan hasil panen
kepada Belanda, hingga kaum muda yang dipaksa bekerja tanpa upah. Rakyat Blambangan kemudian berusaha
menyelamatkan diri dengan pergi ke daerah bernama Bayu yang terletak di lereng
Gunung Raung (sekarang Kecamatan Songgon, Banyuwangi). Neng Rono, rakyat Blambangan bertemu dengan salah satu
pengikut Wilis yang bernama Jagapati.
Rakyat Blambangan dipimpin Jagapati sepakat untuk perang puputan atau perang habis-habisan, mereka
maju ke medan tempur dengan membawa golok, keris, pedang, tombak, dan
senjata api yang merupakan hasil rampasan dari tentara VOC. Perang yang dikenal dengan nama Puputan Bayu
itu berlangsung sejak awal Agustus 1771. Puncak peperangan terjadi pada 18
Desember 1771. Tanggal tersebut kemudian dijadikan sebagai hari lahir Kabupaten
Banyuwangi.
VOC mengerahkan 10 ribu personel dilengkapi senjata yang canggih pada masa itu, serangan rakyat Blambangan yang mendadak membuat pasukan VOC terdesak, kemudian mundur dan lari meninggalkan semua perlengkapan perang sehingga peperangan dimenangkan pasukan Jagapati. Pemimpin VOC yang bernama Vaandrig Schaar dan Comet Tinne tewas di medan pertempuran.
Kebenaran
akhirnya selalu menjadi pemenang,
Banyuwangi
satu legend dari kisah Sri Tanjung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar