NusanTaRa.Com
byMuhammaDBakkaranG, 27/12/2018
byMuhammaDBakkaranG, 27/12/2018
Abdul Muhjib, Sang Nabi Palsu. |
Abdul Muhjib seorang warga dari Karawang Jawa Barat membuat heboh masyarakat sekitarnya
karena mengaku sebagai nabi sebagaimana
ia pernah lontarkan pada tahun 2016 silam. Salah satu pernyataannya yang cukup fenomenal
bahwa ia mengakui menawarkan tiket ke surge dengan harga terbilang murah Rp 2,5
juta dan akhirnya oleh warga sekitarnya ia dilaporkan ke Majelis Ulama
Indonesia (MUI) Karawang.
Selama mengaku sebagai nabi palsu ia
telah memiliki lima pengikut dan ia juga
menyatakan hendak mengubah kalimat syahadat. Polisi telah menangkap Muhjib dan kelima
pengikutnya dengan tuduhan penistaan agama dan dapat menibulkan keresahan dan
gangguan masyarakat.
Muhjib diketahui pernah mengalami
gangguan jiwa pada tahun 2008 dan pernah
menjalani pengobatan di Desa Karokrok, Kecamatan Patokbeusi, Subang, Jawa Barat
pimpinan Ghani. " Sebenarnya bukan anggota atau jamaah. Dia di
sini dulu pernah menjadi pasien selama dua minggu karena mengalami gangguan jiwa ", Ujar SiDin Ghani, Jumat 16 November 2018.
Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Barat masih menyelidiki siapa guru Muhjib
yang menyebarkan ajaran sesat itu dan Rafani
Achyar Sekretaris MUI menduga bahwa ajaran sesat yang dibawah dan dia ajarkan
Muhjib berasal dari Subang. Akibat peristiwa itu, warga kemudian
menghancurkan rumah yang diduga juga sebagai tempat menyebarkan ajaran sesat
yang biasa dilakukan oleh Muhjib. Rumah tersebut sudah ditempati Muhjib sejak
2008 lalu.
Fenomena nabi palsu inipun mendapat
perhatian dari peneliti seorang dosen
asal Fakultas Filsafat UGM Agus Himmawan Utomo. Melalui penelitian doktoral
berjudul “ Konsep Kenabian Perspektif Perennialisme
Frithjof Schuon : Relevansinya dengan Kehidupan Keberagamaan di Indonesia “, dia berhasil menguak sisi filosofis dari
fenomena nabi palsu itu.
Klaim kenabian kerap memunculkan
masalah di lingkungan masyarakat karena logika yang menuntut pengakuan untuk
menerima. Padahal, sebetulnya,
kemunculan nabi itu harusnya saling melengkapi dan menguatkan pesan yang
intinya sama karena berasal dari Tuhan Yang Maha Esa. “ Inilah substansi kenabian yang bersifat
abadi ”, Ujar SiDin Agus, Jumat, 12
Agustus 2016
Ketika ada seorang yang mengaku nabi
maka selayaknya ada pesan tidak
konsisten dengan pesan nabi terdahulu, sehingga umumnya nabi palsu itu
diragukan dan mendapat penolakan.
“ Begitupun kesesuaian
praktik-praktik keagamaan yang diajarkan para nabi haruslah sesuai dengan
nilai-nilai luhur ilahiah ”, Ujar SiDin
Agus. Bahkan, menurut Agus, dalam tiap
tradisi agama muncul bentuk kenabian yang berbeda baik istilah maupun
konsepnya. Kemunculan nabi itu disesuaikan dengan situasi dan kondisi
masyarakatnya.
Si encing pandai berkhutbah,
Nabi Palsu membawa ajaran menyesatkan bah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar