NusanTaRa.Com
byPutrAPermatATegaRIdamaN, 29/12/2018
byPutrAPermatATegaRIdamaN, 29/12/2018
" Bukan Kevin/Marcus yang harus malu karena
gagal memenangkan Kejuaraan Dunia, namun Kejuaraan Dunia yang harus malu karena
bukan dimenangkan Kevin/Marcus ". Kalimat tersebut memang terdengar
bombastis, seperti halnya gurauan yang tenar di zaman ini. Namun, seperti
mendekati kenyataan bila melihat penampilan Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus
Fernaldi Gideon di sepanjang 2018.
Kevin/Marcus
meraih delapan gelar di seri turnamen BWF plus medali emas Asian Games 2018.
Catatan sembilan gelar di tahun 2018 membuat mereka menorehkan prestasi yang
lebih bagus dibandingkan yang mereka catat di tahun 2017. Tahun lalu, Kevin/Marcus meraih tujuh gelar
dan banyak yang menduga hal tersebut akan sulit diulangi di tahun-tahun
berikutnya. Namun nyatanya Kevin/Marcus berhasil tampil konsisten dan bahkan
mencatat prestasi yang lebih baik dibandingkan tahun 2017.
Kevin/Marcus
meraih kemenangan di delapan seri BWF World Tour musim ini, hal ini membuat Kevin/Marcus jadi
pebulutangkis dengan jumlah gelar terbanyak di seri BWF World Tour. Keperkasaan Kevin/Marcus bertambah lewat
medali emas Asian Games 2018. Lewat duel yang sengit melawan Fajar
Alfian/Muhammad Rian Ardianto di babak final, Kevin/Marcus berhasil memenangkan
medali emas setelah beberapa kali menyelamatkan match point yang didapat lawan.
Kejuaraan
Dunia sejatinya seperti kejuaraan biasa, dengan peserta yang sama dengan
turnamen-turnamen BWF lainnya. Bahkan malah terkadang pesertanya punya kualitas
sedikit di bawah kejuaraan BWF Super 1000 lantaran adanya pembagian kuota tiap
benua. Jika Kejuaraan Dunia digelar 10
kali dalam setahun, bukan omong kosong bila ada yang mengatakan Kevin/Marcus
bisa memenangkan 6-8 di antaranya. Namun,
Kejuaraan Dunia hanya satu kali digelar setiap tahunnya, dan tidak akan digelar
di tahun Olimpiade. Kevin/Marcus gagal di 2017 dan 2018, bahkan tidak bisa
mendapat medali lantaran terhenti di babak perempat final.
Dengan
Olimpiade digelar pada 2020, maka Kejuaraan Dunia 2019 akan memiliki arti
penting bagi duet berjuluk Minions ini. Mengukur penampilan, jumlah gelar, dan
karisma yang mereka punya, Minions sudah layak masuk sebagai salah satu ganda
putra terbaik yang pernah ada dalam sejarah bulutangkis dunia. Tetapi, mereka jelas tetap butuh gelar juara
dunia, dan juga medali emas Olimpiade, sebagai bukti sahih kehebatan mereka.
Jika
mengamati performa Kevin/Marcus tahun ini, mereka jauh lebih baik dibandingkan
2017. Di pertengahan 2017, Kevin/Marcus mengalami penurunan performa di
pertengahan tahun sehingga gagal juara di Indonesia Terbuka dan kemudian kalah
di Kejuaraan Dunia. Di pertengahan
2018, Kevin/Marcus bisa jadi juara Indonesia Terbuka dan Asian Games, meski
harus tergelincir di Kejuaraan Dunia yang digelar tepat di tengah dua turnamen
tersebut.
Kevin/Marcus
telah membuktikan konsistensi mereka di tahun 2018. Segala macam puja dan puji
yang mereka terima di tahun 2017 tak menggoyahkan mereka. Kepercayaan diri, mental bertanding, teknik,
dan skill mereka tetap berada di level atas. Kematangan cara bermain jelas jauh
lebih baik seiring bertambahnya jam terbang.
Medali
emas Asian Games punya arti besar bagi Kevin/Marcus. Kemenangan di Asian Games
membuat permainan Kevin/Marcus kembali ada di level tertinggi pada paruh akhir
tahun 2018. Mereka bisa kembali terlihat rileks menikmati permainan dan
pertandingan. Kevin/Marcus terbukti
mampu tampil konsisten dan meraih empat gelar juara di paruh akhir 2018.
Kegagalan Kevin/Marcus menjadi juara BWF World Tour Finals dikarenakan faktor
cedera, bukan lantaran kemampuan di lapangan.
Kevin/Marcus
sudah membuktikan bahwa sukses mereka di 2017 dan Prestasi lebih tinggi di 2018 membuktikan
bahwa mereka adalah ganda putra terbaik di dunia saat ini. Minions adalah tolok ukur kemampuan
ganda-ganda dari negara lain dalam dua tahun terakhir, karena menjadi target
ukuran bagi seluruh pebulutangkis ganda putra di dunia, karena menaang kalah
melawan mereka menjadi tolak ukur kemampuan.
Tahun
2019 menjadi tahun penting bagi Kevin/Marcus, meski diatas kertas mereka akan mudah
meraih tiket ke Olimpiade 2020 dan penentuan bagi mereka hanyalah perihal
status unggulan ketika Olimpiade berlangsung nanti. Sejumlah hal yang harus diperhatikan Kevin/Marcus
dan PBSI di 2019. Pertama, jelas
Kejuaraan Dunia 2019. Kejuaraan Dunia masih jadi 'hantu' dalam karier
Kevin/Marcus. Kemenangan di Kejuaraan Dunia bakal punya peran penting untuk
mengangkat kepercayaan diri dan beban mental dalam diri Kevin/Marcus secara
bersamaan.
Bila
mampu menjadi juara dunia, Kevin/Marcus bakal datang ke Olimpiade tahun
berikutnya dengan beban yang lebih berkurang. Mereka tak lagi dibayangi
kegagalan di ajang besar saat turun di Olimpiade nanti. Kedua, faktor cedera yang dialami
Kevin/Marcus. Pelatih ganda putra Herry Iman Pierngadi pernah mengatakan bahwa
cedera bisa jadi salah satu faktor yang mungkin bisa menghambat laju
Kevin/Marcus.
Di
tahun krusial saat pengumpulan Olimpiade juga penting, sehingga Kevin/Marcus tak boleh memaksakan
diri atau dipaksakan untuk mengikuti turnamen ketika kondisi mereka sedang
tidak ideal. Pengumpulan poin Olimpiade penting, namun jauh lebih penting
berusaha memastikan kondisi Kevin/Marcus ada dalam kondisi ideal ketika
Olimpiade digelar. Kevin/Marcus jelas
merupakan raja dunia ganda putra. Di tahun depan, mereka ditantang untuk
mendapatkan mahkota yang sudah seharusnya ada di kepala mereka. Indonesia tentu
berharap mereka bisa mewujudkannya.
drCNN Indonesia, 29/12/2018
Satlecock bola berbulu,
Kevin/Marcus raja dunia tanpa mahkota mutu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar