NusanTaRa.Com
byBakkaranGNunukaN, 9/7/2018
Bisa dibilang bahwa saat ini Jawa Timur menjadi daerah yang memiliki pemimpin politik perempuan terbanyak se-Indonesia yang sangat jauh mengungguli pemimpin waknita yang ada di daerah Jawa Barat dan Sulawesi Utara di posisi dua dan tiga yang masing-masing hanya punya lima perempuan kepala daerah. Tingginya angka perempuan di pucuk pimpinan eksekutif tentu tak otomatis membuat politik Jawa Timur lebih baik ketimbang yang lain. Bahkan, di sejumlah daerah, tak sedikit orang yang khawatir bahwa meningkatnya keterlibatan perempuan hanyalah cara bagi sebuah dinasti untuk melanggengkan keberlangsungan kuasa kerabatnya.
“ Makanya melihat politik perempuan itu harus lihat konteks ”, Ujar SiGaluh Novri Susan, pengamat sosiologi-politik dari Universitas Airlangga, Surabaya, sebagaimana dikutip NusanTaRa.Com. Banyaknya kepemimpinan wanita di Daeraah Jawa Timur dapat dilihat sebagai “ Bahwa masyarakat sudah melihat perempuan sebagai figur politik yang tidak kalah dengan laki-laki, (adalah) juga penanda bahwa masyarakat sudah memahami kelas-kelas strategi politik ”, Ujar SiGaluh Novri, Novri mencontohkan dinasti politik di Banten justru subur ketika dipegang oleh Ratu Atut Chosiyah. “Tidak bisa kita mengatakan bahwa ketika banyak perempuan menjadi pemimpin politik daerah, langsung menggambarkan mereka jadi bagian dari kemenangan demokrasi ”.
byBakkaranGNunukaN, 9/7/2018
Gus Ipul dukungan PKB dan PDIP ternyata harus menerima kekalahan telak di
Pemilihan Gubernur Jawa Timur 2018-2023, setelah perolehan suara Syaifullah Yusuf dan Puti
Guntur Soekarno dilibas oleh Khofifah Indar Parawansa dan Emil Elestianto
Dardak dengan selisih cukup signifikan hampir 1,5 juta suara. Kemenangan tersebut menjadikan Khofifah
sebagai perempuan pertama yang mampu menduduki posisi gubernur Jawa Timur di
sepanjang sejarah Indonesia.
Kekalahan Gus Ipul dan Pati Guntur jadi lebih manis lagi mengingat dalam pilkada ini mereka didukung dua partai Politik terbesar di Jawa Timur dan pimpinan NU yang tanpa tanding dan desaakan dari masyarakat Jawa Timur yang santri. “ Jumhur (mayoritas) ulama memilih Gus Ipul. Masak warga NU tidak percaya pilihan para ulama? ”, tanya KH Anwar Iskandar, Pengasuh Pesantren Al-Amin Kediri, pertengahan Maret lalu semasa kampanye.
Sehingga adagium popular Jowo, “ Pejah Gesang Nderek Pak Kiai (Mati Hidup Ikut Alim Ulama) “, Memang masih ada tapi telah tergerus zaman, sehingga tidak sepopuler atau sesakti mandraguna seperti dulu.
Banyak hal yang menjadi faktor kemenangan Khofifah-Emil, Ketua Timses Khofifah-Emil, Muhammad Roziqi, menyebut kerja keras Khofifah-Emil turun langsung ke masyarakat selama empat bulan kampanye, menyumbang banyak sekali dukungan. Renville Antonio, kader Partai Demokrat yang jadi sekertaris Timses Khofifah-Emil, juga sependapat. “ Bu Khofifah ini sehari 19 titik dari pagi sampai pagi. Saya pernah ikut beberapa kali dan itu berat bagi saya ”, kata Renville di Kantor DPD Demokrat, Surabaya. Di samping semua alasan tersebut, semua pihak sepakat ada satu elemen yang paling menentukan kemenangan Khofifah atas Gus Ipul : Muslimat NU.
Kekalahan Gus Ipul dan Pati Guntur jadi lebih manis lagi mengingat dalam pilkada ini mereka didukung dua partai Politik terbesar di Jawa Timur dan pimpinan NU yang tanpa tanding dan desaakan dari masyarakat Jawa Timur yang santri. “ Jumhur (mayoritas) ulama memilih Gus Ipul. Masak warga NU tidak percaya pilihan para ulama? ”, tanya KH Anwar Iskandar, Pengasuh Pesantren Al-Amin Kediri, pertengahan Maret lalu semasa kampanye.
Sehingga adagium popular Jowo, “ Pejah Gesang Nderek Pak Kiai (Mati Hidup Ikut Alim Ulama) “, Memang masih ada tapi telah tergerus zaman, sehingga tidak sepopuler atau sesakti mandraguna seperti dulu.
Banyak hal yang menjadi faktor kemenangan Khofifah-Emil, Ketua Timses Khofifah-Emil, Muhammad Roziqi, menyebut kerja keras Khofifah-Emil turun langsung ke masyarakat selama empat bulan kampanye, menyumbang banyak sekali dukungan. Renville Antonio, kader Partai Demokrat yang jadi sekertaris Timses Khofifah-Emil, juga sependapat. “ Bu Khofifah ini sehari 19 titik dari pagi sampai pagi. Saya pernah ikut beberapa kali dan itu berat bagi saya ”, kata Renville di Kantor DPD Demokrat, Surabaya. Di samping semua alasan tersebut, semua pihak sepakat ada satu elemen yang paling menentukan kemenangan Khofifah atas Gus Ipul : Muslimat NU.
Hal yang cukup menarik dari kepemimpinan
wanita di Jawa Timur 2018 kali ini,
munculnya satu kepemimpinan Gubernur dan 4 kepemimpinan Bupati/Walikota, namun
bila dijumllah dengan kepemimpinan sebelumnya maka total kepemimpinan wanita di
Jawa Timur yang aktip saat ini ada sepuluh terbagi Sembilan di Kabupaten/kota
dan satu Gubernur. Kepemimpinan wanita
sebelumnya yang meneroka di Pemerintahan Jawa Timur ada lima orang satu diantaranya
Ibu Ir. Rismaharani sebaagai Walikota Surabaya. Sehingga keseluruhan ada
sepuluh.
Selain Khofifah yang memenangkan pemilu serentak 2018 untuk Gubernur Jawa Timur ada empat perempuan yang terpilih dalam Pilkada 2018 untuk Bupati/Walikota yaitu Mundjidah Wahab sebagai Bupati Jombang, Ika Puspitasari sebagai Wali Kota Mojokerto, Anna Mu’awanah sebagai Bupati Bojonegoro, dan Puput Tantriana Sari yang terpilih kembali sebagai Bupati Probolinggo. Kelima nama tersebut melengkapi lima perempuan yang saat ini tengah menjabat, yaitu Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, Bupati Jember Faida, Bupati Kediri Haryanti Sutrisno, Wali Kota Batu Dewanti Rumpoko, dan Wali Kota Probolinggo Rukmini Buchori.
Selain Khofifah yang memenangkan pemilu serentak 2018 untuk Gubernur Jawa Timur ada empat perempuan yang terpilih dalam Pilkada 2018 untuk Bupati/Walikota yaitu Mundjidah Wahab sebagai Bupati Jombang, Ika Puspitasari sebagai Wali Kota Mojokerto, Anna Mu’awanah sebagai Bupati Bojonegoro, dan Puput Tantriana Sari yang terpilih kembali sebagai Bupati Probolinggo. Kelima nama tersebut melengkapi lima perempuan yang saat ini tengah menjabat, yaitu Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, Bupati Jember Faida, Bupati Kediri Haryanti Sutrisno, Wali Kota Batu Dewanti Rumpoko, dan Wali Kota Probolinggo Rukmini Buchori.
Bisa dibilang bahwa saat ini Jawa Timur menjadi daerah yang memiliki pemimpin politik perempuan terbanyak se-Indonesia yang sangat jauh mengungguli pemimpin waknita yang ada di daerah Jawa Barat dan Sulawesi Utara di posisi dua dan tiga yang masing-masing hanya punya lima perempuan kepala daerah. Tingginya angka perempuan di pucuk pimpinan eksekutif tentu tak otomatis membuat politik Jawa Timur lebih baik ketimbang yang lain. Bahkan, di sejumlah daerah, tak sedikit orang yang khawatir bahwa meningkatnya keterlibatan perempuan hanyalah cara bagi sebuah dinasti untuk melanggengkan keberlangsungan kuasa kerabatnya.
“ Makanya melihat politik perempuan itu harus lihat konteks ”, Ujar SiGaluh Novri Susan, pengamat sosiologi-politik dari Universitas Airlangga, Surabaya, sebagaimana dikutip NusanTaRa.Com. Banyaknya kepemimpinan wanita di Daeraah Jawa Timur dapat dilihat sebagai “ Bahwa masyarakat sudah melihat perempuan sebagai figur politik yang tidak kalah dengan laki-laki, (adalah) juga penanda bahwa masyarakat sudah memahami kelas-kelas strategi politik ”, Ujar SiGaluh Novri, Novri mencontohkan dinasti politik di Banten justru subur ketika dipegang oleh Ratu Atut Chosiyah. “Tidak bisa kita mengatakan bahwa ketika banyak perempuan menjadi pemimpin politik daerah, langsung menggambarkan mereka jadi bagian dari kemenangan demokrasi ”.
Perempuan kini justru tak lagi
dipandang sebagai sebuah kerugian bagi partai politik sebaliknya
perempuan menjadi kesempatan dan ‘komoditas politik’ unik yang justru
menjanjikan lebih banyak suara kearifan dalam berpolitik. Eva Kusuma Sundari, legislator PDIP DPR dari
Dapil VI Jawa Timur, mengatakan mengingatkan petinggi partainya soal isu-isu
perempuan. Baginya, kalau PDIP mau menang, perempuan adalah ‘lahan garapan’
paling menjanjikan.
Wanita manusia bijaksana,
Khofipah pemimpin pilihan masyarakat di Timur Jawa.
Khofipah pemimpin pilihan masyarakat di Timur Jawa.
Mungkin ini titisan pertama di era kepemimpinan moderen Jawa Timur setelah Kerajaan Majapahit di bawah Raja Tribuwana Wijayatunggaldewi yaitu Raja ketiga Majapahit memerintah selama 23 tahun. selamat
BalasHapusIbu Kofipah insyaallah akan sukses membangun Jatim .....
BalasHapus