NusaNTaRa.Com
byGreaTBritteN, K a m I s, 1 4 D e s
e m b
e r 2 0 2 3
Perdana Menteri Selandia Baru, Australia, dan Kanada mengeluarkan pernyataan sebelum pemungutan suara dilakukan di PBB dengan hasil kebanyakan mendukung gencatan senjata. |
Australia melakukan move politik baru tidak sebagaimana biasanya yang dekat dengan dunia barat lainnya setelah serukan gencatan senjata di Gaza, Perdana Menteri Anthony Albanese menyerukan "gencatan senjata berkelanjutan" didaerah perseteruan Gaza, bersama dengan pemimpin Selandia Baru dan Kanada sebagaimana sebuah pernyataan bersama yang jarang dilakukan sebelumnya. Australia juga memberikan suara mendukung gencatan senjata di Majelis Umum PBB hari ini, setelah abstain dalam pemungutan suara di PBB pada bulan Oktober 2023 lalu.
Kebijakan
terbaru tersebut membuat Australia tentunya
akan berselisih dengan Amerika
yang pro pada Israel, yang memilih menentang gencatan senjata, "
Kami ingin jeda kemanusiaan ini dilanjutkan dan mendukung upaya mendesak
internasional menuju gencatan senjata yang berkelanjutan ",
demikian bunyi pernyataan bersama antara PM
Albanese (Australia), PM Christopher Luxon (Selandia Baru) dan PM Justin Trudeau (Kanada).
Pejabat Gaza mengatakan serangan
ke Israel saat ini sudah menewaskan 18.000 orang, melukai 50.000 orang,
sehingga menciptakan krisis kemanusiaan.
Presiden
Amerika Joe Biden memperingatkan "serangan bom tanpa pandang bulu"
yang dilakukan Israel terhadap Gaza akan membuat Israel kehilangan dukungan
internasional. Pernyataan Joe Biden,
yang disampaikan kepada para donor untuk kampanye pemilihannya kembali pada
tahun 2024, adalah pernyataan paling kritisnya sejauh ini mengenai cara PM
Benjamin Netanyahu menangani perang Israel di Gaza, "
Kamu tidak bisa mengatakan tidak akan ada negara Palestina sama sekali
di masa depan. Dan ini akan menjadi bagian yang berat ",
Ujar SiDin Joe Biden dengan Plabomoranya (Hebatnya).
Resolusi
gencatan senjata di Gaza telahpun disetujui setelah
melewati pemungutan suara di
Majelis Umum PBB berjalan seru. Dari semua negara
yang hadir 153 negara memilih untuk menyetujui
dan menyokong dilakukannya gencatan
senjata, 10 negara menolak dan 23 abstain, sementara Amerika Serikat tidak mempunyai hak veto di Majelis Umum dan memberikan
suara menentang resolusi tersebut, bersama dengan Israel. Indonesia yang sejak dahulu kebijakan
politik luar negerinya mendukung Palestian dengansednirinya turut mendukung resolusi genjatan senjata di Gaza
itu.
Sejak
berakhirnya humanitarian pause (jeda
kemanusiaan) di Gaza pada 1 Desember 2023 lalu, situasi kemanusiaan semakin
memburuk. Korban jiwa mencapai lebih dari 18.000 orang, di mana 70% merupakan
anak-anak. Data menunjukkan bahwa di
Gaza, tiap 10 menit terdapat 1 anak korban jiwa. Situasi ini dan kekhawatiran
atas korban yang terus bertambah, serta kondisi sistem kesehatan dan
kemanusiaan yang nyaris kolaps di Gaza, telah disampaikan banyak pihak dalam
beberapa pekan terakhir, termasuk dari Sekjen PBB dan Comissioner General
UNRWA.
Riyad Mansour
perwakilan Palestina di PBB, menyebutkan
unjuk rasa mendukung Palestina sudah digelar di seluruh dunia dan Amerika
Serikat tidak bisa "mengabaikan kekuatan besar
ini", " Adalah tugas kita bersama untuk terus melakukannya
sampai kami melihat berakhirnya agresi terhadap rakyat kami, untuk melihat perang terhadap rakyat kami
berhenti. Ini adalah tugas kami untuk
menyelamatkan nyawa ", Cakap SiDin Riyad Mansour tegas.
Dalam pembukaan Sidang Emergency Special Session ke-10, Presiden Majelis Umum (MU) PBB Denis Francis menegaskan bahwa, "Tujuan kita di sini satu – hanya satu. Yakni menyelamatkan nyawa manusia". Resolusi "Protection of Civilians and Upholding Legal and Humanitarian Obligations" yang diajukan Mesir atas nama Kelompok Arab dan OKI di Sidang ESS ke-10 tersebut sangat singkat, meminta agar segera dilakukan gencatan senjata, melindungi warga sipil, melepas seluruh sandera dan memastikan pemenuhan kewajiban hukum humaniter internasional. Adapun resolusi "Protection of Civilians and Upholding Legal and Humanitarian Obligations" disepakati pada pertemuan Emergency Special Session ke-10 (ESS ke-10) Majelis Umum (MU) PBB, di New York pada Selasa 12 Desember 2023.
Sebanyak 153 negara mendukung Resolusi Majelis Umum PBB yang menuntut agar segera dilakukan gencatan senjata kemanusiaan di Gaza. Mengutip situs Kemlu RI, Kamis (14/12/2023), Indonesia diketahui turut menggalang dukungan 11 negara dari berbagai kawasan, yakni : 1. Afrika Selatan 2. Bangladesh 3. Brunei Darussalam 4. Kamboja 5. Laos 6. Malaysia 7. Maladewa 8. Namibia 9. Timor Leste 10. Turki dan 11. Thailand.
Situasi di PBB penetapan resolusi Genjatan senjata di Gaza
Kerusakan Humanitera terjadi di Tanah Gaza.
Australia Indonesia sokong PBB
genjatan senjata di Gaza.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar