NusaNTaRa.Com
byBambanGNunukaN, R a b u, 2 2 M a r e t 2 0 2 3
Kebun singkong seluas 600 hektare di Desa Tewai Baru, Gunung Mas, Kalimantan Tengah, mangkrak
Presiden
Joko Widodo demi mengatasi ancaman krisis pangan, menggagas program Food Estate di berbagai
wilayah, termasuk di Kalimantan Tengah,
Perkebunan singkong seluas 600 hektare mangkrak dan 17.000 hektare sawah
baru tak kunjung panen, telah dua tahun berjalan di Kalteng, hasilnya:
gagal. Monitoring LSM Pantau Gambut diikuti NusaNTaRa.Com menemukan proyek Lumbung Pangan Nasional di
wilayah ini hanya memicu persoalan baru, bencana banjir kian meluas dan
berkepanjangan, serta memaksa masyarakat Dayak mengubah kebiasaan mereka
menanam
Pejabat Kementerian Pertanian mengakui ada kekurangan dalam pelaksanaan program food estate namun ia mengatakan lumbung pangan di Kalimantan Tengah tak sepenuhnya gagal. Pejabat Kementerian Pertahanan mengeklaim mangkraknya kebun singkong karena ketiadaan anggaran dan regulasi pembentukan Badan Cadangan Logistik Strategis dan bila sudah ada kepastian alokasi dana dari APBN Tahun 2023 maka pengelolaan kebun singkong akan dilanjutkan.
Warga Desa Tewai Baru, Rangkap, kesal 4 ha lahan turun-temurun keluarganya untuk kebun singkong |
" Hutan itu bukan tidak pernah diinjak, itu
tempat kami orang Dayak ke hutan. Sekarang lihat saja kayak lapangan... siapa
yang tidak marah ? Sudah berpuluh tahun
tanam pohon karet mau disadap kok digusur
", Ujar SiDin Rangkap
sewot neng omahnya Februari lalu. Pria 53 tahun ini berkata warga tidak pernah
diajak musyawarah oleh perangkat desa soal program food estate atau pembukaan
kebun singkong, november 2020 puluhan alat berat yang dikawal tentara
tiba-tiba masuk ke hutan. dan Kepala Desa Tewai Baru, Sigo, membenarkan pernyataan Rangkap.
Proses
sosialisasi, katanya, berlangsung tiga kali pada 2020 karena situasi kala itu pandemi Covid-19,
hanya perwakilan masyarakat yang diundang oleh penanggung jawab proyek yakni
Kementerian Pertahanan. Mereka yang
diajak di antaranya seluruh kepala desa di Kecamatan Sepang, damang (kepala
adat), mantir (perangkat adat), lurah, bupati, kapolsek dan kapolres. Di situ disampaikan ada program nasional
lumbung pangan singkong yang mencakup empat desa yakni seluas 31.000 hektare -
setara dengan setengah luas DKI Jakarta.
Namun tak ada penjelasan lanjutan soal mengapa lahan food estate itu menggunakan hutan produksi di desanya dan mengapa tanaman singkong yang dipilih. Selaku kepala desa, Sigo mengeklaim tak berani menolak kebijakan dari pemerintah pusat, " Kami tetap menerima, yang penting program ini terjadi masyarakat inginkan ada tenaga kerja lokal sesuai kemampuan masing-masing. Ternyata fakta di lapangan, sejak lahan dibuka sampai ditanami singkong tidak ada dilibatkan masyarakat satu pun ", Ujar SiDin Sigo dengan Plabomoranya (Hebatnya).
Apa
yang terjadi di dalam kebun singkong, tak ada yang tahu, musyarakat dilarang masuk ke area tersebut
termasuk dirinya cakap Besar kepala Desa Tewai Baru. Bahkan untuk meminta kayu yang sudah
ditebang pun, katanya, tak boleh. Suatu
kali ia pernah ke sana untuk meminta beberapa batang kayu demi kebutuhan
pembangunan kantor desa tapi belum lagi kami sampai kami dicegat tentara
Ujarnya dengan Cakap besar.
Sampai
di akhir 2021 satu per satu pekerja kebun singkong meninggalkan area itu, tak ada informasi dari pekerja kontraktor di
kebun singkong kenapa mereka pergi
dan Sigo pun tak tahu status program food estate ini
dihentikan atau masih berlanjut usai terbengkalai. Bekas gundukan tanah yang dipakai untuk
menanam singkong hampir rata dan sudah ditumbuhi rumput, meski sisa-sisa tanaman singkong yang setahun ditelantarkan
masih ada jejaknya. Batangnya kurus dan
pendek tak sampai satu meter seharusnya sudah setinggi satu hingga empat meter dan buahnya hanya 2-3
singkon.
Kasus lain, seorang warga Desa Tewai Baru, Dion Noel, jengkel karena rumahnya yang berada di pinggir sungai selalu kebanjiran. Sejak hutan dibuka, kata Kepala Desa Tewai Baru, banjir di wilayahnya makin parah karena ketika hujan turun, air Sungai Tambun dan Tambi yang melintasi desa meluap hingga 2,0 meter lebih pada hal sebelumnya hanya 50 sentimeter. Karena hutan yang telah gundul itu letaknya berada di dataran tinggi dan berfungsi sebagai penyerap air, sehingga masyarakat menginginkan hutan dipulihkan bulik.
Lokasi lahan cetak sawah baru (ekstensifikasi) di Desa Mantangai Hulu, Kapuas, dalam program food estate |
Pemerintah
juga mengembangkan food estate atau lumbung pangan padi di Kabupaten Kapuas dan
Pulang Pisau. Sebagian besar atau
sekitar 62.000 hektare area sawah padi yang masuk program itu berada di atas
lahan eks-Pengembangan Lahan Gambut (PLG).
Wilayah tersebut dipilih karena statusnya bukan lagi kawasan hutan, kata Kepala Dinas Pertanian Provinsi Kalteng
Sunarti, di era pemerintahan Soeharto dan Susilo Bambang Yudhoyono area itu
menjadi sentra padi. Meskipun gambut,
sambungnya, tapi tidak terlalu dalam. Sehingga tanah di sana, Masyarakat
mengakoni kalau lahan tersebut subur lantaran sudah diolah bertahun-tahun oleh
warga transmigran.
Untuk
program ini, penanggung jawab proyek yakni Kementerian Pertanian menggunakan
dua metode: intensifikasi dan ekstensifikasi.
Intensifikasi artinya menggenjot produksi padi dari lahan sawah yang
sudah ada jadi lebih tinggi lagi sedangkan
ekstensifikasi, meningkatkan hasil pertanian dengan cara mencetak sawah baru di
atas lahan tidur atau terlantar. Data
Kementerian Pertanian menunjukkan luasan lahan ekstensifikasi atau cetak sawah
baru pada 2021-2022 di dua kabupaten di Kalteng mencapai 17.175 hektar.
Sarianto dan anggota kelompok tani menyatakan bersedia lahannya masuk program lumbung pangan, " Karena ada lahan yang tidak dikelola, dengan food estate ada usaha yang bisa ditunjang. Kami ya, antusias ", Ucap Sarianto menjelaskan. Kira-kira Juli sampai Agustus 2021, menurut Sarianto, eskavator didatangkan ke desa untuk menggarap 20 hektare lahan rawa gambut yang selama ini terlantar. Tapi selesai garap lahan, dia mengatakan, tak ada kelanjutan apa-apa alias mandek torbongkalai.
Tak ada juga pelatihan kepada para petani bagaimana menanam padi sawah. Padahal, kata Sarianto, hal itu penting karena mereka tak punya pengetahuan tentang itu, sepanjang hidupnya, ia hanya pernah menanam padi ladang yakni dengan cara membakar lahan. " Prosesnya seperti apa belum pernah [ada pelatihan] sampai sekarang. Selama ini kami terbiasa menanam padi ladang dengan mengandalkan hasil pembakaran lahan sebagai pupuk ", Ujar SiDin Sarianto menjelaskan dengan Soppengernya (Jumawanya)..
Direktur LSM Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Kalteng, Bayu Herinata, mengatakan pihaknya sudah mengira program lumbung pangan ini bakal gagal seperti yang sudah-sudah, sebagaimana program serupa pernah dijalankan oleh mantan presiden Soeharto dan Susilo Bambang Yudhoyono di Kalteng. Namun tak ada yang berhasil, " Penyebabnya karena kajian yang sangat kurang dalam hal kesesuaian lahan dan kondisi sosial masyarakat di Kalteng ", Ujar SiDin Bayu Herinata Laji.
Petani di Desa Mantangai Hulu menggarap lahan
rawa gambut untuk menjadi sawah
Food
Estate pertanian skala besar, modern untuk ketahanan pangan.
Food
Estate tanaman Singkong Kab. Gunung Mas alami kegagalan.
Perencanaan dan pelaksanaan yang tidak mengikuti prosedur, acap kali menjadi penyebab kegagalan pada hal ini menyangkut ratusan nasib peserta Food Easted ........
BalasHapus