Selasa, 07 November 2023

PENGGUNAAN BUBU DALAM PENANGKAPAN IKAN KEMBALI DI FLORES TIMUR KARENA RAMAH LINGKUNGAN

NusaNTaRa.Com

byLaDollaHBantA,     S   a   b   t   u,    0   4     N  o  v  e  m  b  e  r     2   0   2   3 

Bubu alat tangkap ikan banyak di gunakan di Laut Pantai Kab. Flores Timur

 Musyarakat di Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT) sejak dahulu kala telah menggunakan alat tangkap ikan tradisional dan ramah lingkungan bernama   “Bubu”  dalam penangkapan ikan terutama di daerah laut.   Bubu yang dalam nama lokal  Wuo   atau  Belutu biasanya diletakkan di dasar laut berkedalaman 4-7 meter di sekitar terumbu karang dengan pemberat batu untuk menangkap ikan-ikan yang tergolong dalam famili Serranidae, Lutjanidae, Lethrinidae, Acanthuridae, Mullidae, Siganidae, Haemullidae, Labridae, Nemipteridae, Carangidae dan Sphraenidae.

Kini  keberadaan Bubu mulai hilang seiring perkembangan jaman dan muculnya alat tangkap modern  tapi   Anak muda Desa Pamakayo, Kec.  Solor Barat, Flores Timur  bernama  Koli Tukan (60) dan Lois Lewar (49) seakan akan menghidupkan kembali penggunaan alat ini.   Pagi itu di awal Juli, mereka membawa 10 buah bubu dengan mobil pick up ke pantai berbatu di desanya kemudian  mereka mengikat batu sebagai pemberat di keempat sudut bawah bubu,     Sejak jaman dahulu, nenek moyang kami sering memasangnya dengan cara menyelam dan melepaskannya di dasar laut.  Bagian atasnya ditaruh bebatuan sebagai pemberat agar bubu tidak bergeser terkena ombak dan arus laut  ”,  Ujar SiDin Koli Tukan.

Bubu berbentuk Kubus persegi  dengan bagian depan berbentuk segitiga berlubang lebar dan bagian belakang Bubu mengecil, kata Koli T,  dibuat dari bilah bambu kuning (Bambusa vulgaris).   Lubang bagian depan bubu serupa kerucut   menjadi jalan  masuk Ikan akan masuk melalui lubang kerucut yang lebar di bagian depan.   Setelah ditaruh di dasar laut, bubu itu juga diikat  batu pemberat  dam batang bambu  semacam tonggak, sehingga mudah menarik Bubu keatas untuk mengeluarkan ikan,     Hanya orang-orang khusus yang menganyamnya sebab harus sabar dan  tidak boleh emosi. Hati kita juga harus bersih, tidak boleh bermusuhan dengan orang lain karena pembuatnya harus menjaga kepercayaan pembeli sehingga tidak asal mengerjakannya saja  ”,  Ujar SiDin Lois Lewar memaparkan.

Lori dan Lois  ketika melepas Bubu ke laut  sebelumnya  menyiapkan sirih pinang, tembakau, daun Koli untuk dilinting menjadi rokok serta kelapa muda untuk   membuat seremonial adat.   Lori mengunyah sirih pinang dan meniup di bagian lubang kerucut serta di seluruh bagian bubu serta memercikkan air kelapa muda ke  seluruh bagian bubu.     Kami membuat sejo dingin atau pendinginan sebab saat pembuatannya, mungkin ada binatang yang lewat dan menginjaknya sehingga saat mau digunakan harus dibuat sejo dingin  ”,  Ujar SiDin Lori dengan Soppengernya (Jumawanya).

Jenis ikan tangkapan Bubu

Bubu-bubu tersebut milik Yakobus Mikhael Krizik Basa Lewar (47) putera asli Desa Pamakayo dengan sapaan Yamin.   Yamin berkisah,  selepas mengundurkan diri dari tenaga kesehatan Dinas Kesehatan Kab Flores Timur ia menjual pisang dan babi hingga ke Pulau Sumba.   Di perjalanan Yamin melihat banyak mobil pick up dari Larantuka menjual ikan hingga ke Pulau Flores bagian barat bahkan hingga ke Pulau  dan terpikir  kalau usaha di laut tidak ada kapling atau batasan dan membuatnya tertarik akan usaha perikanan.

  Saya berpikir saatnya saya bekerja di laut. Dengan latar belakang pendidikan kesehatan, saya melihat banyak orang tua di kampung yang sakit kolesterol dan asam urat  banyak mengkonsumi ikan pelagis  ”,  Ujar SiDin Yamin Laji.   Kemudian  lulusan S1 Keperawatan Universitas Indonesia (UI) ini pun berpikir ikan dasar laut dan ikan karang bisa lebih aman dikonsumsi.  Apalagi harga ikan jenis itu tinggi di Pulau Sumba sehingga bisa menjadi peluang usaha.

Yamin memilih Bubu untuk menangkap ikan karena lebih ramah lingkungan dan tidak merusak ekosistem laut  untuk dapat menjadi nelayan yang baik  diapun  belajar otodidak.     Kami tidak mengambil batu karang di laut untuk pemberat yang diikat di bubu tetapi menggunakan batu di darat.  Meletakkan bubu juga di pasir sehingga tidak merusak karang  ”,  Ujar SiDin Yamin dengan Plabomoranya (Hebatnya)

Deretan bubu diletakkan di dasar laut berjarak minimal 20 meter. Ujung tali diikat pelampung dari botol minuman bekas sebagai penanda. Yamin merasakan dilema memasang pelampung, sebab terkadang ada orang ikut memanen bubunya bila terlambat diambil karena ada penanda sehingga mudah ditemukan.     Bubu sering bergeser diterpa gelombang dan arus laut sehingga bila tidak ada pelampung maka kami kesulitan mencarinya.  Meskipun bubu dipasang dengan jarak 5 sampai 7 meter kadang sulit terlihat saat laut bergelombang   ”,   Ujar SiDin Yamin bercakap besar.

Perahu motor tempel 2 GT  berbahan kayu pun melaju,   tak jauh dari bibir pantai berbatu hitam, satu per satu bubu diangkat ke perahu. Bubu yang terikat ditonggak kayu satu persatu ddiangkat dan ikan yang ada di dalam bubu satu persatu dikeluarkan keatas Perahu.   Y amin berkata  banyak ikan yang keluar karena terlalu banyak ikan di dalamnya.  Seharusnya 2 hari sekali bubu diangkat namun karena sudah 3 hari maka bubu dipenuhi ikan kerapu, kakap, lencam, kurisi, ekor kuning, baronang, pakol dan lainnya.

Ikan-ikan kecil dengan lebar 2 hingga 3 jari orang dewasa dilepasnya kembali ke laut. Ikan-ikan hias beraneka warna pun ikut dilepas. Yamin beralasan ikan tersebut terlalu kecil sehingga dibiarkan berkembangbiak.     Sementara ada 42 bubu yang terpasang dan sedang ditambah menjadi 100 buah. Bila jumlahnya 100, maka setiap hari panen 35 bubu apalagi saat ini tidak ada penangkapan ikan menggunakan racun dan bom sehingga produksi ikan melimpah   ”,  Ungkapnya dengan Cakap Besar.   Yamin mengaku bisa mendapatkan uang minimal Rp500.000 sampai Rp1 juta setiap hari.  

Alat tangkap tradisional ini, kata  Apolinardus YL (Kabid Perijinan UP SD Perikanan Dinas Perikanan Kab. Flores Timur)  tergolong ramah lingkungan, asalkan pemasangannya tidak merusak karang karena biasanya batu sebagai pemberat menggunakan karang.     Biasanya untuk membuat bubu tidak bergerak dari tempatnya, masyarakat sering meletakan baru di atasnya agar tidak terseret arus.Kalau pergunakan batu di darat tidak masalah asal jangan mengambil di dalam laut.Meletakan bubu juga jangan di atas karang karena akan merusak karang  ”,   Ujar Apolinardus YL pungkas.

Nelayan Flores Timur dengan BUBU di sekitar Pantai


Bubu rajutan bamboo penangkap ikan berprinsip Jebakan.

Bubu alat tangkap ikan Pantai Ramah lingkungan.

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LIMA PEMBUANGAN SAMPAH TERBESAR DI DUNIA, ADA BANTAR GEBANG !!

NusaNTaRa.Com       byBatiSKambinG,        R   a   b   u,    2   0      N   o   p   e   m   b   e   r      2   0   2  4     Tempat Pengelola...