NusaNTaRa.Com
byLaDollaHBantA, S a b t u, 0 4 N o v e m b e r 2 0 2 3
Bubu alat tangkap ikan banyak di gunakan di Laut Pantai Kab. Flores Timur
Kini keberadaan
Bubu mulai hilang seiring perkembangan jaman dan muculnya alat tangkap
modern tapi Anak muda Desa Pamakayo, Kec. Solor Barat, Flores Timur bernama Koli Tukan (60) dan Lois Lewar (49) seakan
akan menghidupkan kembali penggunaan alat ini.
Pagi itu di awal Juli, mereka membawa 10 buah bubu dengan mobil pick up
ke pantai berbatu di desanya kemudian mereka mengikat batu sebagai pemberat di keempat
sudut bawah bubu, “ Sejak jaman dahulu, nenek moyang kami sering
memasangnya dengan cara menyelam dan melepaskannya di dasar laut. Bagian atasnya ditaruh bebatuan sebagai
pemberat agar bubu tidak bergeser terkena ombak dan arus laut ”,
Ujar SiDin Koli Tukan.
Bubu berbentuk Kubus persegi dengan bagian depan berbentuk segitiga
berlubang lebar dan bagian belakang Bubu mengecil, kata Koli T, dibuat dari bilah bambu kuning (Bambusa
vulgaris). Lubang bagian depan bubu serupa
kerucut menjadi jalan masuk Ikan akan masuk melalui lubang kerucut
yang lebar di bagian depan. Setelah
ditaruh di dasar laut, bubu itu juga diikat batu pemberat dam batang bambu semacam tonggak, sehingga mudah menarik Bubu
keatas untuk mengeluarkan ikan, “ Hanya orang-orang khusus yang menganyamnya
sebab harus sabar dan tidak boleh emosi.
Hati kita juga harus bersih, tidak boleh bermusuhan dengan orang lain karena
pembuatnya harus menjaga kepercayaan pembeli sehingga tidak asal mengerjakannya
saja ”,
Ujar SiDin Lois Lewar memaparkan.
Lori dan Lois
ketika melepas Bubu ke laut
sebelumnya menyiapkan sirih
pinang, tembakau, daun Koli untuk dilinting menjadi rokok serta kelapa muda
untuk membuat seremonial adat. Lori mengunyah sirih pinang dan meniup di
bagian lubang kerucut serta di seluruh bagian bubu serta memercikkan air kelapa
muda ke seluruh bagian bubu. “ Kami
membuat sejo dingin atau pendinginan sebab saat pembuatannya, mungkin ada
binatang yang lewat dan menginjaknya sehingga saat mau digunakan harus dibuat
sejo dingin ”, Ujar SiDin Lori dengan Soppengernya
(Jumawanya).
Jenis ikan tangkapan Bubu |
Bubu-bubu tersebut milik Yakobus Mikhael Krizik Basa
Lewar (47) putera asli Desa Pamakayo dengan sapaan Yamin. Yamin berkisah, selepas mengundurkan diri dari tenaga kesehatan
Dinas Kesehatan Kab Flores Timur ia menjual pisang dan babi hingga ke Pulau
Sumba. Di perjalanan Yamin melihat
banyak mobil pick up dari Larantuka menjual ikan hingga ke Pulau Flores bagian
barat bahkan hingga ke Pulau dan
terpikir kalau usaha di laut tidak ada
kapling atau batasan dan membuatnya tertarik akan usaha perikanan.
“ Saya berpikir
saatnya saya bekerja di laut. Dengan latar belakang pendidikan kesehatan, saya
melihat banyak orang tua di kampung yang sakit kolesterol dan asam urat banyak mengkonsumi ikan pelagis ”,
Ujar SiDin Yamin Laji. Kemudian lulusan S1 Keperawatan Universitas Indonesia
(UI) ini pun berpikir ikan dasar laut dan ikan karang bisa lebih aman
dikonsumsi. Apalagi harga ikan jenis itu
tinggi di Pulau Sumba sehingga bisa menjadi peluang usaha.
Yamin memilih Bubu untuk menangkap ikan karena lebih
ramah lingkungan dan tidak merusak ekosistem laut untuk dapat menjadi nelayan yang baik diapun belajar otodidak. “ Kami
tidak mengambil batu karang di laut untuk pemberat yang diikat di bubu tetapi
menggunakan batu di darat. Meletakkan
bubu juga di pasir sehingga tidak merusak karang ”,
Ujar SiDin Yamin dengan Plabomoranya (Hebatnya)
Deretan bubu diletakkan di dasar laut berjarak minimal
20 meter. Ujung tali diikat pelampung dari botol minuman bekas sebagai penanda.
Yamin merasakan dilema memasang pelampung, sebab terkadang ada orang ikut
memanen bubunya bila terlambat diambil karena ada penanda sehingga mudah
ditemukan. “ Bubu
sering bergeser diterpa gelombang dan arus laut sehingga bila tidak ada
pelampung maka kami kesulitan mencarinya. Meskipun bubu dipasang dengan jarak 5 sampai 7
meter kadang sulit terlihat saat laut bergelombang ”,
Ujar SiDin Yamin bercakap besar.
Perahu motor tempel 2 GT berbahan kayu pun melaju, tak jauh dari bibir pantai berbatu hitam,
satu per satu bubu diangkat ke perahu. Bubu yang terikat ditonggak kayu satu
persatu ddiangkat dan ikan yang ada di dalam bubu satu persatu dikeluarkan
keatas Perahu. Y amin berkata banyak ikan yang keluar karena terlalu banyak
ikan di dalamnya. Seharusnya 2 hari
sekali bubu diangkat namun karena sudah 3 hari maka bubu dipenuhi ikan kerapu,
kakap, lencam, kurisi, ekor kuning, baronang, pakol dan lainnya.
Ikan-ikan kecil dengan lebar 2 hingga 3 jari orang
dewasa dilepasnya kembali ke laut. Ikan-ikan hias beraneka warna pun ikut
dilepas. Yamin beralasan ikan tersebut terlalu kecil sehingga dibiarkan
berkembangbiak. “ Sementara ada 42 bubu yang terpasang dan
sedang ditambah menjadi 100 buah. Bila jumlahnya 100, maka setiap hari panen 35
bubu apalagi saat ini tidak ada penangkapan ikan menggunakan racun dan bom
sehingga produksi ikan melimpah ”, Ungkapnya dengan Cakap Besar. Yamin mengaku bisa mendapatkan uang minimal
Rp500.000 sampai Rp1 juta setiap hari.
Alat tangkap tradisional ini, kata Apolinardus YL (Kabid Perijinan UP SD Perikanan Dinas Perikanan Kab. Flores Timur) tergolong ramah lingkungan, asalkan pemasangannya tidak merusak karang karena biasanya batu sebagai pemberat menggunakan karang. “ Biasanya untuk membuat bubu tidak bergerak dari tempatnya, masyarakat sering meletakan baru di atasnya agar tidak terseret arus.Kalau pergunakan batu di darat tidak masalah asal jangan mengambil di dalam laut.Meletakan bubu juga jangan di atas karang karena akan merusak karang ”, Ujar Apolinardus YL pungkas.
Nelayan Flores Timur dengan BUBU di sekitar Pantai
Bubu
rajutan bamboo penangkap ikan berprinsip Jebakan.
Bubu
alat tangkap ikan Pantai Ramah lingkungan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar