NusaNTaRa.Com
byBasruLDatUMabusunG, S a b t u, 2 8 O k t o b e r 2 0 2 3
Kegiatan Ibadah masyarakat dilaksanakan secara Gotong Royong atau NGAYAH |
Pepeson dan Peturunan (Pepeson sebuah urunan alat/bahan upacara dan Peturunan urunan tambahan untuk melengkapi selain pepeson dan berupa uang) bentuk iuran wajib gotong royong masyarakat Bali, telah lama menjadi sumber pendanaan yang penting dalam kehidupan masyarakat mereka untuk pelestarian budaya di pulau ini. Apa yang dimaksud gotong royong di Bali ?, istilah gotong royong di Bali dikenal dengan sebutan Ngayah. Budaya ini merupakan kearifan lokal yang tumbuh dan berkembang di masyarakat Bali di mana suatu kelompok akan bekerja sama dengan tulus untuk mencapai tujuan tertentu.
Gotong Royong, Tradisi ngayah dalam masyarakat Bali merujuk
pada sebuah praktik atau kerja sama
sukarela di antara anggota komunitas Bali dalam membantu melaksanakan suatu acara
atau kegiatan sosial, budaya atau
keagamaan. Mengutip dari Buku Siswa
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) SMP/MTs Kelas 7, 2021, tradisi
ngayah diletakkan dalam format hubungan Vertikal ke Tuhan atau Vertikal-Organisatoris
adat, serta Vertikal-Struktur sosial/kasta.
Secara khusus, ngayah biasanya dilakukan dalam rangkaian perayaan
upacara keagamaan di Bali, seperti upacara ngaben (pemakaman), odalan (hari
raya keagamaan) atau perayaan
tradisional lainnya.
Sebelum adanya industri pariwisata
dan Negara Republik Indonesia dalam tatanan masyarakat Bali, masyarakat Bali hidup dalam sistem sosial dan
budaya mereka yang berfungsi dengan baik
sesuai dengan pertumbuhan dan kehidupan yang berkembang disana. Para(rakyat), puri (raja), purohita
(penasehat), pura (tempat ibadah), dan Purana (sejarah dan catatan aturan)
saling berkontribusi untuk membangun dan memelihara kehidupan budaya Bali agar
dapat merahmati kehidupan seluruh masyarakat Budoyo Bali.
Gotong Royong saling membantu |
Dulu Keberhasilan pepeson &
paturunan ini didukung oleh hasil
pertanian sawah dan kebun yang melimpah, yang memungkinkan masyarakat Bali
untuk memenuhi kewajibannya.masyarakat Bali dapat dengan mudah membayar pepeson
& paturunan karena hasil dari pertanian atau kebun mereka dapat menopang
biaya tersebut. Namun, dengan berkembangnya sektor pariwisata yang saat ini
menyumbang 70% pertumbuhan ekonomi Bali (BI), membayar pepeson telah menjadi
beban yang berat bagi mereka.
Harga-harga di Bali telah melambung
tinggi seiring dengan pertumbuhan pariwisata yang pesat, dan ini telah
berdampak pada kesulitan masyarakat Bali untuk memenuhi kewajiban membayar
pepeson & peturunan. Beberapa bahkan menghadapi sanksi atau dikeluarkan
dari komunitas mereka karena tidak mampu membayar iuran wajib untuk pelestarian
budaya itu. Sebagai sebuah Negara
republik yang terbentuk, seharusnya ada pengaturan fiskal yang baik atau
pemerintah memberikan Bali otonomi fiskal (desentralisasi fiskal ) yang memadai
untuk menopang mensubsidi pelestarian budaya(pepeson & paturunan) dan untuk
meningkatkan pelayanan dasar seperti kesehatan dan pendidikan dan
infrastruktur.
Salah satu solusi yang dapat
dipertimbangkan adalah pengambilalihan pepeson & peturunan oleh pemerintah
melalui pengaturan fiskal atau pajak. Saat ini, rasio pajak di Bali masih
rendah, dan dengan meningkatkannya, dapat mensubsidi meringankan beban pepeson
& peturunan bagi masyarakat Bali. Pemerintah dapat mengalokasikan dana yang
diperoleh melalui pajak untuk pendanaan program pelestarian budaya dan pelayanan
dasar di Bali.
Selain itu, meningkatkan daya saing
Bali juga merupakan kebutuhan yang mendesak. Dalam menghadapi persaingan global
dalam industri pariwisata, Bali perlu memperkuat daya tariknya dengan
meringankan beban budayanya, meningkatkan infrastruktur, layanan publik, dan
fasilitas pendukung lainnya. Pemerintah dapat menggunakan pendapatan pajak yang
diperoleh untuk menginvestasikan dana dalam pengembangan sektor-sektor ini,
sehingga Bali tetap menjadi destinasi yang menarik bagi wisatawan sambil
mempertahankan warisan budayanya.
Dengan mengambil alih pepeson & peturunan melalui pengaturan fiskal yg baik (desentralisasi fiskal ), pemerintah dapat meringankan beban masyarakat Bali, memastikan pelestarian budaya yang berkelanjutan, serta meningkatkan daya saing pulau ini sebagai destinasi pariwisata. Ini memungkinkan Bali untuk terus berkembang dan memberikan manfaat kepada masyarakatnya, sambil tetap menjaga identitas budaya yang unik dan khas. (dr.FB GedeNgurahAmbaraPutra,28/10/2023)
Ngayah kegiatan gotong Royong Unik Bali tanpa Imbalan |
NGAYAH budaya Gotong Royong tradisi
masyarakat Bali.
Kegiatan Ngayah, saling membantu dalam masyarakat Bali.
Kerennya kerukunan dalam kebersamaan ...
BalasHapus